Kehadirannya memang cukup meresahkan, sering ribut dengan pegawai lain, bahkan saya pun dimusuhi padahal masalahnya dengan orang lain.
Setelah dia berhasil pindah, keluarganya menemui saya untuk menyampaikan terima kasih. Padahal tujuan utama saya ikut membantu  mengurus kepindahannya supaya suasana kerja di kantor menjadi kondusif jika dia sudah tidak ada.Â
Pernah juga dulu seorang toxic diusulkan oleh pimpinan saya untuk dipindahkan ke tempat lain karena kehadirannya yang meresahkan dan bikin stres banyak orang bahkan sudah mengganggu pelayanan.Â
Tetapi jawaban pihak berwenang begini: "Mau dipindahkan kemana lagi dia, karena di manapun dia bertugas selalu bikin masalah, jadi kalian bersabar saja".Â
Endingnya, pimpinan saya itu lebih duluan mutasi sedangkan si toxic masih bertahan.
Kalau si toxic sering bikin onar lewat kontak HP atau di medsos, itu lebih gampang mengatasinya. Caranya dengan diblokir saja kontaknya atau dihapus dari daftar pertemanan.Â
Jangan menjadi orang yang suka "tidak enakan", atau dihantui perasaan berdosa jika memutuskan "silaturahmi" dengan si toxic. Meskipun si toxic masih punya hubungan keluarga, teman lama atau tergolong orang tidak mampu tetapi pembohong dan suka ingkar janji terutama urusan uang.
Saya sudah melakukan itu, memutuskan kontak atau pertemanan dengan orang-orang toxic. SetelahÂ
itu hidup terasa lebih tenang.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI