Anak yang memiliki perkembangan kognitif atau intelektual yang baik merupakan tujuan dari kebanyakan sekolah. Namun, anak yang memiliki perkembangan kognitif yang baik tidak cukup membuat dirinya bisa sukses, bisa diterima masyarakat, bisa memiliki sosial yang baik.
Oleh karena itu, sekolah juga perlu memberikan pembelajaran mengenai sosio-emosional, agar anak memiliki perkembangan sosio-emosional yang baik sesuai dengan umurnya. Menurut peneliti Daniel Goleman bahwa kecerdasan intelektual menyumbang 20% kesuksesan hidup manusia, lalu sekitar 80% berasal dari kecerdasan emosi dan sosial.
Konsep dasar mengenai pembelajaran sosioemosional
Pembelajaran sosio-emosional merupakan proses pembelajaran yang diawali dengan membentuk control diri dan kesadaran juga kemampuan di dalam berkomunikasi dengan orang lain. Hal-hal ini penting diberikan kepada anak agar anak bisa bertahan dan mengatasi masalah-masalah sosial serta emosi yang ada di dalam hidupnya.
Di dalam mengembangkan pembelajaran sosial emosional, ada lima kompetensi dasar yang bisa dikembangkan, yakni :
- Kesadaran diri, memberi pemahaman serta mampu mengelola emosi yang ada dalam diri.
- Pengelolaan diri, dapat menetapkan serta mencapai tujuan yang positif.
- Kesadaran sosial, bisa merasakan rasa empati kepada orang yang ada di sekitarnya.
- Keterampilan sosial, bisa membuat serta bertahan dengan hubungan yang positif.
- Serta pengambilan keputusan yang bisa dipertanggung jawabkan.
Standar tingkat perkembangan sosio-emosional pada AUD
Pada standar ini, terdapat STPPA atau Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak sebagai tolok ukur dari perkembangan anak, di dalam STPPA itu terdapat perkembangan kognitif, sosial emosional, agama dan moral, fisik motorik, bahasa, dan seni. Namun, di sini kita akan membahas tentang sosio emosional saja.
Pada usia 3 bulan, anak diharapkan sudah bisa menatap, tersenyum, serta menangis jika ia merasa tidak nyaman pada sebuah situasi. Pada usia 3-6 bulan anak sudah bisa merespon seseorang dengan gerakan tangan atau kaki, menangis ketika keinginannya tidak dicapai, serta menangis jika ada orang asing atau orang yang tidak dikenal.
Pada usia 6-9 bulan anak bisa merespon dengan menempelkan kepala di dalam pelukan jika ia merasa nyaman, dan menangis meronta-ronta jika ia merasa tidak nyaman. Dan pada usia 9-12 bulan anak bisa meniru orang di sekitarnya bagaimana cara mengungkapkan perasaan serta bisa mengungkapkan keinginannya dengan gerakan atau ucapan yang sederhana.
Pada usia 12-18 bulan anak diharapkan sudah bisa mengekspresikan kemarahan apabila ia merasa terganggu, kurang nyaman. Lalu mulai bermain dengan teman-temannya tetapi ia bermain sendiri bersama mainannya. Serta bisa mengamati aktivitas orang lain yang ada di sekitarnya.
Anak pada usia 18-24 bulan diharapkan bisa menunjukkan respon menerima ataupun menolak kehadiran orang lain, lalu meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya terutama perilaku orang tua, serta bisa makan dan minum sendiri tanpa bantuan orang tua.
Pada anak usia 2-3 tahun, standar sosial emosioanl anak mulai dibagi menjadi tiga yakni kesadaran diri, tanggung jawab diri dan orang lain, serta perilaku prososial. Pada kesadaran diri, anak diharapkan sudah bisa memberi salam setiap akan pergi, mulai percaya kepada orang dewasa. Pada tanggungjawab diri dan orang lain, anak diharapkan bisa mengatakan ketika ingin buang air besar atau kecil, serta bisa memahami hak orang lain, bisa berbagi dan membantu. Pada perilaku prososial, anak mulai bisa peduli dengan orang lain, bermain secara kooperatif dalam suatu permainan.
Anak yang berusia 3-4 tahun mulai bisa menyatakan perasaannya secara verbal serta bisa meniru orang dewasa (kesadaran diri). Lalu anak juga mulai bisa buang air kecil sendiri tanpa bantuan dari orang lain, serta mulai bisa menghargai orang lain, dan bisa bersabar ketika menunggu giliran (tanggungjawab diri dan orang lain). Anak pada usia ini juga bisa bekerja sama dengan teman-temannya, mulai mau meminjamkan mainan serta bisa paham dengan perbedaan perasaan yang dimiliki orang lain (perilaku prososial).
Anak yang berusia 4-6 tahun memiliki kesadaran diri misalnya: bisa percaya diri, mandiri, bisa mengenal perasaan yang ada dalam dirinya dan bisa mengelola dengan baik. Memiliki tanggungjawab diri dan orang lain dengan menjaga diri sendiri dari lingkungan yang ada di sekitarnya, menghargai kelebihan orang lain, menaati peraturan kelas, mengatur diri sendiri. Untuk perilaku prososial, anak usia ini mulai bisa menunjukkan rasa antusiasme dalam sebuah permainan, berbagi dengan orang lain, memiliki sikap toleran, mengenal tata karma serta sopan santun.
Program perkembangan sosio-emosional
Program pada sekolah PAUD/TK/RA yang bisa mengembangkan sosial emosional anak yakni salah satunya adalah bermain. Sudah tidak asing lagi bagi sekolah PAUD/TK/RA jika memiliki program bermain. Karena dengan bermain itu sendiri, anak usia dini dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan, salah satunya yakni sosial emosional.
Dalam sebuah permainan, anak bisa belajar berkomunikasi dengan teman sebayanya, bekerja sama, hingga peduli kepada orang lain. Dengan bermain, anak juga belajar cara menyelesaikan suatu masalah yang ada.
Misalnya nih, ketika anak bermain polisi-polisian, anak akan berpikir bagaimana cara menangkap penjahat, alat apa yang digunakan untuk menangkap penjahat, di mana letak kantor polisi, dan masih banyak lagi. Dengan begitu, anak akan terlatih untuk mengatasi suatu permasalahan di dalam hidupnya.
Bermain juga membantu anak untuk mengenali diri mereka sendiri, mengenali emosi dalam dirinya, membuat pertimbangan, mengenali perubahan perasaan, dan lain-lain.
Dalam menyusun program pengembangan sosio emosional tersebut pasti memiliki beberapa tantangan. Oleh karena itu, penting sekali memilih program pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan sosio emosional anak.
Sekian, materi yang bisa penulis bagikan, semoga bermanfaat. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H