Mohon tunggu...
A. Muna Zaeda S
A. Muna Zaeda S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Remaja

Halo, semua! Sehat-sehat ya!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pentingnya Mengajarkan Anak tentang Seksualitas dan Gender Sejak Dini

2 November 2022   18:43 Diperbarui: 2 November 2022   18:48 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Halo teman-teman semua!

Kalian ada yang tahu tidak dengan seksualitas? Pasti banyak orang menganggap pembahasan seksualitas merupakan pembahasan yang tabu. Padahal pendidikan tentang seksualitas ini penting banget loh apalagi untuk anak usia dini.

Dan seksualitas ini tidak hanya tentang "hubungan suami istri" tapi pembahasan tentang ini sangatlah luas.

Kalian ada yang pernah mendenger tentang identitas gender? Orang-orang pada umumnya menganggap gender itu tentang jenis kelamin pria dan wanita. Padahal tidak hanya itu loh!

Yuk kita bahas satu-satu mengenai seksualitas dan identitas gender!

Konsep Dasar Perkembangan Gender 

Gender merupakan tugas serta kewajiban dari laki-laki dan perempuan. Gender adalah tentang laki-laki dan perempuan bagaimana cara berpikirnya, tindakannya berdasarkan norma sosial serta budaya yang ada di daerah masing-masing.

Gender pada manusia itu dapat terbentuk dikarenakan sosial serta budaya yang ada. Misalnya terdapat laki-laki yang lembut, jantan, tegas, emosional. Ada perempuan yang luar biasa, menarik, dan keibuan. Hal-hal seperti itu dapat berubah seiring berjalannya waktu dan tempat.

Pada zaman dahulu, perempuan dianggap lebih kuat dari laki-laki di dalam satu suku, namun di tempat lain ada juga yang menganggap laki-laki lebih kuat. Jadi, semua itu dapat berubah berdasarkan wilayah atau kelas, itu lah yang dinamakan gender.

Nah, sekarang kalian sudah paham kan apa itu gender? Yuk kita bahas lebih mendalam!

Identitas Gender, Orientasi Seksual, Dan Kepribadian

Pada identitas gender menurut Hines, Ahmed, & Hughes, 2003; Hines, Brook, & Conway, 2004 adalah terdapat perbedaan dan konsisten di dalam perilaku atau psikologi pria dan wanita. Identitas gender dan perasaan diri sebagai laki-laki dan perempuan merupakan perbedaan psikologis terbesar di antara pria dan wanita, serta di antara anak perempuan dan anak laki-laki.

Identitas gender ini proses dari individu dalam melakukan klasifikasi terhadap dirinya sendiri. Identitas gender perlu keyakinan dalam diri secara sosial, budaya serta fisik sebagai laki-laki maupun perempuan. Identitas gender yang sehat merupakan yang konsisten pada identitas gender sesuai biologis atau kodratnya dari Tuhan.

Perbedaan kedua antara kedua jenis kelamin ini yakni orientasi seksualnya. Para pria kebanyakan memiliki minat erotis utama kepada wanita, tetapi kebanyakan wanita tidak. American Psychological Association (2008) menyatakan bahwa suatu perasaan dan konsep diri dari individu itu merujuk ke orientasi seksual.

Jadi, seorang individu merasakan tentang orientasi seksual yang dirasakan pada dirinya dapat diekspresikan atau juga tidak diekspresikan melalui perilaku seksualnya. Sebab, hal tersebut berhubungan juga dengan bagaimana konsep diri yang dimiliki oleh seseorang. Jadi, cara seseorang melihat serta berpikir tentang dirinya dapat memengaruhi orientasi seksualnya dalam bentuk perilaku atau perbuatan akan ditampakkan atau tidak ditampakkan.

Orientasi seksual dibedakan menjadi tiga, antara lain:

  • Heteroseksual, ketika seseorang tertarik kepada jenis kelamin yang berbeda dengan dirinya. Misalnya, laki-laki suka dengan perempuan atau sebaliknya.
  • Homokseksual, ketika seorang individu tertarik kepada jenis kelamin yang sama. Misalnya, gay yakni ketika laki-laki suka dengan laki-laki, lesbian yakni ketika perempuan suka dengan perempuan.
  • Biseksual, ketika seorang individu tertarik dengan semua jenis kelamin. Ada transeksual yakni jika seseorang ingin mengubah dirinya ke jenis kelamin yang berbeda dan ia tertarik dengan jenis kelamin yang sama.

Orientasi seksual ini tidak bisa dilihat dari penampilannya saja, misal laki-laki yang jantan dan berotot bisa jadi ia gay, dan perempuan yang feminism, manis, bisa jadi lesbian.

Pada kepribadian menurut perbedaan gender ini lebih kecil dari itu dilihat dari ketinggian. Contohnya, laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam menunjukkan perilaku agresif secara fisik. Ini dapat dilihat lebih dari 90% orang yang dipenjara akibat kejahatan kekerasan merupakan laki-laki.

Kepribadian merupakan sifat atau tingkah laku yang khas dari seseorang serta dapat membedakannya dengan individu yang lainnya. Semua manusia di dunia ini memiliki kepribadiannya masing-masing. Maka tidak ada satu orang pun memiliki kepribadian yang sama persis, walaupun kembar sekalipun kepribadiannya tidak akan sama persis. Menurut Sigmund Freud kepribadian merupakan sebuah struktur yang berisi tiga macam sistem, yakni Id, Ego, dan Superego. Kepribadian dapat menentukan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Seksualitas Pada Anak Usia Dini

Seksualitas merupakan aspek aspek pada kehidupan manusia yang berkaitan dengan faktor biologis, budaya, sosial, politik. Juga terkait dengan seks serta aktivitas seksual yang memengaruhi seseorang di dalam masyarakat.

Seksualitas pada anak usia dini ini bisa dilihat atau terlihat sejak beberapa bulan pertama ia hidup di dunia ini. Graaf dan Rademakers (2011) mendefinisikan seksualitas pada masa kanak-kanak memakai kerangka dengan menggabungkan fenomena-fenomena yang berbeda, seperti menyentuh atau menampilkan alat kelaminnya sendiri, melihat atau menyentuh alat kelamin orang lain. Dari data-data yang telah dikumpulkan, anak sejak berusia 2 tahun memiliki minat dan perilaku seksual.

Peran Orang Tua Dalam Perkembangan Gender Anak 

Dalam perkembangan gender anak, orang tua memiliki peran yang sangat penting. Ketika anak mulai mengenali jenis kelamin serta perannya. Tugas orang tua yakni memperkenalkan segala hal yang membantu membentuk identitas gender pada anak sesuai dengan jenis kelaminnya. Misalnya, anak perempuan diajarkan untuk memakai pakaian yang muslimah, menutup aurat, gaya rambut pun disesuaikan. Pada anak laki-laki diajarkan untuk memakai celana bukan memakai rok, gaya rambut pendek bukan panjang, dan lain sebagainya.

Perkembangan gender ini bisa dipengaruhi oleh sikap yang didapat anak dari orang tuanya berupa sikap maskulin atau feminim. Bisa berupa memberi pujian atau hukuman pada anak sesuai dengan gendernya.

Anak juga akan menirukan tingkah laku anggota keluarganya yang berjenis kelamin sama dengannya. Dengan ia menirukan dari orang dewasa maka anak akan mengidentifikasi dirinya dengan orang tuanya yang berjenis kelamin yang sama dengannya.

Menurut Freud anak usia pra sekolah ketertarikan seksualnya berkembang terhadap orang tuanya yang berjenis kelamin yang berbeda. Namun, anak usia 5-6 tahun anak akan berhenti tentang ketertarikannya karena timbul rasa cemas pada dirinya. Serta anak akan mulai mengidentifikasi dirinya dan tak sadar akan mengikuti karakteristik orang tuanya.

terimakasih sudah membaca artikel ini, semoga dapat memberikan pengetahuan lebih dan bermanfaat, see you!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun