Mohon tunggu...
A.Budiyanto
A.Budiyanto Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, Pegiat Literasi & Pendidikan

Teacher • Writer • Public Speaker on Education Instagram @ABudiyanto12 | Co-Founder Mulango.ID • Kadiv Inovasi Program Wonosobo Mengajar • Guru SDIT Salsabila Al Muthi'in | Pengajar Praktik (Pendamping) Program Pendidikan Guru Penggerak Kemdikbud RI | Wardah Inspiring Teacher 2020

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Hoaks (Masih) Membuat Resah, Apa yang Salah?

9 Oktober 2019   10:12 Diperbarui: 9 Oktober 2019   10:46 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan yang mengedepankan literasi digital seyogyanya sudah mulai diberikan sejak bangku sekolah dasar. Pemerian pengetahuan tentang pemanfaatan digital dan teknologi sudah seharusnya diberikan sejak dini. Di sekolah, guru bisa menggunakan berbagai perangkat media pembelajaran yang berbasis teknologi. Berbagai platform media sosial juga bisa digunakan sebagai sarana dalam proses pembelajaran. Beberapa platform yang bisa dimanfaatkan misalkan youtube, instagram, whatssup, blog, google classroom, google form dan lain sebagainya.

Selain guru sebagai pemangku kepentingan dalam pendidikan, orang tua juga perlu perlu saling kerja sama dan berkolaborasi dalam memberikan pemahaman kepada generasi saat ini tentang penggunaan teknologi yang baik dan benar. Jika sekolah sudah memberikan pemahaman tentang pemanfaatan teknologi yang baik, maka sudah seharusnya orang tua meneruskan misi tersebut di dalam lingkungan keluarga. Hanya orang tua yang memegang kendali segala sesuatu yang digunakan oleh anak, guru hanya bisa memantau dari jauh.

Pendidikan bertugas untuk memberikan benteng yang kokoh dalam menghadapi hoaks atau berita palsu dalam bentuk apapun. Berbekal dari pengetahuan dalam pemanfaatan media digital dan teknologi, setiap generasi sebagai bagian dari masyarakat dapat menyaring segala berita yang diterimanya, tidak langsung diterima dengan begitu saja dan ditelan dengan mentah-mentah.

Dengan literasi digital, selain masyarakat mampu menguasai teknologi yang ada, tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk menyaring informasi yang diterima. Sikap kritis dibangun dengan literasi digital yang baik. Hoaks bisa ditangkal dengan cara segala informasi disaring terlebih dahulu sebelum sharing.  Pemerintah perlu membumikan literais digital tidak hanya di sekolah, tetapi juga dikelurga dan masyarakat. Program seperti "Gerakan Literasi Sekolah" perlu dilakukan di masyarakat dan keluarga.

Daftar Pustaka

Detik News. 2019. Benarkah Minat Baca Orang Indonesia Serendah Ini? Diakses dari https://news.detik.com/berita/d-4371993/benarkah-minat-baca-orang-indonesia-serendah-ini pada Selasa, 24 September 2019 pukul 20.15 WIB.

Silverman, Craig. (2015). Journalism: A Tow/Knight Report."Lies, Damn Lies, and Viral Content". Columbia Journalism Review (dalam bahasa Inggris). Diakses dari https://www.cjr.org/tow_center_reports/craig_silverman_lies_damn_lies_viral_content.php pada Selasa, 24 September 2019 pukul 20.35 WIB.

The Jakarta Post. 2016. Indonesia second least literate of 61 nations. Diakses dari https://www.thejakartapost.com/news/2016/03/12/indonesia-second-least-literate-61-nations.html pada Selasa, 24 September 2019 pukul 20.20 WIB.

Tim GLN Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Materi Pendukung Literasi Digital Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Bio Penulis

A.Budiyanto, S.Pd

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun