Dilansir dari Aljazeera.com - 31 Oktober 2020
Meski masih dalam rangka pencegahan virus Corona, tim pelaksana Taipe Pride tetap menargetkan 100.000 orang untuk menghadiri perayaan tersebut. Pelaksanaan yang dilakukan pada siang hari tersebut memang diikuti oleh ribuan orang dan penyelenggara masih menargetkan untuk hari berikutnya bisa bertambah.
Para peserta menyambut perayaan tersebut dengan sukacita, hal tersebut tampak dengan berbagai kostum yang dipakai seperti kostum halloween serta baju berwarna pelangi sebagai simbol dari kaum LGBTQ.
Di Taiwan kehidupan semakin hari cenderung relatif normal. Hal tersebut juga disebabkan atas minimnya penularan virus Covid-19 yang menyerang negara tersebut.
Meski tetap ada pembatasan turis untuk masuk ke negara Taiwan, namun penyelenggara kegiatan berharap terdapat peserta yang hadir dari penjuru kota lainnya Taipe, tempat pelaksanaan Taipe Pride.
Shao Li-Yi, ketua penyelenggara Pride Taiwan Rainbow Civil Action Association (TWRCAA), menyampaikan tentang terdapatnya penurunan kehadiran peserta yang ambil bagian dalam perayaan tersebut.
Â
Shao menyatakan bahwa tahun lalu dapat meraih banyak peserta dikarenakan terdapat 20 hingga 30 negara yang masuk ke Taiwan sehingga acara terlihat sangat ramai. Namun meski begitu, Shao tetap berharap kegiatan tersebut dapat dihadiri oleh warga lokal dari Taiwan hingga mencapai 100.000 sampai 130.000 partisipan.
Â
Tonggak sejarah atau titik semangat dari Taiwan dalam perayaan ini adalah kejadian atau kerusuhan Stonewall di New York pada bulan Juni. Namun di Taiwan dirayakan pada bulan Oktober untuk menghindari hujan. Selalu meninggalkan kenangan yang baik setiap tahunnya, begitulah beberapa kesan yang terungkap dari salah satu peserta dari Taipe Pride
Â
Adalah seorang artis sekaligus pemain film berdarah Taiwan dan Amerika bernama SueAnn Shiah yang menyatakan hal tersebut. Ia menyatakan bahwa bangga dengan Taiwan karena selain menjadi negara Asia yang melegalkan LGBTQ, ia juga menjadi negara yang terhitung baik dalam penganganan virus Corona. Hal itu terbukti dari 200 hari tanpa adanya penularan yang terjadi di daerah tersebut.
Â
"Saya sangat senang dengan perayaan ini, Taiwan menjadi negara yang diabaikan akan tetapi ia menjadi negara pertama yang melegalkan LGBTQ di Asia. Setelahnya, Taiwan kini menjadi negara nomer 1 yang dapat menangani virus Corona.", ujar Shiah dalam acara tersebut.
Taiwan merupakan negara yang terkenal dengan keramahannya. Meski begitu, di dalamnya ia kerap terdapat aksi dari para aktivis terutama para aktivis yang membuka pendapatnya kepada negara tentang pelegalan kebijakan LGBTQ ini.
Â
Maka kegiatan Taipe Pride ini pula menjadi tanda bahwa selain perayaan, terdapat pula keluh kesah yang disampaikan kepada negara terkait kebijakan LGBTQ tersebut.
Â
Seperti beberapa halnya adalah aturan yang belum jelas diberikan mengenai menikah sesama jenis tetapi dalam kasus berbeda kenegaraan, belum diperbolehkannya adopsi anak untuk pasangan yang telah menikah, serta stereotipe yang masih ada di publik tentang pandangan negatif untuk kaum LGBTQ ini.
Hal tersebut menjadi tanda bahwa tetap adanya suara dari masyarakat yang terlaksana di Taiwan. Beberapa kritiknya menjadi bentuk suara serta landasan yang kemudian dibentuk menjadi sebuah perayaan seperti pada hari Sabtu, 31 Oktober 2020 lalu.
Pemberitaan dari Aljazeera tersebut didukung dengan beberapa bukti seperti foto dan video yang terpasang dalam artikel berita. Hal ini menandakan pemberitaan yang valid dalam artikel tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H