Mohon tunggu...
Novendra Vandito
Novendra Vandito Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fisip UAJY

Belajar Menulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Gagasan Jurnalisme Makna, Sebuah Tantangan Bagi Jurnalisme Multimedia

26 Oktober 2020   03:37 Diperbarui: 26 Oktober 2020   03:39 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar dari harian Kompas.com

Tentang Gagasan Jurnalisme Makna

Harian Kompas memiliki warisan besar dari sang pendiri Kompas Gramedia, yakni Jakob Oetama. Gagasan tentang "Jurnalisme Makna" disampaikan oleh Jakob Oetama ketika beliau melakukan pidato pengukuhan Doktor Honoris Causa dalam Bidang Komunikasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dalam rangka memperingati ulang tahun Jacob Oetama yang jatuh pada 27 September, Harian Kompas kembali berbicara soal Jurnalisme Makna. Seperti yang disampaikan oleh Jakob Oetama, salah satu poin yang dibicarakan oleh beliau adalah penyajian sebuah berita tidak hanya menyampaikan informasi dan fakta, melainkan juga tentang makna serta arti dalam sebuah peristiwa.

Adapun turunan dari poin tersebut adalah perlunya kemampuan selektif dari media dalam memilah suatu informasi, sehingga segala peristiwa yang terjadi di sekitar masyarakat dapat diperas kembali menjadi sebuah interpretasi yang dapat dipahami oleh masyarakat. Hal ini merupakan salah satu pekerjaan media yang ternyata cukup penting untuk mewujudkan suatu bentuk Jurnalisme Makna.

Kemampuan interpretasi dari pekerja media ini dapat diwujudkan menjadi beragam bentuknya, seperti kata-kata, gambar, maupun komponen audiovisual. Beberapa komponen tersebut dapat menjadi tolok ukur bahwa kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tetap dapat menjadi alat bantu untuk mewujudkan arti serta makna yang mendalam.

Satu hal yang menjadi tantangan berikutnya adalah tentang penelusuran suatu peristiwa menggunakan reportase mendalam, investigatif, dan responsif. Sehingga perwujudan jurnalisme makna dapat membawakan informasi bukan sekedar menampilkan peristiwa yang terjadi namun juga dapat mencantumkan latar belakang, proses, serta riwayat suatu peristiwa tersebut.

Jurnalisme Multimedia

Menurut Widodo (2020), multimedia berarti memiliki banyak media. Sangkutpautnya multimedia dalam jurnalisme berarti bentuk atau produk jurnalisme yang memanfaatkan komponen dengan banyak media.

Konteks jurnalisme menggunakan banyak media berarti dalam sebuah produk jurnalistik terdapat beberapa media seperti teks, gambar, audio, maupun audiovisual. Sebuah ciri khusus yang menjadikan jurnalisme multimedia ini berbeda dari jurnalisme konvensional sebelumnya adalah bentuk interaktif dan video (Mindy Adams, 2014).

Bentuk interaktif dan video ini menjadikan jurnalisme multimedia memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi supaya penyebaran beritanya dapat melalui bentuk dalam jaringan (daring). Jurnalisme online memiliki ciri khusus yang berbasis online sehingga dapat memungkinkan terwujudnya penyebaran informasi secara luas dan cepat.

Akun Youtube dari Harian Kompas, sempat menerbitkan video yang berjudul Kompas dan Jurnalisme Makna, pada tanggal 4 Juli 2020. Video tersebut membicarakan tentang semangat Kompas yang masih memegang prinsip Jurnalisme Makna, sebagai warisan dari sang pendiri, untuk tetap bertahan di tengah tuntutan perubahan zaman dimana arus informasi selalu mengutamakan kecepatan dan kuantitas.

Tangkapan layar dari akun Youtube Harian Kompas
Tangkapan layar dari akun Youtube Harian Kompas
Video tersebut menunjukan kepada kita tentang banyaknya arus informasi yang beredar, setidaknya dari tahun 2015 hingga saat ini. Sumber informasi yang beragam sangat mudah didapatkan dari segala platform yang tersedia bagi pembaca berita. Terdapatnya jurnalisme warga menjadi tanda bahwa berita dan informasi dapat diproduksi oleh siapa saja, tidak hanya perusahaan media.

Adapun dampak dari fenomena tersebut adalah diberhentikannya koran atau berita berbentuk cetak. Majalah-majalah atau koran tersebut diantaranya Jakarta Globe,  Sinar Harapan, Majalah Bola, Majalah Hai, dan Rolling Stone Indonesia. Tutupnya majalah atau koran tersebut hanya beberapa nama saja dari banyaknya perusahaan media cetak yang kemudian memaksa diri untuk hijrah memanfaatkan teknologi daring.

Hal tersebut didasari pada perubahan zaman seperti yang disampaikan di awal. Bahwa masyarakat saat ini kemudian memiliki kecenderungan untuk bisa mengonsumsi media berita secara banyak dan dengan kecepatan yang semaksimal mungkin. Hal itu menjadi prinsip kekinian yang juga mendorong pembaca serta perusahaan media untuk mau tidak mau mengikuti perkembangan zaman tersebut.


Tantangan Jurnalisme Makna dalam Jurnalisme Multimedia

Satu hal yang menjadi alasan, mengapa tetap perlu adanya pengaplikasian prinsip dari jurnalisme makna adalah tentang kecepatan serta kuantitas yang maksimal yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Hal ini diperlukan pula secara interpretasi serta pendalaman informasi dari suatu peristiwa supaya pembaca dapat mengambil suatu makna dari setiap kejadian yang dialaporkan oleh media. Jakob Oetama dalam menyampaikan pidatonya pada tahun 2003 tersebut, juga dapat menjadi gambaran bahwa tetap diperlukannya pengaplikasian gagasan jurnalisme makna tersebut.

Beliau menyampaikan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi cara kerja dari media. Yang pertama, adalah revolusi dari teknologi informasi. Yang kedua, adalah perkembangan masyarakat yang semakin ke depan dapat semakin beralih ke dalam interaksi global.

Pertama adalah tentang revolusi teknologi informasi. Saat ini, atau setidaknya dimulai dari tahun 2015, media memanfaatkan perkembangan media yang bisa dirasakan oleh masyarakat. Hal ini memunculkan media yang dapat kita rasakan saat ini. Membuka sebuah portal berita di website tertentu, dan kita akan disuguhi berbagai elemen media yang mendukung setiap pemberitaan yang sedang disajikan, baik secara teks, gambar, audio, maupun penggabungan dari semua komponen tersebut.

Kedua adalah tentang perkembangan masyarakat yang masuk dalam interaksi global. Hal ini yang mengakibatkan lajunya informasi yang semakin cepat serta banyaknya kuantitas yang diperlukan masyarakat melihat semakin transparannya pemberitaan di ranah global. Pertukaran informasi yang sangat cepat membuat setidaknya terdapat 200 hingga 800 berita tersebar dalam media daring yang dapat diakses oleh masyarakat (Youtube Harian Kompas, 4 juli 2020). Kecepatan penyebaran berita menjadi senjata utama bagi perusahaan media supaya tetap dapat bertahan di perkembangannya saat ini.

Tangkapan layar dari harian Kompas.com
Tangkapan layar dari harian Kompas.com
Tentu saja, berbagai dinamika tersebut menjadi tantangan bagi media. Bagaimana menghadirkan pemberitaan yang penuh dengan permaknaan, namun tetap mengikuti arus perkembangannya supaya tidak menjamur.

Dalam pelaksanaannya, beberapa poin dari pidato Jakob Oetama dan melihat fenomena yang terjadi saat ini, setidaknya penulis memiliki pemahaman tentang pengaplikasian jurnalisme makna ini. Beberapa hal yang akan disampaikan terkait topik ini adalah bahwa pencarian makna dalam berita menjadi pekerjaan rumah bagi pekerja media. Di tengah tantangan kecepatan dan kuantitas yang perlu dilakukan pekerja media, pekerja media juga memiliki pekerjaan rumah supaya terwujudnya prinsip jurnalisme makna tersebut.

Untuk dapat sampai kepada prinsip tersebut, perlu adanya kebebasan dan independensi yang diberikan kepada wartawan atau pekerja media lainnya. Pemberian hak tentang kebebasan serta indepensi inilah yang kemudian memungkinkan wartawan untuk cerdas dalam menyeleksi setiap peristiwa yang ada di sekitar masyarakat.

Sikap selektif dalam memilih peristiwa ini diperlukan supaya memang tidak seluruh peristiwa yang ada dalam masyarakat dapat menjadi informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Mengutip pidato Jacob Oetama kembali, bahwa produk jurnalisme juga dapat memiliki fungsi untuk menjadi jawaban atas persoalan yang terjadi dalam masyarakat. Maka, di samping masyarakat perlu cerdas memilah informasi, pekerja media juga memiliki tanggung jawab dalam penyampaian berita yang disebarkan kepada masyarakat.

Daftar Pustaka

Widodo, Yohanes. 2020. Jurnalisme Multimedia.  Yogyakarta. Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

jeo.kompas.com. (Rabu, 9 September 2020). Jurnalisme Makna: Satu Warisan Jakob Oetama, Pendiri Kompas Gramedia. Diakses pada 25 Oktober 2020, dari: https://jeo.kompas.com/jurnalisme-makna-satu-warisan-jakob-oetama-pendiri-kompas-gramedia

nasional.kompas.com. (27 September 2020). Jurnalisme Makna, Warisan Jakob Oetama.... Diakses pada 25 Oktober 2020, dari: https://nasional.kompas.com/read/2020/09/27/13314381/jurnalisme-makna-warisan-jakob-oetama?page=all#page2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun