Mohon tunggu...
A HumaeniRizqi
A HumaeniRizqi Mohon Tunggu... Guru - Menjaga perdamaian

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga Fitrah Pendidikan

1 Juli 2021   12:00 Diperbarui: 1 Juli 2021   12:02 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kepribadian dasar seorang pendidik seperti pendidik itu beradab, shalih, cerdas, kreatif, empati, dan teladan, terbentuk dari hasil refleksi dalam memaknai tugas dan tujuan menjadi seorang pendidik. Maka dari itu hal yang pertama harus diketahui oleh seorang pendidik yaitu berfikir tentang pendidik. Pendidik harus mengenal dirinya, bahwa pendidik adalah seseorang yang mengembangkan kesadaran peserta didik dan bertanggung jawab atas potensi yang dimiliki peserta didik.

Seorang pendidik yang masuk pada sebuah lembaga pendidikan pada prinsipnya memiliki kepribadian baik. Namun lingkunganlah yang mengubahnya, contohnya teman sejawat, guru senior, kepala sekolah, pimpinan yayasan atau wali murid. Selain itu, dalam sosiologi pendidikan, bahwa memang sering dijumpai keberadaan ‘klik’. Klik yaitu perkumpulan pendidik atas dasar kesamaan, seperti kesamaan mata pelajaran, hobi, atau yang lainnya. Hal ini pulalah yang memengaruhi keterbentukan kepribadian seorang pendidik.

Kemampuan untuk menjadi pendidik yang professional harus terus didorong. Meningkatkan berbagai macam pelatihan untuk mengasah kemampuan pedagogi, akademik, sosial, dan individu. Agar pendidik dapat melakukan pembelajaran yang optimal. Sehingga akan melahirkan para peserta didik yang sukses, baik kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Jangan sampai seorang pendidik lupa akan jati dirinya, terjebak pada jurang permasalahan, apalagi sampai terjun pada politik praktis dalam memperebutkan jabatan di lingkungan sekolah. Atau melalakukan jual beli jabatan seperti yang dilakukan ditingkat kementrian. Pendidik harus tetap mengedepankan profesionalitas, kualitas, dan penilaian secara obejektif. Seperti diingatkan oleh Ahmad Syauqi bahwa pendidik itu kemuliaan, hampir saja pendidik itu mendekati kerasulan.

Fitrah Peserta Didik

Peserta didik acap kali melalukan berbagai kesalahan, hal ini merupakan sebuah kewajaran, karena mereka masih dalam tahap proses pembelajaran. Tetapi kejadian demi kejadian tidak boleh begitu saja dibiarkan. Pendidik harus mulai melakukan refleksi, karena bisa jadi peserta didik melakukan tindakan yang tak sesuai tatanan merupakan ala hasil dari pendidikan yang didapatkan oleh mereka. Penting untuk memberikan internalisasi terhadap diri mereka dengan nilai-nilai yang positif.

Dalam aliran empirisme yang diungkapkan oleh John Lock, bahwa manusia itu terlahir dalam keadaan tidak membawa apa-apa. Sehingga perlu diberikan isi agar menjadi gelas yang terisi. Dalam bahasa behaviorism merupakan tabularasa.

Fitrah peserta didik tentu pastinya yang utama yaitu belajar. Peserta didik memiliki kewajiban untuk belajar agar dapat mengetahui apa yang tidak diketahui. Peserta didik selalu menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok yang menjalankan kegiatan pendidikan. Baik itu satuan pendidik, pendidik, tenaga pendidik, dan pengambil kebijakan pendidikan. Peserta didik perlu mendapatkan bimbingan dengan nilai-nilai yang baik, tidak diberikan beban yang menghantarkan mereka pada kemalasan dalam mengamalkan tatanan nilai. Kemudian membina peserta didik agar aktif, kreatif, dan tangkas dalam menghadapi suatu permasalahan. Sehingga mereka bisa cerdas dalam mengambil keputusan dalam setiap keadaan.

Perhatian yang dibutuhkan oleh peserta didik tidak hanya berupa materi pembelajaran. Mereka membutuhkan perhatian jiwa kesadaran. Mengkolaborasikan segala kemampuan agar kecerdasan mereka mengalami keseimbangan.

Di masa sekarang, masalah pendidikan masih saja menjadi bahan diskusi mulai dari pendidikan pra-sekolah hingga pendidikan tinggi. Membangun kerangka pendidikan yang berkesinambungan sesuai dengan apa yang telah menjadi fitrahnya. Pada akhirnya, pendidikan tetap berupaya untuk dapat terus menjaga keseimbangan alam, membangun peradaban, melawan kezaliman, dan menegakan keadilan. Pendidikan tidak semata memengaruhi wawasan dan pengetahuan, tetapi pendidikan mampu mewujudkan segala aspek kehidupan menjadi suatu keberhasilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun