Tak henti-hentinya hubungan antar individu khususnya interaksi dengan lawan jenis selalu menjadi topik yang umum untuk dipelajari, seperti halnya yang marak ditemui pada interaksi Gen Z pada lawan jenis yang telah menjadi bukti bahwa hubungan antar individu lawan jenis bukan hanya melibatkan hal romantis didalamnya. Hubungan itu biasa disebut Platonic Relationship. Berbeda dengan hubungan romantis yang melibatkan nafsu, platonic Relationship memberikan hubungan yang tulus, dan tidak ada unsur romantis didalamnya. Fenomena yang terjadi ini menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai bagaimana Platonic Relationship ini mempengaruhi interaksi sosial juga mental Gen Z.
  Platonic Relationship sendiri merujuk pada sebuah kondisi dimana dua individu memiliki hubungan dekat tanpa melibatkan hal romantis yang melibatkan nafsu di dalamnya, namun masih memiliki sebuah kedekatan emosional yang lebih dalam. Hubungan ini dianggap lebih dalam karena tidak memiliki tuntutan dan syarat tertentu, idealnya Platonic Relationship dianggap sebagai hubungan yang dilandasi oleh sikap saling memahami satu sama lain tanpa adanya harapan untuk merubah hubungan itu menjadi hubungan romantis.
  Platonic Relationship pertama kali dikenalkan oleh filsuf Italia yang bernama marsilio ficino, yang menganggap bahwa hubungan Platonic Relationship adalah hubungan yang memperlihatkan rasa kasih sayang antar individu dan dilandasi dengan tujuan yang mulia.
Selain itu marsilio ficino filsuf lain yang telah membahas mengenai platonic Relationship adalah seorang filsuf Yunani bernama plato dari namanya itulah hubungan ini dinamakan Platonic Relationship, plato menyebutkan bahwa hubungan yang tidak melibatkan nafsu didalamnya adalah hubungan yang murni dan tulus.
  Gen Z yang tumbuh seiring dengan perkembangan zaman yang semakin canggih juga mempengaruhi pola interaksi mereka dalam membangun hubungan, media sosial besar seperti platform TikTok dan beberapa platform besar lainnya memungkinkan mereka untuk berhubungan dengan berbagai individu tanpa terhalang oleh jarak. Melalui media sosial mereka dapat memiliki teman virtual bahkan menjalin hubungan romantis dengan mereka. Kebanyakan Gen Z merasa bebas untuk mengekspresikan diri mereka di media sosial. Tanpa disadari media sosial juga menjadi salah satu platform yang menyediakan ruang untuk membangun Platonic Relationship, tanpa adanya tuntutan menjadikan lawan bicaranya menjalin hubungan romantis dengan merekaÂ
  Berbagai macam faktor mempengaruhi Tren Platonic Relationship ini, beberapa tahun terakhir ini kesadaran Gen z mengenai kesehatan mental semakin temukan, banyak dari mereka menghindari hubungan romantis bersama lawan jenis karena dapat menambah stres dan beban pikiran ke diri mereka. Faktor itulah yang membuat Platonic Relationship ini menjadi lebih dikenal, Platonic Relationship menawarkan sebuah hubungan tanpa melibatkan perasaan romantis di dalamnya, Platonic Relationship sendiri juga menawarkan hubungan tanpa tekanan untuk memenuhi sebuah standar romantisasi hubungan. Hubungan platonic ini menawarkan individu membangun hubungan yang lebih tulus dan bebas dari rasa ketergantungan kepada pasangan. Selain itu Platonic Relationship juga menawarkan kedamaian mental mereka.
  Sudut pandang Gen Z yang semakin terbuka terhadapan sebuah hubungan membuat mereka lebih menerima segala macam bentuk hubungan, entah itu hubungan romantis ataupun tidak, Gen Z yang telah memiliki awareness terhadap kesehatan mental sendiri membuat mereka menekankan hubungan yang lebih mementingkan komunikasi, rasa saling menghormati dan Kesetaraan. Platonic Relationship yang tidak mengekang dan tidak membuat mereka berharap pada suatu hubungan romantis membuat mereka merasa bebas mengekspresikan kedekatan mereka dengan lawan jenis.
  Kebebasan mengekspresikan perasaan dan kedekatan dapat membentuk identitas diri seorang Gen Z. Platonic Relationship membuat mereka lebih merasa bebas dan tidak terikat syarat ataupun tuntutan, dalam hubungan ini mereka merasakan kebebasan menjadi diri sendiri dan mengembangkan interaksi dengan seseorang tanpa harus terikat dengan standar bagaimana hubungan yang seharusnya terjadi. Hal itu memungkinkan mereka untuk tumbuh menjadi orang yang fokus pada diri sendiri dan tidak terbebas oleh ekspektasi orang lain.
  Hubungan sehat yang ditimbulkan oleh hubungan platonic menciptakan kecenderungan Gen Z memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah, hal itu dapat terjadi karena dalam hubungan platonic ini mereka merasa dihargai dan diterima tanpa harus memenuhi standar-standar yang ada dalam hubungan romantis yang melibatkan nafsu. Platonic Relationship juga bisa membuat individu lebih memahami cara berkomunikasi, empati terhadap sesama, dan cata menyelesaikan konflik yang baik. Adanya dukungan dan rasa menghargai antat individu juga membentuk kepribadian mereka di masa depan, terutama yang berhubungan dengan rekan kera, teman atau keluarga.
  Dasar Platonic Relationship yaitu rasa saling memahami satu sama lain tanpa adanya harapan untuk merubah hubungan itu menjadi hubungan romantis membuat mereka merasa lebih percaya diri. Individu tidak merasa tertekan karena harus memenuhi harapan pasangan dan tidak perlu takut untuk menjadi diri sendiri karena dalam sebuah hubungan platonic Relationship mereka tidak dituntut untuk merubah apa adanya dirinya.
 Fenomena jalinan hubungan pada Gen Z Platonic Relationship, menunjukkan bahwa terdapat perubahan pada pola interaksi Generasi Z dengan Generasi-Generasi sebelumnya. Melalui media sosial mereka dapat menjalin interaksi tanpa dipengaruhi oleh jarak. Platonic Relationship membuat mereka lebih merasa bebas dan tidak terikat syarat ataupun tuntutan seperti hubungan romantis pada umumnya. Berlandaskan ketulusan, seiring berjalannya waktu Platonic Relationship diharapkan dapat membantu Generasi Z ataupun Generasi-Generasi lainnya membangun hubungan yang lebih murni, mendalam, dan lebih sehat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H