Mohon tunggu...
Bella Auliana A
Bella Auliana A Mohon Tunggu... Mahasiswa - IPB University

Senang belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Peran Komunikasi dalam Membangun Kesejahteraan Keluarga Nelayan: Keluarga Roti Lapis

8 Mei 2023   06:36 Diperbarui: 8 Mei 2023   06:41 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penduduk Indonesia mencapai 220 juta jiwa dengan 60% diantaranya hidup dan bermukim di sekitar wilayah pesisir serta bergantung pada sumberdaya alam pesisir dan lautan. Pendapatan masyarakat nelayan bergantung pada pemanfaatan potensi sumber daya perikanan yang terdapat di lautan.

Tidak mengherankan lagi jika kesejahteraan nelayan justru sangat minim dan identik dengan kemiskinan. Komunikasi menjadi aspek yang paling penting, karena berkaitan dengan hampir semua aspek dalam kehidupan manusia termasuk dalam berkeluarga misalnya berkaitan dengan kesejahteraan keluarga. Ditambah lagi keluarga sandwich yang mana seseorang harus menopang bertanggung jawab atas anggota keluarga yang lain. Salah satu keluarga yang banyak dijumpai keluarga sandwich adalah berasal dari keluarga nelayan.

Hasil survei menunjukkan bahwa tiga dari lima narasumber nelayan merupakan generasi sandwich. Hasil wawancara menunjukkan beberapa faktor yang menyebabkan ketiga narasumber tersebut termasuk generasi sandwich. Faktor pertama berkaitan dengan budaya di keluarganya. Salah satu narasumber menyebutkan bahwa mengurus dan membiayai orang tua telah menjadi budaya bagi anak bungsu atau sulung di keluarganya. Faktor lain yaitu berkaitan dengan kurangnya kemampuan finansial.

Dua narasumber nelayan non-generasi sandwich menyatakan bahwa hidupnya telah berkecukupan baik secara finansial maupun moral dibandingkan tiga narasumber yang merupakan generasi sandwich. Penurunan populasi generasi sandwich dapat ditekan apabila generasi-generasi saat ini melakukan perencanaan masa tua yang lebih terstruktur.

Kasus generasi sandwich meningkat setiap tahunnya. Mayoritas fenomena generasi sandwich terjadi pada keluarga yang memiliki pendapatan rendah, di mana generasi sandwich sendiri membutuhkan sumber penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga mereka. Generasi sandwich sendiri terdiri dari berbagai kategori yaitu the club sandwich dan open faced sandwich. The club sandwich adalah keluarga yang terdiri dalam usia 30-40 tahun dengan anak kecil dan orang tua yang menua serta kakek dan nenek. Adapun the open faced sandwich adalah siapapun yang terlibat dalam memberikan pengasuhan kepada kerabat yang sudah berumur.

Berdasarkan kajian yang dipublikasikan pada Pew Research Center pada tahun 2013 di Amerika, tercatat terdapat 47% orang dewasa memiliki tanggung jawab untuk memberikan asuhan orang tua usia lanjut ataupun mengurus anak mereka yang sedang tumbuh berkembang dan terdapat persentase sebesar 15% bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan orang tua lanjut usia dan anak (Khalil dan Santoso 2022). Kasus generasi sandwich di Indonesia yaitu tercatat sebesar 48% yang mana angka tersebut meningkat tiap tahunnya, hal tersebut berkaitan erat dengan kasus ekonomi dan kurangnya perencanaan hidup untuk kedepannya.

Peran Keluarga dalam Menyikapi dan Komunikasi yang Baik

Orang tua memiliki dua peran dalam keluarga bagi anak-anaknya sebagai generasi sandwich, dukungan sosial dan emosional. Dukungan sosial diartikan sebagai bantuan yang diberikan orang tua kepada anaknya yang membuat individu anak memiliki keyakinan diri dan perasaan positif tentang dirinya sendiri sehingga mampu menjalani tanggungjawab dan kewajibannya. Peranan orang tua dianggap sangat penting sebagai lingkungan pertama yang dikenal oleh individu anak sejak dilahirkan sehingga ikatan dan kelekatannya paling erat. 

Di sisi lain, dukungan emosional juga merupakan faktor terpenting, meliputi ekspresi empati misalnya kemampuan mendengarkan, bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya terhadap apa yang dikeluhkan, mau memahami, ekspresi kasih sayang serta perhatian. Keberadaan dukungan emosional membuat anak merasa berharga, nyaman, aman, terjamin, dan disayangi.

Perspektif lain dari masyarakat terhadap generasi sandwich timbul dengan mencoba melihatnya dari dua sisi. Kehadiran orang tua di tengah keluarga justru menjadi hal positif, alih-alih sebagai beban. Memasuki usia pensiun pada umumnya memang tidak lagi produktif dalam hal menghasilkan uang, meskipun demikian orang tua dapat memberikan kontribusi dalam bentuk masukan, dukungan, hingga bantuan. Banyak orang tua yang melakukan hal tersebut dengan senang hati. Kasus ini terjadi pada generasi muda Aceh yang berpendapat bahwa menjadi generasi sandwich bukanlah sebuah beban namun berkah karena mampu merawat orang tua di masa tua mereka.

Komunikasi dalam keluarga semestinya dapat dibangun dengan baik oleh setiap anggota keluarga, baik orang tua maupun anak. Komunikasi keluarga yang baik, antara orang tua dan anak, dapat dilihat dari aktivitas komunikasi yang sering dilakukan keduanya, adanya keterbukaan dalam berinteraksi satu dengan yang lain, orang tua dan anak sering melakukan diskusi tentang berbagai hal, adanya sikap saling menghargai pendapat masing-masing, serta orang tua tidak berusaha mengontrol dan memaksakan kehendak pada anak.

Kehidupan dalam keluarga dibentuk melalui interaksi yang dibangun antar anggotanya. 

Dengan komunikasi, masing- masing anggota dapat mengetahui peran, aturan dan harapan, cara mereka membentuk dan mengelola hubungan satu dengan yang lain, serta cara mereka saling berinteraksi. Komunikasi dalam keluarga perlu dibangun dengan baik untuk menciptakan hubungan yang baik pula antar anggotanya. Dapat dipahami ciri- ciri komunikasi keluarga yang baik dan efektif, yaitu seperti terdapat kesetaraan dan keadilan, terdapat keakraban dan kedekatan, juga adanya komunikasi yang terbuka antar anggota keluarga serta terdapat kesediaan pada masing - masing anggota untuk mengesampingkan masalah kecil untuk menjaga hubungan tetap baik.

Maraknya generasi Sandwich ini diakibatkan kurangnya dukungan dalam hal ekonomi sehingga membuat salah satu anggota keluarga harus menanggung kebutuhan orang tua atau saudara. Non-generasi Sandwich dianggap lebih berkecukupan dibanding dengan generasi sandwich karena tanggungannya hanya pada keluarga inti. Permasalahan utama biasanya bukan berasal dari orang tua, melainkan anak atau adik dari generasi sandwich yang semakin dewasa sehingga beban yang mereka tanggung semakin besar. Permasalahan yang dialami berimplikasi pada berbagai aspek meliputi tekanan peran, kerugian aspek fisik dan psikologis, hingga penurunan hubungan keluarga.

Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA
Ir. MD Djamaludin, MSc.

Oleh :  Afrida Alfin Nisa (A1401201002), Ani Septiani (A1401201005), Mahmud Anjir Faqnawi(A1401201011), Ditta Rahma Adiani (A1401201014), Bella Auliana Azzahra (A1401201016)

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

Fakultas Ekologi Manusia 

IPB University

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun