Mohon tunggu...
Aisyah Amatullah Al Muwaffaqah
Aisyah Amatullah Al Muwaffaqah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Ku Persembahkan untuk Suami Tercinta

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Malu Jadi Petugas IGD

23 September 2014   16:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:50 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kemarin, saya membawa ibu saya untuk berobat ke igd, karena beliau mendadak ketika bangun pagi wajah nya bengkak, serta tangan nya bengkak karena alergi obat. Sebelum nya beliau minum obat segenggam tangan sesuai resep dari dokter saraf langganan beliau. Karna kebetulan saya adalah anak koass yang juga mengerti tentang kesehatan, saya bawa lah ibu saya ke igd di daerah tempat saya tinggal. Karena selain alergi obat, wajah ibu saya juga kebas dan kaku hingga lidah. Ini yang kita takut kan kesulitan menelan atau bahkan kesulitan bernafas. Apalagi tensi ibu saya yang 150/100 mmhg. Setiba nya disana, melihat dokter igd dan perawat yang menggunakan pakaian rapi, saya sempat terenyuh dan berkata di dalam hati, "seperti nya mereka ramah dan mau mendengar kan keluhan kami," Setiba nya disana, saya dan ibu saya berdiri di depan meja masuk igd, kemudian saya bermaksud menjelaskan kronologi penyakit ibu saya, baru bercerita begini, "ibu saya pasien dokter......., di diagnosa migrain berat.", baru sampai situ, saya langsung di potong perkataan nya dengan kalimat, "miiiiiigraaainnn beeraaatt??! kalau itu silahkan ke poli."

Saya benar-benar kaget, saya lanjutkan, "tapi ini ibu saya sudah minum obat nya sejak kemarin tidak kunjung sembuh, tensi nya sedang tinggi.."

Kemudian dokter igd yang berjilbab warna putih itu melanjutkan penjelasan nya dengan gaya yang sombong, "migrain berat berat kan? kita ngak bisa menangani ini, mau nggak mau harus ketemu dokter saraf nya juga kan. Ini igd, khusus untuk orang-orang yang gawat darurat aja."

Saya kemudian melanjutkan, "jadi kalian, petugas igd menolak pasien?"

Dokter berjilbab itu langsung balik balas membentak saya, "siapa yang bilang seperti itu! Kapan saya bilang? Saya kan sudah jelaskan, ini untuk pasien yang gawat darurat aja!"

Ibu saya yang sejak tadi melihat, akhirnya ikut marah2 apalagi dengan tensi beliau yang sangat tinggi, "kalian ini sombong, menyepelekan pasien, anak saya ini dokter juga. Saya pasti punya alasan masuk berobat lewat jalur igd atau poli".

Saya kemudian berkata lagi, "jadi kalian anggap ibu saya nggak gawat darurat? Dengan alergi obat yang sampai ke wajah nya ini?"

Dokter igd muda yang sombong itu balik menjawab, "iyaa, kalau itu bisa kami tangani...."

Saya balas, "naaaahhh, makaaaa nya dengar kan saya ngomong dulu sampai selesai, kalian langsung aja main potong2 pembicaraan. Atau kalian ini sebenarnya mau melempar pasien ya?"

Lalu perawat dengan logat batak tanpa menggunakan jilbab ikut mencemooh saya, saya tidak ingat apa yang ia katakan.

Salah seorang perawat lain nya datang ke arah kami dan berkata dengan pelan, "gini mba, saya bantu ibu nya yuk, ibu nya di tidurkan dulu di sana". Saya yang sudah sejak dari tadi naik pitam, saya kata kan, "dari tadi kek kalian begini, ini nggak, malah milih kelahi sama orang sakit. Dokter apa itu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun