Tiga puluh menit dirasa cukup, jam 9 malam pun pendakian 620 anak tangga dimulai. Bagi saya pribadi, aktivitas pendakian memang sangat menarik jika dilakukan di malam hari. Selain tidak mengetahui beratnya medan yang akan dilalui, pemandangan indah pun sering tersuguh dengan pesona luar biasa di kejauhan sana. Gemerlap Kota Tasikmalaya dikejauhan sana, bintang-bintang di langit dan rembunan dalam kemilaunya selalu menjadi teman setia disetiap helaan nafas. Begitu juga malam ini, 20 menit menaiki anak tangga tidak membuat lelah sedikit pun bagi saya. Setiap berhenti saya menatap kebawah dan menikmati setiap nafas segar di malam ini. Bersyukur, hati kembali terisi dengan mahakarya tangan Tuhan.
Gunung yang berketinggian 2.167 mdpl ini masih tergolong gunung yang aktif namun tidak pernah sepi pengunjung terutama di akhir pekan. Selain pendakiannya yang sudah dipermudah dengan difasilitasi anak tangga, di puncak pun banyak warung-warung makan yang bertebaran. Untuk lokasi camping, tidak hanya di puncak tetapi di kawah dengan danau hijau yang cantik juga dapat menggoda setiap mata. Semua memiliki kelebihan masing-masing. Jika ingin menikmati sunrise muncul dari balik cakrawalanya, puncaklah tempat terbaik untuk mendirikan tenda. Namun jika ingin menikmati lebih dekat kecantikan kawah danaunya turunlah kembali setelah mencapai titik puncak. Bagi kami, para sunrise lovers tentunya puncak adalah lokasi paling pas membentangkan tenda dan bercengkrama ria dibawah selimut malam Galunggung.
[caption caption="Selamat Pagi Dunia "]
Selamat pagi Galunggung, Selamat pagi Matahari dan Selamat Pagi kamu yang di sana.
Assalamu’alaikum dunia….
Mentari menyapa rancak pagi ini dari balik kalderanya. Tidak salah, pilihan lokasi camp malam tadi. Dari semua sisi, Galunggung menampakkan pesonanya. Hutan Ericaceous dan Hutan Montane menjadi perindah dalam kawasan gunung yang pernah meletus dahsyat pada tahun 1822 ini, yang menyebabkan ribuan nyawa melayang dan ratusan rumah rusak serta berbagai infrasturktur hancur-lebur.
Puas menikmati dalam berbagai jepretan dan pose, sarapan pagi pun sudah terhidang dengan lamak di depan mata. Perut kenyang, hati senang dan saatnya kembali pulang. Rute yang ditempuh berbeda dari yang semalam. Kali ini jalur turun adalah jalur ala-ala Mahameru. Jalur turunan pasir yang setidaknya tidak akan membuat dengkul sejajar dengan kening.
[caption caption="Trekking turun ala Mahameru "]
Ada satu spot lagi yang bakal kami tandangi di jam 9 pagi ini. Pemandian Air Panas Cipanas. Niatnya di lokasi ini saya dan kawan-kawan akan membasuh badan, namun niat itu urung dilaksanakan karena pengunjung yang membludak. Bertepatan dengan minggu terakhir menjelang masuknya bulan Suci Ramadhan, berbondong-bondonglah masyarakat Tasik sekitar menuju pemandian air panas Cipanas dalam kebiasaan yang dominan dilakukan. Meluapnya kawasan parkir membuat kami kompak menggelengkan kepala “Tidak” untuk turun dari mobil. Nanti sajalah mandi dilebihkan di rumah makan terdekat menjelang balik ke Jakarta.
[caption caption="Perut kenyang, hati senang dan saatnya kembali pulang "]
Komplit sudah petualangan kali ini bersama kawan-kawan baru. Dari menjajah sebuah kampung fenomenal hingga pendakian dan kemping bareng di bawah langit malam. Kebersamaan dalam ilmu baru yang wajib dibagi dan dikenalkan. Turun naik tangga tidak berarti apa-apa, jika itu dinikmati dengan cara yang berbeda. Jangankan 100, 300 ataupun 650 anak tangga. Seribu tangga pun bisa ditaklukkan dengan teman-teman yang riang gembira dalam kebersamaan yang tidak bisa dibayar dengan apapun juga. Whatever you want to enjoy this nature, just do it by yourself, by your style and with your happy friends especially.