Mohon tunggu...
Wilda Hikmalia
Wilda Hikmalia Mohon Tunggu... Administrasi -

Usaha, do'a, yakin dan kerja keras. Serta tulus dan ikhlas

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Gunung Lembu: Tinggi Tak Seberapa, Treknya Luar Biasa

11 April 2016   14:06 Diperbarui: 12 April 2016   08:03 4397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cuaca yang sedikit lembab butuh ekstra hati-hati ketika menginjak bebatuan dan satu lagi di sinilah sarang para nyamuk ganas. Bambu memang identik dengan tempat reuniannya para nyamuk, berpakaian tertutup adalah jurus jitu menangkalnya selain berbekal cream pengusir nyamuk menempel dikulit.

[caption caption="Trek bebatuan yang pasti licin jika hujan turun"]

[/caption]Sore hari menginjakkan kaki di lokasi camping adalah sesuatu yang luar biasa. Tiga puluh menit perjuangan ngos-ngosan akhirnya terbayar juga oleh pemandangan apik di bawah sana. 

Tenda-tenda cantik sudah berdiri menyambut kedatanganku dan kawan-kawan. Lelah teman-teman pun akhirnya terbayarkan oleh kicauan burung-burung dan Waduk Jatiluhur di kejauhan sana. Tidak hanya itu, rumah pohon pun ikut girang di sore ini karena kedatangan kami. Tidak dapat dipungkiri lagi. Saatnya beraksi di belakang lensa.

Memilih lokasi camp yang tergolong cukup jauh dari puncak, bukanlah asal pilihan dan tanpa pertimbangan matang. Tengoklah ke bawah sana, di bawah payung  gelapnya langit malam, di balik rembulan yang tiada cukup penerangan tapi keramba-keramba indah Jatiluhur menyemarakkan malam. 

Cuaca yang mendukung bahkan dingin pun tak sanggup lewat. Di bawah indahnya malam, kami bersilaturahmi di antara petikan gitar dan lantunan sajak-sajak puisi karya Pak Ujang. Komplit sudah pendakianku kali ini. Dalam tugas yang diemban, bertemu orang-orang pintar yang berjasa dalam dunia pendidikan. Beberapa teman sudah larut dalam tenda, namun secangkir teh masih setia menghangatkan perut dalam gurau kebersamaan.

[caption caption="Waduk Jatiluhur dilihat dari lokasi kemah"]

[/caption]

[caption caption="Rumah pohon tanpa atap pun ikut girang di sore ini"]

[/caption]Lokasi camp ini ( lima menit sebelum pos 1) sangat strategis dalam berbagai hal. Warung yang buka 24 jam, meski hanya menyediakan teh hangat, kopi dan mie rebus tapi cukuplah mengganjal perut bagi yang tidak membungkus nasi makan malam dari warung pos terakhir sebelum pendakian. 

Pun untuk sumber air, di sinilah pusat terakhirnya, meski kadang air yang keluar tidak lebih besar dan lancar dari tetesan air kencing. Jika mau membasuh muka dengan sabun, pastikan dulu air sudah tertampung di ember yang sudah disediakan. 

Sebuah mushola kecil juga berdiri tidak jauh dari pertengahan antara warung dan tenda-tenda berdiri. Sedangkan bagi yang sering berurusan dengan perut (buang air besar) terdapat juga sebuah WC berpagar bambu. Meski demikian jangan harap bisa nongkrong lama-lama di jamban umum ini, nyamuk-nyamuk biadab sudah kelaparan menunggu darah untuk dihisap ketika celana sudah diprosoti.

[caption caption="Menikmati Jatiluhur di sore hari"]

[/caption]20 Maret 2016

Dini hari kami sudah jadwalkan akan memulai summit di jam 3 atau maksimal jam 4 pagi. Tentulah para pemburu matahari pagi sangat antusias meski harus mulai gerak di saat jam-jam orang kebanyakan terlelap tidur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun