[caption caption="Menikmati ketenangan sembari snorkling"]
[/caption]Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Pulau Lancang Kecil pun saya susuri sore itu. Meski di sepanjang pantainya dipasang jaring untuk menghalangi berlabuhnya kapal-kapal, kami bisa menyelusup dari pinggir-pinggir pembatas. Saya ingin sedikit mengenalnya lebih dekat. Benar saja pulau ini dilirik, sepanjang garis pantainya menyuguhkan keindahan yang luar biasa, pasir putih dengan alunan ombak kecil dan sepoian angin melambai membuat jiwa terbuai.
“Itu petugas yang jaga, banyak yang masih perlu dibenahi,” terang Pak Marzuki setelah saya menanyakan sebuah bangunan putih menyelinap di balik pepohonan. Lagi-lagi pulau ini berhasil menarik hati saya. Beberapa spot snorkeling kami telusuri sampai jarum jam menunjukkan pukul enam sore. Petang menyambut, malam menyilakan.
[caption caption="Lancang Kecil yang menarik perhatian"]
[/caption]
[caption caption="Senja menyambut di Pulau Lancang"]
[/caption]Aktivitas di malam hari sama dengan kebanyakan kunjungan ke pulau-pulau lainnya. Bergelut lidah dengan ikan bakar di pinggir pantai. Saya tidak melihat aktivitas yang sama di sekitar pun ketika snorkeling. Hanya kapal kami yang berlabuh untuk menikmati bawah laut dan malam ini hanya kipasan ikan bakar rombongan kami berenam yang mendayu-dayu di pinggir pantai. Benar firasat, pulau ini belum terlalu terekspos. Hanya baru banyak dikenal oleh kalangan pemancing saja.
[caption caption=" Dermaga keberangkatan kapal menuju spot snorkling"]
[/caption]Keesokan hari, pukul 10 pagi kapal sudah harus meninggalkan dermaga. Di waktu yang tersisa, setelah sholat Subuh kami berburu oleh-oleh kepulangan. Berburu berbagai macam ikan di Dermaga Timur Pulau Lancang Besar. Untuk menyusuri pulau ini, satu-satunya hanya dengan moda transportasi jalan kaki, karena belum adanya penyewaan sepeda (seperti pulau-pulau lainnya).
Dermaga Timur tampak sesak dengan hiruk-pikuk hitungan timbangan ikan, udang, cumi, yang baru diturunkan nelayan dari kapal. Berbagai jenis ikan segar akan menyapa selamat pagi pada setiap mata yang menjumpainya. Aku hanya mengabadikan beberapa jepretan, selanjutnya mengikuti arus dua orang guru yang berjibaku memburu cumi segar yang baru turun dari timbangan. Aku tidak ingin terlibat dalam tawar-menawar itu cukup menjadi penonton setia yang sesekali digoda juragan-juragan ikan untuk dimintai diambil fotonya.
[caption caption="Rutinitas pagi di Dermaga Pulau Lancang Timur"]
[/caption]Masih ada satu hal lagi yang masih membuat saya penasaran, di mana Jembatan Pelanginya? Di menit-menit terakhir yang tersisa setelah sarapan nasi uduk mengenyangkan perut, kami menyempatkan menyambangi spot terakhir, Mangrove. Jembatan Pelangi yang tersebut di dunia maya itu masih seperti itu, masih belom kokoh, masih belum melengkapi namanya yang terletak di sebelah kiri Dermaga Timur. Beranjak dari lokasi ini Pak Mar membawa kami ke kumpulan deretan Hutan Bakau lebih ke timur, melewati tower tinggi dan lapangan sepak bola menghijau dikelilingi pepohonan. Ini adalah tempat persinggahan terakhir di Pulau Lancang.
[caption caption="Kawasan Hutan Bakau Lancang "]
[/caption]
[caption caption="Saatnya bersiap kembali pulang "]
[/caption]Namanya memang tidak seperti pesona yang ditawarkannya. Keunggulannya sangat tampak pada pertemuan pertama. Penyebrangan yang tidak sampai hitungan satu jam, tatanan pulau yang apik, rapi dan bersih, suasana yang nyaman dan tidak se-crowded pulau-pulau lain. Sangat cocok mencari ketenangan di sini.
Penduduk lokal yang ramah, ekosistem underwater yang tidak kalah menggoda dan tentunya menu khas olahan laut yang menggoyang lidah. Tentunya keunggulan-keunggulan itu patut diperkenalkan lebih dekat lagi kepada para pecinta keindahan, ketenangan dan masyarakat luas. Potensi wisata Pulau Lancang yang perlu digebrak agar lancang memikat setiap mata untuk dikenalkan lebih luas lagi.
Pulau Lancang, 13-14 Februari 2016
Lihat Travel Story Selengkapnya