“Gangan Belitong? Apa itu” pertanyaan sumbang ku pada Dinda.
“Makanan khas Belitong. Isinya campur-campur. Ada ikan, udang, cumi, lalapan, rendang, sambal belacan dan macam-macam.”
Ya begitulah satu nampan besar yang terhidang di atas meja nan begitu menggugah selera siap untuk disantap. Selain menghadirkan makanan khas Belitong, resto yang beralamat di Jl. Madura No. 1 Tanjungpandan ini juga menyediakan menu-menu lain yang tidak kalah enaknya. Suasana malam hari juga mendukung kenyamanan dan ketenangan bagi para pengunjung. Dekorasi yang unik, menarik serta luas yang cukup lumayan menjadikan Mak Panggong memang sangat diminati bagi para wisatawan untuk memanjakan lidah.
Sembari menunggu menu hidangan yang dipesan datang menghampiri meja, di sini para pengunjung juga dapat mencari atau bahkan membeli cendera mata berupa kaos atau batik khas Belitung. Memang sangat unik tentunya di dalam satu ruangan besar terdapat dua toko yang menjajakan oleh-oleh khas Belitong. Jika tidak berminat membeli pakaian-pakaian yang dipromosikan bisa juga tentunya membeli makanan atau madu khas dari ranah ini. Atau memang tidak kedua-duanya, silakan mencoba mengambil beberapa jepretan di lokasi ini teruma satu property yang menarik bagi saya adalah sebuah sepeda onhtel lengkap dengan atribut ladangnya Terindak, keranjang rotan dan ambong.. What guess… sudah pasti tangan saya gatal untuk adu acting di ontel pelengkap warung ini.
Makan malam ditemanin sajian yang begitu mantap, suasana yang sangat akrab dan didendang merdu oleh laguan melayu adalah nikmat yang tak terbantahkan.
Minggu, 12 April 2015
Time to go the beach …
Yes ….. The second day ini adalah waktunya untuk mengkerlingkan badan, mengeksotiskan kulit dan tentunya bertemu para penghuni bawah laut yang cantik-cantik. Secangkir teh hangat di pagi hari dan ditambah beberapa gorengan kriyuk yang dihidangkan oleh hotel sudah cukup lumayan menambah energy di pagi ini. Sang matahari pun tampak tersenyum dan siap memberi salam kehangatannya untuk sentaro Belitong. Keluar dari kamar sebelum turun, aku sempatkan terlebih dahulu menghirup udara segar pagi ini di balkon lantai dua. Memejamkan mata sejenak, menarik nafas dalam dan menyetel radio butut di telinga sembari mendendangkan lagu seroja.