[caption id="attachment_341597" align="aligncenter" width="472" caption="Tampak salah satu candi dalam tahap rekonstruksi ulang"]
Candi Gatotkaca
Beranjak keluar meninggalkan kompleks Candi Arjuna, saya mampir terlebih dahulu ke Candi Gatotkaca yang terletak persis di pinggir jalan dan di seberang Museum Kailasa. Candi yang dinamai dari salah satu tokoh Wayang Mahabrata ini tidak ditarik biaya masuk bagi para pengunjung karena memang posisinya persis di sebelah kiri parkiran dan terbuka umum. Kompleknya pun tidak terlalu begitu luas, hanya satu buah candi yang berdiri tegap dengan tekstur bangunan yang masih terawat .
[caption id="attachment_341598" align="aligncenter" width="515" caption="Kawasan Candi Gatotkaca"]
[caption id="attachment_341599" align="aligncenter" width="386" caption="Candi Gatotkaca yang berdiri tegap"]
Museum Kailasa
Terletak di salah satu kompleks Gedung Arca milik Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala yang diresmikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI pada tahun 2008. Museum ini menyimpan kekayaan artefak dan panil tentang alam (geologi, flora-fauna), keseharian masyarakat Dieng (alat pertanian, kepercayaan dan kesenian) serta warisan arkeologis kawasan Dieng. Untuk meng-explore semua kekayaan museum, pengunjung ditarik biaya masuk seharga 5.000 rupiah. Tidak hanya menyimpan sejarah Dieng, tapi di museum ini pengunjung juga bisa menonton sebuah pertunjukan film teater (tentang arkeologi dan sejarah Dieng) dalam sebuah ruangan khusus yang telah disediakan. Dan tentunya hal ini tidak saya sia-siakan, segera setelah memasuki museum saya dipersilakan oleh seorang bapak tua petugas untuk menyaksikan film sejarah tentang Dieng yang berdurasi 10-15 menit. Remember, don’t use your gadget (camera) to record the film !!!
[caption id="attachment_341604" align="aligncenter" width="515" caption="Bagian depan Museum Kailasa"]
[caption id="attachment_341606" align="aligncenter" width="515" caption="Museum adalah tempat untuk mengabadikan benda-benda sejarah ; JW"]
[caption id="attachment_341608" align="aligncenter" width="515" caption="Benda sejarah dan informasi lengkap di dalam museum"]
Kawah Sikidang
Puas menikmati 3 objek di atas, motor kami pacu ke arah kanan menaiki sedikit tanjakan jalan. Tujuan berikutnya adalah Telaga Warna dan Telaga Pengilon. Tetapi, sebelumnya kami mampir terlebih dahulu ke sebuah kawah yang sudah sangat terkenal di Dataran Tinggi Dieng serta memiliki akses yang paling mudah dicapai. Apalagi kalau bukan Kawah Sikidang.
Kawah ini selalu memiliki pusat semburan gas yang berpindah-pindah dalam satu kawasan yang luas. Karena itulah masyarakat setempat menamakannya dengan sebutan kidang (dalam bahasa jawa) yang mengandung arti kijang (yang memiliki karakter tersebut).
Lagi,, untuk memasuki kawasan ini wisatawan wajib membayar harga tiket masuk sebesar 5.000 rupiah dan biaya parkir kendaraan roda dua 2.000 rupiah . Ya ……. Rata-rata semua objek wisata Dieng memiliki tarif tersendiri dan biaya parkir yang berbeda-beda serta pengunjung harus membayar tarif parkir tersebut diawal sebelum memasuki kawasan wisata yang dituju.
[caption id="attachment_341610" align="aligncenter" width="515" caption="Dibutuhkan 3-5 menit berjalan kaki untuk mencapai pusat kawah"]
[caption id="attachment_341611" align="aligncenter" width="515" caption="Hiburan khas yang didendangkan menghibur wisatawan"]
Tanpa membuang-buang waktu setelah memarkir motor saya segera bergegas menuju ke pusat inti kawah. Sebelum memasuki kawasan kawah besar yang aktif ini tampak disepanjang jalan kiri-kanan, pejalan kaki akan disuguhi warung-warung kecil penjaja makanan khas ataupun oleh-oleh khas Dieng baik itu yang mentah seperti sayur-sayuran atau pun buah-buahan maupun berbagai macam kuliner jadi yang siap mengisi ransel anda.
Ada hal unik yang menarik perhatian saya ketika sampai di lokasi utama kawah. Yaitu banyaknya para penduduk asli yang sedang memancing di dalam luapan uap panas Kawah Sikidang. Heii … tunggu … jangan bayangkan mereka sedang memancing ikan . Melainkan mereka sedang merebus telur di dalam kawah dengan menggunakan seutas joran bak layaknya joran pancingan. Konon katanya bagi wisatawan lelaki yang berminat mencoba untuk memakan telor rebus tersebut dijamin ‘menambah keperkasaan’ dan awet muda.
Berminat to try it ?????
[caption id="attachment_341612" align="aligncenter" width="515" caption="Merebus telur di kawah panas beruap Sikidang "]
[caption id="attachment_341613" align="aligncenter" width="515" caption="Pagar pembatas antara pengunjung dengan pusat semburan uap panas kawah"]
Luasnya kawasan Kawah Sikidang tidak hanya identik dengan bebatuan yang tandus tetapi juga bukit-bukit batu kecil yang tampak menjulang tinggi dan dapat didaki oleh para wisatawan. Dari atas bukit-bukit mungil ini kita dapat menyaksikan view Dieng lebih menarik dan memukau tentunya dengan background yang ciamik dipelopori bukit abu kekuning-kuningan. Tidak ketinggalan untuk para pecinta kuda dan “motortrail” juga dapat memanjakan diri disini mencoba trek menantang yang telah disediakan oleh pengelola jasa rent . Tentunya menjadi nuansa tersendiri, bermotor ria dengan jalur bukit-bukit kecil dan kebulan uap panas kawah yang sesekali menerpa wajah dibawa angin yang berembus di sekitaran Kawah Sikidang.
Bersambung disini
[caption id="attachment_341615" align="aligncenter" width="515" caption="Kawang Sikidang-Dataran Tinggi Dieng"]