Salah satu kampus di Jakarta yaitu ATVI (Akademi Televisi Indonesia) merupakan kampus Broadcast yang terletak di Daan Mogot Jakarta Barat. Kampus ATVI ini mengadakan UAS semester II di Cirebon, Jawa Barat.
Kegiatan UAS ini berlangsung pada tanggal 3-6 Mei 2018. Ujian Akhir Semester yang di adakan oleh kampus ini yaitu kegiatan Hunting Fotografi Jakarta-Cirebon-Kuningan. Perjalanan ini bukan piknik atau rekreasi melainkan, maksud dan tujuannya yaitu memberi bekal pada mahasiswa ATVI untuk mengenal lebih dekat "Indonesia" yang saat ini sedang dalam proses menuju Indonesia yang modern (Indonesia di prediksi menjadi 7 besar negara industri di dunia), memperkenalkan kepada mahasiswa Broadcast yang sebenarnya dan menjadi Broadcaster serta Jurnalis yang handal.Â
Serta bertujuan untuk mendapatkan nilai terbaik dalam mata kuliah fotografi dalam bentuk penyusunan Story Photo / Travel Photography belajar mengenai cara mengambil gambar dari berbagai pemandangan, momen, maupun peristiwa yang akan di temui. Kegiatan ini wajib bagi mahasiswa ATVI semester II/2018 yang mengikuti mata kuliah fotografi dan tentu saja didampingi oleh dosen-dosen ATVI yang terlibat dalam dunia fotografi.
Sebanyak kurang lebihnya 200 mahasiswa ATVI yang mengikuti kegiatan ini, Kedai Travel yang dipilih oleh kampus ATVI untuk menjadi Travel Guide mulai dari berkumpulnya di Stasiun Gambir Jakarta, pembagian tiket kereta api dan briefing pada hari Kamis, 3 Mei 2018 pagi hari sebelum keberangkatan. Dengan membawa kameranya perseorangan, mahasiswa ATVI mulai menggunakan kemampuannya untuk mengambil gambar selama dalam perjalan ke Cirebon dan merekam obyek di luar jendela dengan memperhatikan saat kereta berjalan dengan cepat.
Dalam kegiatan akan ada 13 tempat yang dikunjungi di Cirebon maupun yang berada di Kuningan. Sampai di Cirebon mahasiswa ATVI langsung menuju ke Taman Budaya Hati Tersuci untuk mengambil gambar suasana sekitar Taman Budaya. Taman hati, taman doa yaitu Gereja Santa Maria yang terletak di Cirebon.
Gereja yang masih dikelilingi lahan kosong dan parkirnya yang cukup luas, tembok yang mengelilingi taman budaya ini menggunakan bata merah halus, konsep gapuranya seperti bangunan tembok keraton. Sebelumnya mengambil gambar suasana di taman budaya, mahasiswa ATVI makan siang dengan Nasi Jamblang yang merupakan kuliner yang berasal dari kota Cirebon atau daerah yang dijuluki kota Udang ini. Nasi itu dibungkus dengan daun jati, dan dilengkapi berbagai lauk pauk di antaranya tempe, telur dadar, sambal cabai, daging, ikan asin dll.
Memasuki gerbang kompleks Keraton Kesepuhan di sambut gapura bergaya Majapahit, terdapat dua buah patung macan putih yang memiliki makna, yaitu sebagai lambang keluarga besar Pajajaran dan masih banyak lagi berbagai macam bangunan lainnya. Banyak spot foto yang unik, apabila lebih menyukai foto selfie tidak ada salahnya untuk berfoto selfie dengan latar belakang bangunan yang bersejarah di kota Cirebon. Dan informasi yang di dapat di Keraton Kesepuhan tersebut terdapat sumur dan air yang bersih apabila cuci muka di air tersebut, wajah akan tampak awet muda, dan air nya bisa diberikan dan diminum oleh orang yang sakit.
Waktu sudah semakin sore, perjalanan dilanjutkan menuju Desa Gerabah Sitiwinangun. Asal usul Sitiwinangun berasal dari bahasa Jawa yang berarti tanah yang di bentuk (siti = tanah, wangun = bentuk). Tiba di desa tersebut, mahasiswa ATVI di sambut oleh perangkat desa dan diberikan beberapa informasi mengenai desa tersebut sebelum berkeliling. Salah satu informasinya, ternyata Desa Sitiwinangun sebagian warganya merupakan pengrajin gerabah.
Memasuki desa Sitiwinangun, suasana sentra kerajinan dari warganya sangat terasa. Karena hampir setiap halaman warganya selalu menumpuk karya gerabah. Cara pembuatan dan motif hiasnya sangat unik dan tradisional. Salah satunya terdapat proses pembakaran yang menjadi keunikannya. Memang membutuhkan waktu lama untuk membuatnya. Selain memerlukan kehati-hatian, teknik hias ini sangat rumit dan membutuhkan kecermatan luar biasa.
Hari kedua Jum'at, 4 Mei 2018, mahasiswa Atvi harus bangun jam 04.00 wib untuk siap-siap mandi dan sarapan di hotel. Setelah sarapan langsung berangkat ke salah satu pusat pembuatan batik yang terkenal di Cirebon, yaitu batik Trusmi. Jalan-jalan menyusuri kampung batik dengan mengamati kegiatan di setiap rumah warganya dan dapat menghasilkan foto dengan momen yang pas.
Setelah dari kampung batik Trusmi, mahasiswa ATVI kembali ke sekitar hotel dan berjalan di bawah teriknya matahari untuk mengambil gambar Balai Kota Cirebon sampai ke Stasiun Cirebon. Cuaca semakin panas, mahasiswa ATVI di arahkan untuk kembali ke bus dan menuju ke Alun-alun Kesepuhan untuk melaksanakan Sholat Jumat. Selesainya mahasiswa ATVI diarahkan kembali bergegas ke bus untuk menuju perjalanan ke Bondet.
Suatu wilayah pesisir Cirebon yang merupakan sentra penangkapan ikan laut, yaitu Bondet. Mahasiswa ATVI berjalan kaki dari parkir bus di bahu jalan yang melewati rumah warga, persawahan, dengan panasnya terik matahari dan jalan yang berupa aspal hingga jalan berupa bebatuan kecil dan tidak lagi adanya rumah-rumah warga. Perjalanan kira-kira sekitar 4 km untuk sampai ke tempat tujuan. Beristirahat dan menunggu nelayan yang pulang berlayar.
Dan yang ditunggu pun datang. Nelayan pulang dengan membawa hasil tangkapannya. Lalu menurunkan hasil tangkapannya tersebut ke tempat pelelangan yang tak jauh dari dermaga. Tak mau ketinggalan moment tersebut, mahasiswa ATVI mengambil gambar Human Interest atau memotret kehidupan, gerak-gerik, kegiatan sekumpulan manusia dan membuat orang yang melihatnya memiliki rasa simpati tersendiri.Â
Waktu sudah sore, kembali menuju bus dan tidak berjalan kaki lagi. Tetapi dengan menaiki perahu nelayan yang di sewa tanpa rencana agar mempersingkat waktu untuk sampai ke bus. Sesampainya di hotel dan bersiap-siap untuk makan malam. Selesai makan malam, seharusnya malam sabtu ini mengambil pertunjukan tari topeng tetapi jadwal dirubah, akhirnya setelah makan malam kembali ke hotel dan beristirahat.
Hari ketiga sabtu, 5 Mei 2018 dibangunkan lebih pagi pukul 03.00 wib untuk mengambil sunrise di Pantai Kejawanan. Dengan sibuknya mengeluarkan tripod, kamera dan mencari spot yang pas untuk mengambil gambar yang pas. Banyak yang mengeluh susah untuk mengambil moment ini. Setelah matahari terbit, kembali ke hotel untuk mandi dan sarapan. Setelah itu langsung bergegas ke bus yang terparkir di depan hotel untuk perjalanan menuju wisata bersejarah Cipari eksplor situs zaman Batu Besar (megalithicum).
Museum Linggarjati yang dikenal Gedung Perundingan Linggarati, menjadi saksi perjuangan diplomatik yang menentukan nasib bangsa Indonesia. Letaknya seperti di bawah kaki gunung, dan bangunannya seperti di atas bukit yang terlihat begitu kokoh. Di dalam gedung tersebut, terdapat replika tempat perundingan, banyak foto-foto, dan beberapa kamar yang begitu rapi.
Waktu sudah semakin sore, segera untuk makan di restoran yang pemandangannya sangat indah, seperti di atas puncak. Setelah selesai mengisi perut, tak lupa untuk membeli buah tangan khas Cirebon di salah satu pusat oleh-oleh. Banyak yang di jual di toko tersebut, seperti makanan berupa terasi khas Cirebon, ikan asin, dll. Ada berbagai batik yang dibuat menjadi baju, sarung, sandal, dan blangkon. Selesai membeli buah tangan, diarahkan ke bus untuk makan malam di restoran yang cukup mewah. Sembari menunggu hidangan datang, diberikan beberapa informasi. Salah satunya pemenang foto terbaik selama perjalanan kemarin, dengan berbagai hadiah.
Selesai makan malam, kembali ke bus untuk menuju ke Keraton Anoman untuk melihat pertunjukan tari topeng yang di bawakan sanggar tari keraton tersebut. Dengan panggung yang kecil, dan tidak ada alat penerangan kecuali obor, mahasiswa ATVI harus mampu menghasilkan foto terbaik. Ditambah lagi kelincahan penari yang membuat para mahasiswa ATVI sulit mengambil momen tersebut.
Hari keempat Minggu, 6 Mei 2018. hari terakhir mahasiswa ATVI di Kota Cirebon. sebelum pulang ke Jakarta, pukul 06.00 wib mahasiswa ATVI sudah harus sarapan dan berkemas untuk check out dari hotel. Selesai berkemas, mengikuti CFD (Car Free Day) kebetulan tepat di depan hotel sembari menunggu bus datang untuk menjemput dan melakukan perjalanan ke Gua Sunyaragi.
Bangunan yang mirip candi yang disebut Gua Sunyaragi, yang berasal dari kata "sunya" yang artinya sepi dan "ragi" yang berarti raga. Salah satu di depan gua tepat di depan pintu masuk gua setelah melewati kolam, ada patung yang tidak boleh disentuh. Mitosnya kalau perempuan yang masih perawan menyentuh batu tersebut, akan sulit jodoh. Setelah dari Gua Sunyaragi, diarahkan untuk kembali ke bus.Â
Melanjutkan perjalanan untuk menyantap makanan khas Cirebon yaitu Empal Gentong, makanan yang tak kalah enaknya dari Nasi Jamblang. Empal gentong dengan santan yang berisi jeroan sapi dan disajikan dalam bentuk hangat sebagai makanan penutup sebelum pulang ke Jakarta.
Pelaksanaan secara nyata lebih mudah dibandingkan dengan teori. Karena pergi berpetualang adalah cara terbaik untuk belajar, bukan sekedar berekreasi saja. Terimakasih Cirebon !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H