Mohon tunggu...
A Muh Muallim
A Muh Muallim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Umur 20 tahun hoby main volly

Selanjutnya

Tutup

Financial

Mewujudkan Keuangan Publik Islam yang Berkelanjutan: Tantangan dan Peluang di Era Globalisasi

18 Januari 2025   18:10 Diperbarui: 18 Januari 2025   18:10 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Keuangan publik adalah aspek penting dalam menentukan arah pembangunan suatu negara. Pengelolaan keuangan yang efektif dan efisien berperan besar menciptakan kesejahteraan rakyat dan mendukung pembangunan sosial dan ekonomi. Namun, pengelolaan keuangan publik tidak hanya berhenti pada angka-angka dan anggaran negara, tetapi juga harus melibatkan prinsip-prinsip yang mengedepankan keadilan sosial, keberlanjutan, dan transparansi. Dalam sistem ekonomi Islam, pengelolaan keuangan publik mengedepankan prinsip-prinsip moral dan etika yang menekankan pentingnya kesejahteraan umat serta pemerataan distribusi kekayaan. Namun, untuk mewujudkan keuangan publik Islam yang berkelanjutan, tantangan besar selalu muncul, terutama dalam menghadapi dinamika globalisasi dan pasar keuangan internasional yang sangat bergantung pada sistem konvensional berbasis bunga. Meski demikian, peluang untuk menciptakan sistem keuangan yang lebih adil dan inklusif di era globalisasi semakin terbuka lebar jika prinsip-prinsip Islam dapat diimplementasikan dengan tepat.

Salah satu prinsip utama dalam ekonomi Islam adalah redistribusi kekayaan yang adil. Dalam Islam, negara memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa kekayaan tidak terkonsentrasi pada segelintir orang saja, tetapi dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama yang kurang mampu. Zakat adalah instrumen yang sangat penting dalam sistem ekonomi Islam untuk mencapai tujuan ini. Zakat bukan hanya sebuah kewajiban ibadah, tetapi juga berfungsi sebagai alat untuk mengurangi kesenjangan sosial dan mengurangi kemiskinan. Dalam pengelolaan keuangan publik, zakat berfungsi sebagai sumber dana yang dapat disalurkan kepada mereka yang membutuhkan, seperti fakir miskin, anak yatim, dan mereka yang sedang mengalami kesulitan. Zakat yang dikelola dengan baik dapat memberikan kontribusi besar dalam menciptakan kesejahteraan sosial dan membangun ekonomi yang lebih inklusif.

Namun, meskipun zakat memiliki potensi besar sebagai instrumen keuangan publik, penerapannya dalam skala negara masih menghadapi banyak tantangan. Pengelolaan zakat yang efisien dan tepat sasaran adalah kunci utama untuk memastikan bahwa dana zakat dapat mencapai mereka yang membutuhkan. Salah satu tantangan utama dalam hal ini adalah bagaimana cara mengorganisasi pengumpulan zakat secara efisien dan memastikan transparansi dalam distribusinya. Di era digital ini, teknologi dapat menjadi alat yang sangat berguna untuk memfasilitasi pengumpulan dan distribusi zakat secara lebih cepat dan mudah. Platform-platform digital yang memungkinkan masyarakat untuk menyumbangkan zakat secara online memberikan kenyamanan dan meningkatkan partisipasi umat dalam program-program zakat. Selain itu, dengan menggunakan teknologi yang tepat, pemerintah dan lembaga zakat dapat memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana zakat, sehingga mencegah potensi penyalahgunaan dan memastikan dana zakat sampai kepada yang membutuhkan.

Selain zakat, tantangan lainnya dalam mewujudkan keuangan publik Islam yang berkelanjutan terletak pada pembiayaan negara. Dalam sistem ekonomi Islam, riba (bunga) dianggap sebagai sesuatu yang haram dan merugikan, baik bagi individu maupun negara. Riba dianggap sebagai bentuk eksploitasi terhadap pihak yang terlibat dalam transaksi keuangan, sehingga harus dihindari dalam pengelolaan keuangan publik. Oleh karena itu, negara-negara Muslim perlu mencari alternatif pembiayaan yang bebas dari bunga, yang juga sesuai dengan prinsip syariah. Salah satu alternatif tersebut adalah sukuk, yaitu instrumen pembiayaan yang berbasis pada prinsip bagi hasil. Sukuk memberikan peluang bagi negara untuk memperoleh dana tanpa melibatkan pembayaran bunga yang memberatkan. Melalui sukuk, negara tidak hanya memperoleh dana untuk pembiayaan pembangunan, tetapi juga dapat memastikan bahwa pembiayaan tersebut dilakukan dengan cara yang adil dan berkelanjutan.

Namun, meskipun sukuk telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, tantangan besar tetap ada dalam adopsinya di tingkat internasional. Pasar keuangan global saat ini didominasi oleh sistem keuangan konvensional yang sangat bergantung pada instrumen yang berbasis pada bunga dan utang. Oleh karena itu, negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim menghadapi dilema dalam mengintegrasikan prinsip-prinsip ekonomi Islam ke dalam pasar global yang sudah mapan. Untuk itu, diperlukan regulasi yang jelas dan harmonisasi antara sistem keuangan syariah dengan sistem keuangan internasional. Negara-negara Muslim perlu mengembangkan kebijakan yang dapat menciptakan keseimbangan antara mengikuti sistem ekonomi global dan mempertahankan prinsip-prinsip ekonomi Islam yang adil dan berkelanjutan. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan memperkenalkan sukuk sebagai alternatif yang dapat diterima oleh pasar internasional, sehingga menarik lebih banyak investor yang mencari instrumen investasi yang lebih etis dan berkelanjutan.

Selain tantangan dalam pengelolaan zakat dan pembiayaan, tantangan lain yang harus dihadapi adalah bagaimana memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan publik. Keberlanjutan pengelolaan keuangan publik Islam tidak hanya bergantung pada prinsip syariah, tetapi juga pada penerapan sistem yang transparan, akuntabel, dan efisien. Dalam hal ini, penggunaan teknologi digital sangat penting untuk meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan anggaran negara dan memastikan bahwa dana publik digunakan untuk kepentingan rakyat. Teknologi juga memungkinkan pemerintah untuk melaksanakan pengawasan yang lebih baik terhadap penggunaan anggaran dan meminimalkan potensi kebocoran atau penyalahgunaan anggaran. Dengan teknologi, proses pengumpulan pajak, distribusi bantuan sosial, dan pengelolaan zakat dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efisien, serta lebih mudah untuk diawasi oleh publik.

Di era globalisasi, di mana pasar global semakin terintegrasi dan saling bergantung satu sama lain, negara Muslim tidak bisa sepenuhnya mengisolasi diri dari sistem ekonomi internasional. Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip syariah dengan mekanisme pasar global yang ada. Negara-negara Muslim dapat menjalin kerja sama internasional untuk mengembangkan sistem keuangan syariah yang lebih inklusif dan diterima secara global. Kerja sama ini dapat mencakup pertukaran pengetahuan, pengembangan regulasi yang harmonis, dan penciptaan platform keuangan global yang mendukung prinsip-prinsip syariah. Salah satu peluang besar yang ada di sini adalah pasar sukuk yang terus berkembang, yang tidak hanya bermanfaat bagi negara-negara Muslim, tetapi juga bagi negara-negara non-Muslim yang mencari alternatif pembiayaan yang lebih berkelanjutan dan bebas dari riba.

Peluang lain yang dapat dimanfaatkan adalah peran sektor swasta dalam mendukung keuangan publik Islam yang berkelanjutan. Perusahaan-perusahaan yang beroperasi di negara-negara Muslim dapat turut serta dalam mendanai proyek-proyek pembangunan melalui sukuk atau instrumen pembiayaan syariah lainnya. Dengan semakin meningkatnya minat terhadap investasi yang berkelanjutan dan berbasis etika, sektor swasta dapat berperan besar dalam mewujudkan pembangunan yang adil dan inklusif. Selain itu, peran lembaga filantropi yang berbasis syariah juga dapat menjadi pendorong utama dalam mendukung kesejahteraan sosial dan mengurangi ketimpangan ekonomi di masyarakat.

Kesimpulannya, mewujudkan keuangan publik Islam yang berkelanjutan di era globalisasi merupakan tantangan besar yang harus dihadapi dengan hati-hati dan strategi yang tepat. Pengelolaan zakat yang transparan, penghindaran riba, dan pemanfaatan instrumen keuangan syariah seperti sukuk merupakan langkah-langkah penting dalam mencapai tujuan ini. Meskipun tantangan besar ada, peluang untuk mengembangkan sistem keuangan yang lebih adil dan berkelanjutan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun