Mohon tunggu...
11Dhini Nayla RXII
11Dhini Nayla RXII Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

halo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemuda Indonesia di Mata Dunia

19 Oktober 2022   21:07 Diperbarui: 19 Oktober 2022   21:15 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Berita mengenai mahasiswa sudah tak asing lagi ditelinga masyarakat. Baru-baru ini, dua Mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) sedang hangat diperbincangkan. Bagaimana tidak? Mereka diundang menjadi pembicara di FBI karena berhasil menemukan kasus Scampage Website DMV. 

     Dua mahasiswa magister Ilmu Kepolisian Universitas Airlangga (UNAIR) diundang ke Markas Besar Federal Bureau Investigation (FBI) di Cleveland, Ohio. Eko Mangku Cipto dan Harianto Rantesalu, nama mahasiswa yang telah berhasil menjadi pembicara di FBI. Mereka menemukan dua warga negara Indonesia yang memalsukan sebuah situs web untuk mencuri data warga Amerika Serikat dan menggunakannya untuk memanipulasi donasi Covid-19 dan menjualnya untuk keuntungan pribadi. Eko Mangku Cipto dan Harianto Rantesalu menjelaskan bagaimana teknik penyelidikan dan penyidikan terhadap dua tersangka kasus pemalsuan website yang kini sudah resmi ditahan polisi.  

     Eko menjelaskan bahwa kasus yang sedang ditanganinya ini melibatkan dua institusi yakni FBI (Federal Bureau of Investigation, Red) dan Polda Jawa Timur bersama tim siber Direktorat Reserse Kriminal Khusus. Ia melanjutkan bahwa menurut Kapolda Jatim, Nico Afinta, data pribadi tersebut digunakan untuk mencairkan dana Pandemic Unemployment Assistance (PUA) atau dana bantuan untuk pengangguran warga negara Amerika senilai USD 2000 setiap satu data orang dan juga untuk dijual lagi seharga USD 100 setiap satu data orang. 

     Eko mengatakan bahwa mereka mendapatkan informasi soal data yang berhasil pelaku dapatkan lewat percakapan Whatsapp dan Telegram. Data yang didapatkan melalui percakapan WhatsApp dan Telegram itu berjumlah sekitar 30.000 data. 

     Para remaja atau kaum muda merupakan aset negara. Kesuksesan negara kini berada ditangan kaum muda. Jika kecerdasannya saja digunakan pada hal yang tidak bermanfaat dan merugikan orang banyak, bagaimana nasib negara kedepannya? Apakah ingin hidup di negara yang penuh dengan kriminalitas?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun