Bogor-Pagi itu (18/8), sehari setelah negeri Indonesia berulang tahun yang ke 68, para atlet bulutangkis diarak di sekitaran Bundaran HI. Kirab sendiri dilaksanakan atas keberhasilan para atlet dari pelatnas Cipayung ini merengkuh gelar Juara Dunia di Guangzou, Cina, pada nomor ganda putra ganda campuran.
Saat itu pasangan ganda putra yang diwakili oleh Hendra/Ahsan merengkuh gelar, setelah di final mereka mengalahkan pasangan Denmark Carsten Mogensen/Mathias Boe, dalam dua set 21-13 dan 23-21. Sementara itu Tantowi/Lilyana juara setelah berhasil mengalahkan rival mereka dari Cina Chen Xu/Jin Ma dengan 21-13, 16-21, dan 22-20.
Atas prestasi tersebut, legenda bulutangkis Indonesia Alan Budikusuma berharap raihan gelar di Guangzou menjadi titik balik kebangkitan perbulutangkisan Indonesia. “Sudah terlihat di depan mata bahwa atlet-atlet kita bisa juara,” kata juara Olimpiade Barcelona 1992 ini.
Kini setelah kehebohan raihan gelar juara dunia mulai beringsut, pasangan Hendra/Ahsan dan Tantowi/Lilyana kembali membuat heboh. Kali ini trofi bergengsi All England pada nomor ganda putra dan ganda berhasil mereka caplok.
Pasangan ganda putra Hendra/Ahsan juara setelah mengalahkan lawan H Endo/Kenichi H 21-19,21-19. Sementara Tantowi/Lilyana mengalahkan lawan Zhang Nan/Zhao Yunlei 21-13, 21-19.
Bagi Tantowi/lilyana prestasi tahun ini lebih istimewa, karena mereka berhasil menjuarai All England dalam tiga tahun belakangan ini. Artinya mereka berhasil mencetak hattrick.
Hanya yang menjadi sorotan ialah keberhasilan yang terus diukir duo andalan Indonesia di nomor ganda putra dan campuran ini tak diikuti prestasi di nomor lain.
Rapor merah menjadi nilai yang pantas untuk sektor tunggal putra. Alih-alih menyamai torehan Haryanto Arbi sebagai juara All England pada 1994, torehan Taufik Hidayat pada tahun 2000 dengan mencapai semifinal, sektor tunggal putra ini tak berdaya.
"Prestasi terbaik" diperoleh, Dionysius Hayom Rumbaka yang berhasil mencapai babak kedua sebelum digulung pebulutangkis nonunggulan dari Korea Selatan Won Ho Son 16-21, 21-14, 10-21. Bahkan dua wakil Indonesia lainnya di sektor ini, Tommy Sugiarto dan Sony Dwi Kuncoro harus angkat koper di babak pertama.
Hal ini menjadi sinyal kuning bagi PBSI, terlebih target final yang dicanangkan pada kejuaraan beregu Thomas Cup. “Kami berharap peringkat kami tidak turun di Thomas Cup walaupun saat ini kami belum maju dan masih jalan di tempat. Saat ini China masih memimpin, kami (Indonesia) ada di urutan dua dan ada Malaysia diurutan ke tiga, semoga saja kami tidak disusul Malaysia,” terang Ketua Pembinaan dan Prestasi PBSI Rexy Mainaky
Ya, publik masih menunggu kapan titik balik prestasi itu terjadi pada sektor tunggal putra. Publik rindu prestasi yang pernah ditorehkan Taufik Hidayat, Hendrawan, Haryanto Arbi, Alan Budikusuma, Lim Swie King, atau bahkan legenda 7 kali juara beruntun Juara All England, Rudi Hartono.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H