Negara Indonesia mengenal istilah cicak vs buaya. Istilah yang merujuk pada konflik yang terjadi antara dua institusi hukum negeri, KPK dan Polri.
Istilah ini keluar pertama kali dari mulut mantan kabareskrim Komjen Susno Duadji beberapa tahun silam. Menurutnya hal ini terlontar begitu saja. Saat dirinya ditanya oleh wartawan ihwal sang jenderal bintang tiga ini disadap oleh KPK.
"Waktu wartawan datang ke kantor saya, dia tanya, kok bisa tahu teleponnya disadap dari siapa," kata Susno memulai cerita. Susno pun menjawab, bisa dong dari alat yang dimiliki polisi.
Susno melanjutkan, lalu wartawan tersebut bertanya lagi apakah alat tersebut juga bisa menyadap. Ia pun menjawab ya. Selain itu, Susno mengaku juga sempat berujar kalau alat punya KPK mungkin nggak bisa seperti alat yang dimiliki polisi.
"Ditanya lagi kira-kira membandingkan. Kan saya bukan orang teknologi, kira-kira perbandingannya begini. Kebetulan di akuarium ada cicak. Kalau arwana lawannya apa? Kalo satunya cicak, satunya apa? Serse saya bilang buaya," jelas Susno.
Dari situ terlihat jelas bahwa cicak vs buaya merupakan analogi untuk si kecil melawan si besar. Setidaknya bila menganalogikan dalam aspek yang kasat mata. Buaya jauh mengungguli cicak.
Pertandingan Piala FA Akhir Pekan Penuh Kejutan
Sementara itu jauh didaratan Britania Raya, Sabtu (24/1) malam waktu wib, kisah cicak vs buaya juga terjadi (entah warga Inggris mengenal istilah ini atau tidak). Panggung itu terjadi pada hajatan Piala FA. Dalam jadwal semalam terdapat pertandingan sepakbola yang bisa dianalogikan sebagai cicak vs buaya. Pertandingan antara Manchester City vs Middlesbrough dan Chelsea vs Bradford menjadi rujukan.
“Sang buaya”, Manchester City merupakan tim unggulan di ajang ini. Dengan segudang tumpukan uang yang dimiliki penguasa dari belahan Arab, City menjelma menjadi kekuatan yang menakutkan dalam peta persepakbolaan Inggris. Pemain jempolan mengisi daftar skuad besutan Pellegrini ini.
Sementara hal itu berbanding terbalik dari lawannya semalam, “sang cicak” Middlesbrough. Hanya berkutat pada kasta yang lebih rendah dari City. Membuat para pemain top tak sudi untuk merapat ke tim yang memiliki julukan The Boro ini. Namun meski kalah kualitas permainan, tak lantas membuat nyali pemain The Boro ciut.
Hal itu terbukti dengan jelas dalam pertandingan semalam di Etihad Stadium. Tampil gagah “sang cicak” berhasil mempecundangi “sang buaya” di kandangnya sendiri. Dua gol dari pemain The Boro, Bamford 53’, dan Kike 90’, cukup membuat City tersingkir dari gelaran Piala FA.
Kisah sama juga ditorehkan “cicak” lainnya, Bradford City. Bermain di kandang “sang buaya” Chelsea FC, Bradford unggul 4-2.
Dalam pertandingan di Stamford Bridge, Sabtu malam WIB. Chelsea yang Notabene berstatus sebagai pemuncak klasemen Liga Inggris, terpaksa tersingkir ditangan Bradford City, wakil dari kasta ketiga persepakbolaan Inggris.
Raihan ini terbilang luar biasa. Lantara Bradford sempat tertinggal dua gol lebih dulu di babak pertama. Sebelum kemudian melakukan aksi comeback fantastis dengan membalas empat gol ke gawang Chelsea.
Gol-gol Bradford sendiri dicetak Stead 41’, Morais 75’, Halliday 82’, Yeates 90’. Sementara pencetak gol dari Chelsea datang dari Cahill 21’ dan Ramires 38’.
Hasil-hasil ini memastikan sepakbola terus menghadirkan daya pikatnya. Pertandingan sepakbola tak hentinya menhadirkan terus kejutan dan kisah menariknya sendiri.
David vs Goliath, Miskin vs Kaya, atau Cicak vs Buaya yang kini tengah popular di Indonesia, tak lantas membuat pemenangnya berada pada pihak yang kasat mata unggul. Setidaknya Cicak vs Buaya yang terjadi di Piala FA membuktikan, cicak yang secara kasat mata kalah dari buaya mampu memberi perlawanan. Bahkan menang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H