Mohon tunggu...
Arya Ningtyas
Arya Ningtyas Mohon Tunggu... -

Perempuan biasa ikhtiar dalam kebaikan-Nya belajar lewat tulisan...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Plasenta [Tali Pusat] Dahulu dan Sekarang

20 Maret 2011   01:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:38 1367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_97137" align="aligncenter" width="680" caption="Ilustrasi"][/caption]

Zaman dulu adalah ritual semua orang tua jika seusai persalinan/melahirkan akan  menyimpan ari-ari anaknya dengan rapi. Biasanya dicuci bersih, dikeringkan, lalu di bungkus dengan kain lembut dan di tanam di halaman rumah untuk banyak manfaat dari sisi emosional, psikologis, atau bahkan magis. Seperti yang telah saya katakan tadi, entah itu ritual atau sekedar mitos tapi menurut orang tua saya ketika saya lahirpun, beliau melakukan hal yang sama seperti yang tertulis diatas tadi.

.........................................................

1300584799498064753
1300584799498064753
Seiring perkembangan jaman juga teknologi di bidang kedokteran, sangatlah beda dengan zaman sekarang, dari artikel sebuah media kesehatan yang pernah saya baca, kini tali pusat disimpan oleh para peneliti bukan lagi karena alasan emosional, psikologis, ataupun magis ,tetapi dengan alasan sebagai asuransi kesehatan masa depan. Penelitian dunia kedokteran menemukan bahwa sel punca (stem sel)  yang berfungsi sebagai sistem perbaikan untuk mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak demi kelangsungan hidup dari organisme. Dari darah tali pusat dapat dipergunakan oleh sang bayi ataupun keluarganya untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang mungkin harus mereka hadapi di masa depan.

....................................................................................

13005848651809217217
13005848651809217217

Darah yang ada di dalam tali pusat mengandung berjuta juta sel punca. Sesuai dengan namanya, sel punca adalah cikal-bakal segala macam sel tubuh seperti sel saraf, sel otot jantung , juga sel darah. Ketertarikan para peniliti di bidang ilmu kedokteran  terhadap sel punca ini adalah pada kemungkinan penggunaan sel punca untuk menciptakan berbagai sel lain, misalnya untuk menyembuhkan penyakit parkinson  atau sel pankreas yang memproduksi insulin untuk menyembuhkan diabetes.

...............................................

Proses pengambilan darah tali pusat dilakukan segera setelah kelahiran dan setelah tali pusat diklem dan di potong. Setelah itu tali pusat dibersihkan dengan iodine  dan jarum dari kantung darah ditusukkan ke vena tali pusat. Iodine dalam bahasa Indonesianya adalah Yodium. Iodine yang memiliki unsur kimia dengan simbol I adalah merupakan unsur yang diperlukan oleh hampir semua manusia. Dari proses ini darah akan mengalir ke kantung darah, proses ini sederhana karena tidak menyakitkan dan tidak membahayakan si ibu maupun bayi.

Darah yang diambil harus dipastikan bebas dari kontaminasi bakteri dan jamur. Jika terjadi kontaminasi, darah tidak dapat dipergunakan pada saat diperlukan. Oleh karena itu, sebelum disimpan perlu dilakukan pengujian untuk memastikan bahwa darah bebas dari kontaminasi. Setelah itu, sel punca akan dibekukan dengan nitrogen cair (liquid N2)  untuk mencapai 190 derajat celcius agar dapat disimpan untuk waktu yang lama.

...................

Menurut salah satu sumber informasi dari salah satu media, sel darah tali pusat telah digunakan untuk menyembuhkan kanker dan menggantikan transplantasi sum-sum tulang belakang pada penyakit leukemia. Terdapat bukti bahwa sel-sel tersebut juga dapat berubah menjadi sel saraf, pembuluh darah, dan sel yang mampu memproduksi insulin juga tulang.

.........

Tulisan diatas adalah penjabaran dari apa yang pernah saya baca, kurang lebihnya mohon koreksi dan saran dari sahabat maupun pembaca Kompasiana.

~Ilustrasi gambar: dari Goole~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun