Daratan tak rata yang kupijak
Meninggalkan jejak kakiku yang telanjang
Berjalan perlahan melawan terjangan angin
Ditemani debur ombak yang berbunyi ricuh
Disertai rintihan batu yang terkikis gelombang
Tenang kurasa kala mendengarnya
Namun, si Hitam sudah menggelung hati
Kini aku buta arah
Melangkah dengan pasti menuju lubung dosa
Aroma laut yang menusuk hidung
Melekat erat dengan biru lapang
Sesak memenuhi paru-paru secara berkala
Hingga si Biru tak menampakkan diri lagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!