Mohon tunggu...
Queenara
Queenara Mohon Tunggu... Lainnya - ⊂⁠(⁠(⁠・⁠▽⁠・⁠)⁠)⁠⊃

Sastra😾

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Pertemuan Tiga: Berbuat Onar

20 November 2023   11:22 Diperbarui: 20 November 2023   12:38 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terbangun dengan perasaan yang sangat kacau. Silau cahaya yang menyakitkan mata, kututup seluruh wajahku dengan kedua tanganku yang kian melemah. Hawa di sekitarku terasa sejuk dan lumayan menenangkan.

Kerjapan mata yang berusaha menyesuaikan dengan cahaya, disambut dengan sosok cantik yang selalu kulihat di buku dongeng anak-anak. Sayap gradasi yang indah menghiasi punggungnya, mahkota apik berkilau di kepalanya, gemerincing merdu kala ia bergerak, makhluk apa ini? Dia begitu indah.

"Siapa kamu?" tanyaku dengan gugup.

Sosok itu menoleh, ayu rupawan tercetak jelas di wajahnya. "Aku pemimpin dari Hutan Cahaya, kamu jatuh pingsan setelah membangunkan hutan ini."

Aku masih tak mengerti. Perasaanku yang campur aduk ini sulit dijelaskan. Air mataku turun tanpa seizinku, mengapa aku masih saja bernafas dan hidup pada kesengsaraan ini.

"Kita sedang dalam keadaan darurat. Kamu harus bertanggung jawab atas apa yang telah kamu perbuat. Karena Hutan Cahaya yang bangun, hal itu membuka gerbang suci yang membatasi makhluk jahat masuk kemari," jelasnya panjang lebar.

Belum selesai satu masalahku, kini muncul masalah lain. Mengapa hidupku penuh dengan masalah? Apakah aku tidak diizinkan untuk hidup dengan tenang?

Dengan masih berderai air mata, aku bertanya kepada sosok itu, "Bagaimana caranya? Aku bahkan tidak tahu mengenai tempat ini dan mengapa aku bisa berada di sini."

Sosok itu tersenyum kecil dan berjalan ke arahku, "Aku telah memeriksamu secara menyeluruh, dan aku sudah menemukan hal yang bisa membantumu dalam menangani hal ini."

Dia memegang tanganku dan mengelus pergelangan tanganku. Aku hanya bisa terdiam menerima perlakuannya. Tak lama muncul tanda aneh di pergelangan tanganku, bentuknya seperti kupu-kupu yang dikelilingi dengan rantai.

"Kamu adalah keturunan akhir dari bangsa Ocera, bangsa yang selalu diagungkan kekuatannya. Kamu harus bisa menghapus rantai pada kupu-kupu ini supaya bisa menggunakan kekuatanmu," jelasnya. Terlihat raut wajahnya sedikit murung.

"Lalu, bagaimana cara menghilangkan rantai ini?" tanyaku. Sungguh, sekarang aku benar-benar bingung dengan fakta yang baru saja aku terima.

"Kamu harus mencari cinta sejatimu yang akan menghapus belenggu hati sekaligus belenggu rantai pada kupu-kupumu."

Aku tak bereaksi. Hatiku gundah gulana. Cinta? Dia tidak bercanda, kan? Seumur hidupku, aku tak pernah mengenal dan merasakan cinta. Aku takut aku tak bisa melakukannya, tetapi aku lebih takut apabila aku mengacaukan segalanya dengan membiarkan gerbang suci terbuka untuk makhluk jahat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun