Mohon tunggu...
Niki Rina
Niki Rina Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Niki Rina

Cita Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Titik Terang di Balik Kegelalapan

30 Maret 2022   17:02 Diperbarui: 30 Maret 2022   17:15 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah ibu dirawat hampir dua minggu, akhirnya ibu sudah diperbolehkan pulang oleh petugas rumah sakit, tetapi ibu harus tetap menjalani kemoterapi dan rutin mengkonsumsi obat.
Empat bulan telah berlalu, dengan penuh kesabaran dan usaha.

Kondisi ibu semakin membaik dan akhirnya sembuh. Untuk sembuh dari penyakit paru-paru basah itu bukanlah hal yang mudah, butuh perjuangan dan kemauan yang tinggi untuk sembuh. Dengan menjalani      kemoterapi yang rutin, rajin mengkonsumsi obat dari dokter, dan menjaga kesehatan. Ibu bisa sembuh dari penyakit yang cukup berbahaya tersebut.

             "Terima kasih Ayah atas kerja kerasmu ibu bisa sembuh kembali," ujar ibu menangis bahagia.
              Ayah hanya bisa memeluk ibu dan mengucapkan "Alhamdulillah Ibu telah sembuh," ujar ayah sambil berlinang air mata.
           "Edo sangat senang bisa melihat Ibu sembuh dan bisa sehat kembali." Ucapku.

Setelah ibu sembuh keajaiban dunia seolah-olah datang kepada keluarga kami. Dagangan bakso ayah semakin hari semakin ramai pembeli. Di situlah keluarga kami perlahan-lahan mulai berubah. Ekonomi mulai membaik hingga pada saatnya ayah dapat membeli warung yang akan digunakan untuk berjualan bakso.

           "Alhamdulillah ya Allah, ayah bisa membeli warung ini." Ujar ayah sambil melihat-lihat warung tersebut.

Aku dan ibu dengan kompak mengucap syukur Alhamdulillah. Beberapa bulan kemudian ayah dan ibu membeli sebuah rumah, lalu kami pun pindah dari rumah kontrakan lama ke rumah baru. Begitu banyak rintangan di keluarga kami, tetapi kami selalu tabah dan terus berusaha untuk menjadi yang lebih baik.

 Disaat sore hari kami sedang bersantai sambil menonton televisi. Dengan penuh keberanian aku memberanikan diri untuk meminta sebuah kendaraan roda dua kepada ayah dan ibu.
          "Yah, Bu, Apakah Edo boleh mempunyai kendaraan roda dua seperti teman-teman yang lain?" Tanyaku memelas.

Ibu memandang ayah sambil tersenyum, lalu ayah pun menjawab.
         "Hhmmm... Ayah tidak janji ya, Nak," kata ayah sambil menghela napas.
         "Iya, Yah." Ujarku lemas dan sedikit kecewa.

     Keesokan harinya seperti biasa aku berangkat kesekolah pagi-pagi agar tidak terlambat datang kesekolah. Dan ayah berangkat ke pasar untuk membeli bahan-bahan dagangan.  Sedangkan ibu berada di rumah membantu mempersiapkan kebutuhan untuk berjualan bakso. Pagi hari sekitar pukul 09.30 aku mendapatkan sebuah kabar buruk dari guru di sekolahku. Kabar tersebut ialah, ayahku tertabrak  sepeda motor.

        "Edo ada kabar buruk, ayah kamu..." Ucap Bu Siska guruku yang terpatah-patah.
        "Ada apa ya, Bu?" Sahutku dengan penuh penasaran.
        "Ayahmu baru saja mengalami kecelakaan akibat tertabrak sepeda motor," ujar Bu Siska.
        "Apa?" Sahutku sangat terkejut.
             Aku langsung bergegas merapikan alat tulisku dan meminta izin pulang kepada guru di kelasku. Sesampainya di rumah, ada salah satu tetanggaku memberitahukan tentang kondisi ayahku.
         "Edo...!" Seru Pak Ahmad tetanggaku.

"Iya ada apa, Pak?" Jawabku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun