Mohon tunggu...
rinjani yang masih mendung
rinjani yang masih mendung Mohon Tunggu... Editor - ilmu sosial it seksi lo

saya di ciptakan untuk menjadi pemberani, yang bisa memberi makna bagi kehidupan dan bisa memanusiakan manusia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kualitas Tenaga Pengajar

10 Januari 2014   13:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:57 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemajuan suatu Negara di ukur dari tingkat partisipasi pendidikan dan kesehatan masyarakat.Lembaga pendidikan sangat berperan penting dalam memajukan kesejahteraan masyarakata atau Negara. Karena lembaga pendidikan merupakan lembaga pencetak sumber daya manusia tentunya lembaga pendidikan ini harus di imbangi dengan sarana prasarana untuk mengajar maupun Sumber Daya Manusia yang profesional sebagai tenaga pengajar, namun ketika kita meninjau di beberapa sekolah, kualitas tenaga pendidik masih di bawah setandar, tentu hal ini tidak serta merta hanya di salahkan kepada tenaga pendidik namun perekrutan tenaga honor juga harus di tinjau, factor yang sering di temui di lapangan adalah salah satunya memasukkan tenaga pengajar yang non kompeten tapi memiliki ikatan keluarga, atau bahasa kerennya yaitu Nepotisme. Seandainya saja dia melakukan nepotisme positive dalam artian bahwa yang di maksukan sesuai dengan kompetensi, dan kualitas pengajar, ya tidak masalah. Di samping itu lembaga pencetak tenaga pendidik juga harus mempunyai kompetensi dalam bidang pengajaran, sehingga bisa mengeluarkan tenaga pengajar bukan berdasar kuantitas namun kualitas.

Kasian kan bagi tenaga yang mau mengabdi dengan SDM yang berkualitas namun tidak dapat tempat karena system pengangkatan guru honor yang Nepotisme ini, apalagi sekarang  ini banyak sekali sekolah pribadi atau yayasan. Ada beberapa alternatip para sarjana untuk bisa mengajar di sekolah, salah satunya harus ikit serta melakukan suksesi pildes, pilbup dan pil pil yang lainnya atau masuk partai sehingga ketika calon yang di sukseskan ini menang, dengan mudah saja dia masuk di sekolah dengan rekomendasi oleh sang pemimpin. Kalo hanya ompol ompolan pingin mengabdi tanpa ada jaringan tentu itu sangat sulit sekali, tak heran saat ini banyak sarjana pendidikan yang menganggur, karena tidak sesuainya jumlah sekolah dengan tenaga pendidik, Andaikan ada alternativ lain nantinya untuk menampung para sarjana ini untuk di berdayakan baik melalui program pemerintah maupun suasta sehingga Kemiskinan di Indonesia ini bisa berkurang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun