Mohon tunggu...
AHMAD CHOIRUL ROFIQ
AHMAD CHOIRUL ROFIQ Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di IAIN Ponorogo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kajian Kritis terhadap Buku Indonesia dalam Arus Sejarah

28 September 2016   13:59 Diperbarui: 28 September 2016   14:17 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Thomas Samuel Kuhn di dalam karyanya  The Structure of Scientific Revolutions  melontarkan gagasan tentang  scientific revolution  (revolusi ilmu) yang ditandai oleh adanya pergantian paradigma  paradigm shifts). Proses revolusi ilmu dimulai dari pra-ilmu  (prescience)  ketika tidak memiliki paradigma sentral;   ilmu biasa  (normal science)  ketika ilmuwan mencoba mengembangkan paradigma sentral melalui pemecahan teka-teki  (puzzle solving);  keganjilan  (anomalies) ketika ilmuwan mengalami kegagalan untuk menyesuaikan paradigma;  kegentingan  (crisis)  ketika paradigma benar-benar pada puncak anomali; dan ilmu revolusioner (revolutionary science)  ketika paradigma baru muncul. 

Apabila perspektif Kuhn tersebut dipergunakan untuk melihat perkembangan historiografi Indonesia, terutama sejak penerbitan Sejarah Nasional Indonesia oleh Balai Pustaka pada tahun 1975, maka posisi historiografi sejarah Indonesia berada pada tahapan krisis setelah muncul banyak keganjilan mengenai buku tersebut. 

Buku Sejarah Nasional Indonesia yang dikatakan sebagai buku standar sejarah Indonesia telah dianggap sebagai sumber otentik di tengah masyarakat Indonesia. Buku itu dijadikan sejarah  babon yang menjadi rujukan bagi penulisan sejarah Indonesia dan kemudian para pengajar sejarah menerapkannya dalam pengajaran sejarah Indonesia. Buku  Sejarah Nasional Indonesia  merupakan karya historiografis yang ditulis para sejarawan Indonesia setelah melalui proses panjang. Namun seiring perkembangan kajian kesejarahan dan peralihan dari era Orde Baru ke era reformasi, para sejarawan kemudian berupaya melengkapi buku  Sejarah Nasional Indonesia yang diterbitkan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto itu sehingga muncul buku  Indonesia dalam Arus Sejarah  yang diterbitkan pada masa pemerintahan Presiden Soesilo Bambang Yudoyono.

Sebagai suatu ilmu pengetahuan, kebenaran ilmu sejarah yang merupakan hasil interpretasi subjektif sejarawan mempunyai sifat tentatif. Karakter kesementaraan ilmu itulah yang ditekankan oleh Sir Karl Raimund Popper di dalam karyanya  Conjectures and Refutations: The Growth of Scientific Knowledge. Dalam pandangan Popper, kemajuan ilmu pengetahuan dapat melalui  conjectures (dugaan) yang merupakan solusi tentatif terhadap suatu persoalan, dan kemudian dikontrol dengan  criticism  (analisa kritis) yang berupa  refutations  (upaya penyanggahan) secara tajam.  Baginya, ilmu adalah suatu revolusi secara permanen  (revolution in permanence), dan sikap kritis  (criticism)  adalah jantung aktivitas keilmuan (heart of scientific enterprise). 

Popper mengajukan kriteria mengenai sifat ilmiah pengetahuan dengan mensyaratkan kemungkinannya untuk dapat disalahkan  (falsifiability),  dapat disangkal  (refutability),  dan dapat diuji (testability). Selama suatu teori mampu bertahan dalam upaya falsifikasi, maka teori itu semakin kokoh  (corroborative), meskipun ciri kesementaraannya tetap tidak hilang. Prinsip  falsificationism menilai semua teori ilmiah selalu mengandung potensi untuk dilakukan penyangkalan dan penyanggahan. Apabila suatu teori sudah dapat disangkal  (falsified),  maka secara otomatis harus  digugurkan (eliminated) untuk digantikan teori yang lain. 

Dalam konteks  historiografi sejarah Indonesia, ungkapan  ‘pelurusan sejarah‛ sebenarnya bukanlah sesuatu yang tabu. Di era keterbukaan dan kebebasan penyampaian pendapat secara bertanggung jawab seperti saat sekarang, sejarawan-sejarawan independen dapat menjadi garda depan dalam penulisan sejarah Indonesia yang lebih mengutamakan akurasi data, objektivitas interpretasi, dan kejujuran ilmiah sehingga mampu mengarahkan pemerintah supaya mengeluarkan kebijakan yang terkait kesejarahan nasional dengan landasan historis yang akurat sehingga fungsi sejarah sebagai pencerah kehidupan bagi setiap generasi yang dilahirkan bangsa Indonesia dapat direalisasikan. 

Dengan demikian, kehadiran buku Menelaah Historiografi Nasional Indonesia: Kajian Kritis terhadap Buku Indonesia dalam Arus Sejarah sangat penting bagi sejarawan maupun peminat kajian sejarah di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun