Mohon tunggu...
AHMAD CHOIRUL ROFIQ
AHMAD CHOIRUL ROFIQ Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di IAIN Ponorogo

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mencermati Resolusi KTT OKI 2016

29 April 2016   16:32 Diperbarui: 29 April 2016   16:45 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerjasama Negara-Negara Islam (OKI) ke-13 yang berlangsung di Istanbul, Turki, telah ditutup pada tanggal 15 April 2016. Di antara hasil keputusannya ialah resolusi yang mendiskreditkan salah satu negara Islam tertentu yang juga anggota OKI (Iran) sebagai negara penyokong gerakan terorisme (Hizbullah). Padahal dunia Islam mengetahui bahwa Iran dan Hizbullah merupakan penentang keras terhadap penjajahan zionis Israel atas negara Palestina. Apakah resolusi yang demikian berdampak positif pada umat Islam atau justru semakin mengobarkan permusuhan internal di antara sesama negara-negara Islam? Dalam rangka menjawab persoalan tersebut, tulisan sederhana ini berupaya menganalisisnya secara obyektif.

Umat Islam seharusnya senantiasa berkaca pada perjalanan sejarah Islam, yakni ketika banyak dari kaum Muslimin menjadi korban pertikaian internal pada masa pemerintahan Usman ibn Affan (w. 35 H / 656 M) dan Ali ibn Abi Thalib (w. 40 H / 661 M). Bencana pertama yang dialami umat Islam adalah peristiwa terbunuhnya Khalifah Usman ibn Affan secara keji di tangan orang Islam sendiri. Saat itu, penentangan kepada Khalifah Usman memuncak. Kondisi tersebut diperparah oleh hasutan untuk berbuat anarkis oleh provokator yang sengaja mengambil kesempatan dalam kesempitan. Provokator itu bernama Abdullah ibn Saba'. Hampir semua sejarawan bersepakat mengenai peranan Ibn Saba' dan pengikut-pengikutnya dalam menciptakan perpecahan umat Islam.

Ihwal kehidupan Ibn Saba' tidak banyak diketahui. Sedikitnya informasi mengenai dirinya mungkin dikehendaki sendiri oleh Ibn Saba' demi kerahasiaan pribadinya. Ibn Saba' adalah orang Yahudi yang berasal dari Sana‘a, Yaman. Ia mengaku memeluk agama Islam pada masa pemerintahan Khalifah Usman. Ia menyesatkan umat Islam sambil berkeliling ke berbagai tempat, misalnya Hijaz, Bashrah, Kufah, Syam, dan Mesir. Adanya upaya memancing di air keruh ini terlihat pada keberhasilannya dalam mengarahkan para demonstran dari beberapa wilayah yang berbeda tersebut. Berbagai kelompok demonstran itu tentunya tidak akan datang secara bersamaan ke Madinah, pusat pemerintahan Islam, apabila tidak dikendalikan oleh seorang koordinator yang lihai. Mereka sengaja memalsukan surat yang mengatasnamakan khalifah dan para shahabat demi mewujudkan keinginan jahatnya. Surat-surat itu dikirimkan kepada masyarakat supaya pergi dengan berpura-pura sebagai jamaah haji untuk melakukan pemberontakan. Mereka laksana rumput kering yang mudah sekali terbakar jika tersentuh api sedikit saja.

Upaya penyesatan Ibn Saba', dalang utama kerusuhan itu, memperoleh hasil gemilang, yaitu dengan bertambah banyaknya pengikut yang mendukungnya, meskipun sebenarnya Khalifah Usman sudah memperingatkan umat Islam dengan mengirimkan surat peringatan kepada para gubernurnya. Para pengikut Ibn Saba' semakin banyak, terutama dari masyarakat Mesir, Bashrah, dan Kufah. Mereka yang disebut dengan Saba'iyyah ini bahkan semakin kuat dan berani mengatur dan melaksanakan rencana jahat untuk menghabisi nyawa khalifah secara bersama-sama.

Kelompok Saba'iyyah itu juga yang memicu Perang Jamal antara pasukan Khalifah Ali dengan Aisyah binti Abi Bakr, Thalhah ibn Ubaidillah, dan az-Zubair ibn al-Awwam di pihak lain. Pada waktu itu, kedua pihak sebenarnya sudah menyepakati untuk tidak berperang setelah dilakukan beberapa perundingan. Namun, kesepakatan itu dikacaukan oleh kelompok perusuh tersebut dengan menyerang pasukan Ali dan pasukan Aisyah pada malam hari sehingga masing-masing pihak menyangka telah dikhianati dan akhirnya meletuslah peperangan yang mengakibatkan banyak kaum Muslimin terbunuh.

Akhir hidup Ibn Saba' tidak banyak diketahui. Ia diasingkan oleh Khalifah Ali ke Madain. Ia masih berada di Madain pada saat terjadinya pembunuhan terhadap khalifah. Waktu itu, khalifah hendak menghukum mati Ibn Saba' atas kekacauan yang ditimbulkannya, tetapi para pengikut Ibn Saba' segera menghalangi hukuman mati itu. Khairuddin az-Zirikli memperkirakan bahwa tahun 40 H (661 M) adalah tahun kematian Ibn Saba'. Jika keterangan itu dibenarkan, maka ia mati tidak lama setelah khalifah Ali wafat.

Ikhtiar Menangkal Infiltrasi

Musibah-musibah akibat perpecahan dan perselisihan sesama umat Islam ternyata tidak berhenti. Konflik-konflik internal tersebut sangat menyedihkan. Situasi semacam inilah yang pada masa sekarang juga dialami lagi oleh kaum Muslimin, sebagaimana dipertontonkan oleh negara-negara di kawasan Timur Tengah yang masih terlibat dalam perang di Suriah dan Yaman. Pertempuran yang telah dan masih berkecamuk di dunia Islam saat ini jelas-jelas merugikan kaum Muslimin. Sebaliknya, malapetaka ini justru menguntungkan musuh-musuh Islam. Dengan kasat mata, semua orang pasti mengetahui negara mana yang menjadi produsen persenjataan perang yang dipakai oleh negara-negara Islam dalam menyerang dan membantai saudara-saudaranya sendiri sesama Muslim. Oleh karena itu, seyogyanya para pemimpin negara-negara Islam harus mengedepankan upaya untuk mengeliminasi perasaan kebencian dan permusuhan terhadap negara Islam lainnya.

Rasulullah SAW telah meneladankan cara-cara bijaksana dalam mengelola perbedaan di kalangan umat Islam. Misalnya, dengan menerapkan prinsip musyawarah, toleransi, tolong menolong, dan kepedulian untuk saling berbagi secara proporsional. Setiap Muslim tentu mengakui kesuksesan Rasulullah dalam menjalankan pemerintahan dan ingin meneladani kepemimpinan beliau. Apabila para pemimpin negara-negara Islam mengaplikasikan prinsip-prinsip mulia tersebut, niscaya kaum Muslimin dapat menggalang persatuan untuk bersama-sama mengatasi persoalan utama umat Islam, misalnya pembebasan Palestina dari penjajahan zionis Israel, pengentasan kemiskinan, serta pengembangan ilmu pengetahuan, sehingga kaum Muslimin mampu menggapai kembali kemajuan peradaban yang pernah terwujud pada era kejayaan Islam. 

Dengan diloloskannya resolusi OKI yang menuduh salah satu negara anggota sebagai pendukung terorisme, musuh-musuh Islam tentu sangat gembira karena permusuhan di antara negara-negara Islam terus bergejolak. Zionis Israel semakin leluasa mencengkeram negara Palestina sebagai jajahannya dan membantai warga Palestina. Negara-negara produsen senjata juga tersenyum lebar sebab negara-negara Islam yang terlibat konflik internal itu mengimpor alat-alat perang mereka secara besar-besaran. Kemalangan terbesar pasti dialami oleh kaum Muslimin yang terjebak di kawasan konflik bersenjata tersebut. Gelombang pengungsian umat Islam akan terus bertambah selama stabilitas politik di negara mereka belum terwujud. Kawasan Timur Tengah yang mempunyai potensi ekonomi (minyak) sangat berlimpah hanya menjadi ajang perselisihan yang senantiasa dimanfaatkan oleh para provokator anti Islam yang menjadikan Umat Islam semakin terpuruk.

Sebagai bagian dari masyarakat dunia Islam, kita menghendaki agar kedamaian segera direalisasikan di negara-negara Islam yang memiliki beragam perbedaan latar politik dan kultural tersebut. Keragaman mazhab keagamaan, seperti Ahlus Sunnah wal Jamaah (Sunni), Syiah, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, atau mazhab lainnya, seharusnya disikapi secara bijaksana. Perbedaan kepentingan politik semestinya dapat dimusyawarahkan untuk menemukan solusi terbaik demi kebaikan bersama. Setiap golongan di dalam masyarakat Islam tidak boleh memonopoli kepentingannya semata dengan menindas golongan Islam yang lain. Para pemimpin negara-negara Islam wajib mengutamakan ukhuwwah Islamiyah dan menahan diri untuk tidak menebarkan kebencian kepada negara Islam lainnya. Dengan demikian, kaum Muslimin tidak akan terlibat konflik internal yang malah mengakibatkan penderitaan memilukan pada umat Islam dan menguntungkan musuh-musuh Islam.

www.duniaislam.org (26042016)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun