Di pesisir malam ada sajak sajak tua. Juga urat nadi yang berdetak carut marut hampir terbelah. Dahulu kala manusia menyebutnya mata amarah.
Di pesisir malam ada sajak sajak tua. Pada setapak setapak kecil dalam hati yang hampir buta. Dahulu kala manusia menyebutnya mata sesal.
Keduanya itu pecah pecah lalu berserakan dalam akal yang letih. Tetiba suara suara yang terlupakan itu berbisik bahwa segala yang terbakar tak lebih dari debu debu hangus yang beterbangan tanpa cerita.
Itu bukan lagi sajak tapi doa doa yang pernah mereka bungkus dalam kehati hatian yang tak pernah mati. Manusia sadar bahwa cahaya yang hampir sempurna hanyalah cahaya sebelum menutup mata.
Jangan pernah pergi. Masuklah, pintu sudah terbuka..
Kupang, 9/4/18
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H