~Sepenggal Pagi~
Fajar masih perawan saat ia sumringah menyinggahi bumi dengan sekantung doa yang pecah diatas ranting ranting kering yang bertelanjang tanpa dedaunan
Jalan demi jalan juga masih berkelok kelok dan menyimpan begitu banyak debu pada setiap tikungan yang belum terlihat oleh mata bahkan oleh musim yang kehilangan warna
Namun dalam tidur lelapnya dua bocah itu sedang meramu mimpi demi mimpi tentang masa depan tanpa keluh hanya peluh yang tersembunyi dalam tumpukan tumpukan kertas
Di bawah langit, setiap pagi hanyalah pintu tua yang kembali menganga menganyam jengkal demi jengkal langkah yang berharap menyentuh senja bukan dengan perut kosong
Oh, semesta aku tak berani menduga kemanakah engkau mengutus angin berkunjung, namun jika berkenan, sentuhlah bunga bunga tidur mereka yang meyakiniMu dengan alurMu sendiri..
Sillu, 5/10/17
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H