Mohon tunggu...
jemmy senda
jemmy senda Mohon Tunggu... pegawai negeri -

berasal dari kota karang,hobby baca,tapi baru belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sekilas Cerita Mengenai Kota Kapan

23 Agustus 2016   11:19 Diperbarui: 23 Agustus 2016   11:24 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kapan pada masa kolonial (akhir abad 19 sampai awal abad 20) dulu adalah suatu wilayah yang mana berkedudukan seorang asisten residen, suatu keadaan yang sangat langka mengingat pada masa itu di bawah residen( yang berkedudukan di Kupang) hanya ada 2 wilayah yang ada asisten residennya yaitu Kapan dan Ende.residen wilayahnya Karesidenan yang kalau di padankan dengan jaman sekarang sepeerti provinsi atau sedikit di bawahnya berarti Kapan kurang lebih seperti Kabupaten pada masa sekarang dengan cakupan wilayah yang sangat luas yaitu sebagian kab kupang sekarang TTS,TTU.dan Belu yang masuk daerah kekuasaan asiten residen di kapan, sayang catatan sejarah tertulis sungguh sulit di dapat, yang ada hanya cerita lisan turun temurun, satu2nya sumber tulisan yang pernah saya baca hanyalah catatan harian dan korespondensi para misionaris SVD awal yang berkarya di tanah Timor  yang di kumpullkan dalam bentuk buku.di salah satu bab di ceritakan kalau pastor SVD dari Atapupu akan pergi  menghadap tuan asisten residen yang berkedudukan di Kapan itu terjadi sekitar awal 1910 ke atas..

Soe pada masa itu hanyalah sebuah dusun kecil.Pada awal  1900 an  ketika Prof Moollengraf dkk, di utus pemerintah kolonial dari Batavia ke Timor pada masa pemerintahan gubjen J.B Van Heutz ) untuk membangun jalan  dari Atapupu ke Kupang, pada blue print awalnya direncanakan melewati Kapan , Nenas,Nuapin masuk Lelogama baru tembus Takari lalu ke Kupang..sayangnya kemudian jalur ini tidak di pakai setelah pemerintah kolonial membuka jalan baru lewat Niki niki Soe dan memindahkan pemerintahan ke Soe (mungkin pada masa misionaris masyur Pendeta Van Midllekop datang ke Soe sekitar tahun 1920-an).sejak itupula Kapan seperti di lupakan orang bahkan sampai sekarang.Bila saudaranya Ende tetap berkembang menjadi kota kabupaten,,Kapan malah bertambah sepi.Cerita ini mungkin hanyalah romantisme masa lalu tapi cukup membuat saya bangga menjadi ORANG KAPAN.dan juga agar ini menjadi sebuah cerita  sejarah buat anak cucu kita,syukur 2 ada penelitian ilmiah yang komprehensif (Adik sarlota sipa   sudah merintisnya beta dengar )tentang ini agar bisa dituangkan dalam bentuk tulisan yang mantap, karena dengan tulisan membuat abadi sebuah kisah sejarah  di banding cerita lisan turun temurun yang hanya akan  menjadi legenda bahkan lama kelamaan  menjadi sebuah mitos.

Catatan.Cerita mengenai Kapan ini sebagian saya dengar sebagai cerita lisan turun temurun ( tentang orang Belanda di kapan) dari ortu dan sebagian saya baca di facebooknya opa Peter Apolonius Rohi ( tentang pembangunan jalan dari Atapupu ke Kupang Oleh tim yang di pimpin prof Mollengraff dan Ir Asmussen yg belakangan namanya di abadikan menjadi nama jalan Asmussen straat yang sekarang org Kupang kenal dengan nama Straat A )kemudian dari buku catatan harian misionaris SVD di Timor ( kalau tidak salah judulnya begitu)mengenai betul bahwa di Kapan berkedudukan seorang asisten residen,dan juga salah satu fakta yang penting adalah ada sedikit banyak orang Kapan ( dan juga beberapa tempat di TTS )yang menjadi anggota tentara ( KNIL ) / polisi belanda atau tekken soldat dari keluarga saya sendiri ada sekitar 3 orang atau lebih..Menjadi penting karena fakta ini memperjelas bahwa pada masa itu pusat kekuasaan kolonial ada di Kapan karena logikanya tidak mungkin seorang anak Kapan pergi tekken soldat sampai ke Kupang,yang pada masa itu jalur transportasi sangatlah sulit ( sebagi gambaran ; jalan ke kampung kakek saya saja baru jadi sekitar 5/6 tahun lalu)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun