Mohon tunggu...
Asep Saepudin
Asep Saepudin Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Mahasiswa

Mahasiswa Ekonomi Syariah Institut KH Abdul Chalim. bercerita sesuai pengalaman dan teori. ketertarikan terhadap budaya, wisata, keanekaragaman dan isu ekonomi yang ada di indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Ekonomi Indonesia Turun akibat Wabah Corona, Really?

7 Februari 2021   01:31 Diperbarui: 7 Februari 2021   01:38 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Permasalahan perekonomian itu pasti sangat banyak sekali, bahkan di Indonesia pun banyak sekali kendala kendala dalam perekonomian. Indonesia disebut dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara di asia tenggara yang di lintasi garis khatulistiwa dan berada diantara daratan benua Australia dan Samudra hindia. Indonesia adalah negara terbesar di dunia yan terdiri dari 17.504 pulau. Nama alternatif yang biasannya dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi hampir 270.054.853 jiwa pada tahun 2018. Indonesia adalah negara berpenduduk tertinggi dunia dan dalam posisi ke empat negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia, sehingga mencapai lebih dari 230 juta jiwa.

Setelah itu Indonesia makin hari makin melonjak penduduknya dan pemerintah segera mengantisipasi pelonjakan penduduk tersebut dengan cara pengendalian penduduk. 

Pengendalian penduduk adalah kegiatan membatasi penduduk, umumnya dengan mngurangi jumlah kelahiran. Dokumen dari Yunani kuno telah membuktikan adannya upaya pengendalian umlah penduduk sejak zaman dahulu kala. Salah satu pengendalian penduduk yang dipaksakan terjadi di republic Tiongkok yang terkenal dengan kebijakan 1 anak cukup. Kebijakan ini diduga banyak terjadi aksi pembunuhan batin, pengguguran kandungan yang dipaksakan, serta sterilisasi wajib. nah begitupun dengan indonesia. indonesia membuat program KB (keluarga berencana)2 anak lebih baik. 

Adannya program KB ini Indonesia jadi bisa menetralisir nilai rendah kematian, termasuk kematian bencana bencana yang ada di Indonesia, seperti benacana alam dan non alam. Adapun bencana alam yaitu Tsunami, Gempa Bumi, Banjir, Longsor dan berbagai lainnya. Akan tetapi Indonesia akhir akhir ini di hebohkan dengan bencana Non alam yang disebut dengan Corona. Sekarang sekarang corona sangat marak di Indonesia sehingga kepanikan masyarakat pun melonjak ke berbagai daerah. 

Bencana corona ini Indonesia mengalami penurunan perekonomian derastis mulai dari inpor-import, rupiah, kenaikan harga masker dan juga hal lainnya yang dialami oleh masyarakat. Saat ini dunia digemparkan oleh wabah virus corona yang berawal dari China. Akibat virus ini banyak penduduk China dan beberapa negara lainnya meninggal dunia.

Awal mula datangnya corona ke Indonesia itu berawal dari orang jepang yang sudah berkunjung ke negara Malaysia. 2 orang Jepang tersebut melakukan kontak dengan 2 orang warga Indonesia yaitu ibu 64 tahun dan putrinya 31 tahun. Wabah virus corona ini sangat berpengaruh terhadap sector perdagangan yang ada di Indonesia ini. 

Menurut mentri koordinator bidan perekoomian, airlagga hartarto, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi china. Jika ekonomi china mengalami pelambatan sebesar 1-2% secara garis besar akan berdampak pada turunnya ekonomi Indonesia sekitar 0,1-0,3% terhadap ekonomi Indonesia.

Wabah virus corona di china juga diduga berdampak pada perdagangan pertanian Indonesia. Selama ini ekspor minyak sawit merupakan salah satu kontributor ekspor terbesar ke china. Namun bulan februari 2020 realisasinya hanya mencapai 84.000 ton. Angka ini sangat jauh dibandingkan dengan realisasi sebelumnya yaitu januari 2020 sebesar 487.000ton dan pada priode yang sama pada tahun 2019 yang mencapai 371.000 (finance.detik.com, 17 februari 2020). Jadi sangat jelas dampak untuk Indonesia itu sangat besar dan terjadinya penurunan inflasi yang sangat tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun