Mohon tunggu...
Triandini Aulia R
Triandini Aulia R Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pendidikan Sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Charles Wright Mills

12 November 2022   12:41 Diperbarui: 19 November 2022   12:24 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mills lahir pada 28 Agustus 1916, di Texas. Tahun 1939 Mills mendapatkan gelar A.B dan A.M dari Universitas Texas, lalu tahun 1941 ia mendapatkan gelar Ph.D dari Universitas Wisconsin, dan tahun 1946 ia bergabung dengan Fakultas Sosiologi di Universitas Columbia serta menjadi dosen sosiologi. Karya Mills semuanya berisi mengenai penafsiran dunia melalui perspektif teoritis yang dipengaruhi oleh Max Weber. Pemikiran Mills mengenai pandangan menyeluruh dari sistem sosial budaya, yang saling bergantung, dan memiliki efek terhadap nilai-nilai kemanusiaan, pikiran, dan perilaku. Kemudian Mills meninggal pada 20 Maret 1962.

Rasionalisasi, adalah aplikasi praktis dari pengetahuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuannya yaitu efisiensi, dan kemampuannya adalah koordinasi total dan kontrol atas proses sosial untuk mencapai tujuan tersebut. Rasionalisasi merupakan asumsi dasar Mills mengenai sifat manusia dan masyarakat. Asumsi dasarnya yaitu ia menegaskan bahwa manusia tidak dapat terpisah dari struktur sosial dan sejarah di mana mereka terbentuk dan berinteraksi. Lalu manusia termotivasi oleh norma, nilai, dan sistem kepercayaan yang berlaku dalam masyarakat, serta perubahan struktural yang sering menyampaikan "kata motivasi" ke dalam kehidupan masyarakat. Perubahan struktural dalam peningkatan masyarakat sebagai lembaga membuatnya lebih besar, lalu merangkul, dan saling berhubungan. Akibatnya, waktu perubahan telah mempercepat era modern, dan perubahan menjadi lebih berat untuk seseorang yang berada dalam kendali serta yang tumduk kepada organisasi tertentu.

White Collar Worker

Menurut Mills, munculnya pekerja kerah putih berawal dari perubahan pekerjaan karena pertumbuhan terakhir di birokrasi, perubahan teknologi, dan meningkatnya kebutuhan pada pasar barang dari masyarakat industri. Karakteristik pekerja kerah putih yaitu tidak terorganisir dan tergantung pada birokrasi besar untuk keberadaan mereka. Mills mengamati bahwa didalam pekerjaan dibagi menjadi tugas fungsional sederhana. Dimana standarnya adalah kecepatan kerja dan output. Kebijakan keputusan dan fungsi eksekutif yang terpusat bergerak naik hirarki. Dengan adanya pertumbuhan dalam pembagian kerja, jumlah pekerjaan rutin meningkat, wewenang dan otonomi pekerjaan menjadi atribut hanya posisi teratas. Ada perbedaan semakin besar yaitu mengenai kekuasaan, prestise, dan pendapatan antara manajer dan staf. Pekerja tidak memiliki kebebasan untuk mengambil keputusan sendiri, dimana pengambilan keputusannya sesuai dengan aturan ketat. Menyebabkan para pekerja itu menjadi terasing dari kapasitas intelektualnya dan kehidupannya, dimana bekerja menjadi kegiatan yang harus mereka jalankan setiap hari. Munculnya pekerja kerah putih telah berefek pada sistem pendidikan di birokrasi-industri masyarakat. Prestasi kerja dan promosi didasarkan pada pekerjaan yang dirutinkan dan mengikuti perintah serta aturan birokrasi. Mills mengatakan akibat munculnya pekerja kerah putih, pendidikan di Amerika menjadi lebih fokus kejuruan. SMA, serta perguruan tinggi, telah menjadi tempat pelatihan untuk birokrasi.

The Power and Authority Elite: menurut Mills kekuatan dan kekuasaan dari kaum elit tidak terbatas pada keputusan dan tindakan mereka dalam peran mereka sebagai politisi dan pemimpin perusahaan dan militer, tetapi kekuatan dan kekuasaan mereka meluas ke seluruh dan membentuk semua organisasi dalam masyarakat. Jadi dengan menciptakan kondisi kehidupan orang lain, para elit mengatur apa yang terjadi di masyarakat, dan institusi lain.

Mills menjumpai ada 5 masalah sosial, yaitu:

 1) Alienasi 

2) penyimpangan moral/apatis

3) Ancaman terhadap demokrasi 

4) Ancaman terhadap kebebasan manusia 

5) Konflik antara rasionalitas birokratis dan akal manusia.

Imajinasi Sosiologi

Mills mengemukakan bahwa penelitian sosiologis lebih mengarah pada persyaratan administratif. Menurutnya, perbedaan antara pikiran sosiologis yang efektif dan yang gagal terletak pada imajinasi. Imajinasi sosiologis merupakan kemampuan untuk memahami sejarah dan biografi serta hubungan-hubungan di antaranya dalam masyarakat. Untuk memenuhi janji ilmu sosial, maka perlu fokus pada masalah substantif, dan menghubungkan masalah ini untuk hal yang bersifat struktural dan historis dari sistem sosiokultural masyarakat. Sebab hal tersebut memiliki arti bagi individu, dan sangat dipengaruhi oleh nilai, karakter, dan perilaku yang membentuk sistem sosiokultural masyarakat. Janji ilmu sosial adalah untuk membawa solusi dalam menyelesaikan suatu masaalah. Untuk itu seseorang harus menghindari proses memajukan birokratisasi nalar dan wacana.

Menurut Mills, Sosiologi Imajinasi mempengaruhi, pola pikir tentang hal yang sosiologis dengan menekankan pada hubungan pengalaman individu dan hubungan sosialnya. Ada 3 komponen yang membentuk imajinasi sosiologi, yaitu:

  • Sejarah: bagaimana masyarakat datang, dan bagaimana sejarah sedang dibuat
  • Biografi: sifat dan jenis orang yang hidup dalam masyarakat tertentu
  • Struktur Sosial: bagaimana perintah dari institusi berjalan dalam masyarakat, mana yang dominan serta bagaimana mereka berubah.

Imajinasi dibangun dengan memposisikan diri untuk melihat dunia dari perspektif orang lain. Dalam imajinasi sosiologi, seseorang tidak perlu takut untuk berpikir secara ekstrim yang imajinatif. Dan tidak perlu ragu untuk mengeluarkan ide-ide dengan bahasa sederhana dan langsung, dimana ide tersebut dipengaruhi oleh ekspresi mereka. Dalam imajinasi sosiologi, Mills mengemukakan bahwa ilmuwan sosial mengartikan masalah privat menjadi masalah publik. Maksudnya individu menghubungkan masalah pribadinya ke lembaga-lembaga sosial, relasi yang membentuk struktur sosial lalu menemukan struktur dalam sejarah. Selain itu imajinasi sosiologi sangat sulit bagi beberapa individu untuk menghubungkan masalah pribadinya ke lembaga-lembaga sosial di lingkungan masyarakatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun