Lazim kita temukan tempat dengan fenomena alam menarik namun dicapai dengan akses melalui jalan perkebunan industri dengan kondisi hutan gundul, tidak memiliki amenitas memadai bagi wisatawan, hingga faktor keamanan yang rendah.
Maraknya penggunaan kata-kata promosi hidden paradise atau hidden gem untuk menarik kunjungan dan menggambarkan indahnya sebuah objek wisata yang belum populer seringkali kontras dengan kondisi existing yang ada di sekitar daya tarik wisata tersebut, yang tidak mendukung kesiapan untuk dikunjungi wisatawan.
Ini jelas sebuah ironi karena dalam aktivitas wisata, kesan pertama akan sangat melekat bagi pengunjung.
Ekowisata & Ancaman Greenwashing
Dewasa ini, ekowisata atau ecotourism menjadi aktivitas wisata yang memiliki daya tarik khas dan semakin populer dalam menggaet kunjungan wisatawan. Perpaduan unsur keindahan alam, budaya, dan aspek sosial masyarakat yang menjadi pilar kuatnya adalah modal besar yang dimiliki Indonesia.
Tren kunjungan wisatawan dunia yang semakin meminati destinasi-destinasi wisata yang berbasiskan alam dan budaya lokal adalah peluang untuk dimaksimalkan pariwisata Indonesia dalam menggaet kunjungan. Tren yang sama ini juga mendorong banyak pelaku usaha wisata untuk mencitrakan diri sebagai yang 'ramah lingkungan' lewat beragam produknya. Di sisi lain, kecenderungan ini juga melahirkan fenomena berkonotasi negatif yang dikenal sebagai Greenwashing.
Will Kenton (2020) menyebut greenwashing sebagai proses penyampaian pesan dan kesan palsu atau memberikan informasi yang menyesatkan tentang bagaimana produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan seolah-olah lebih ramah lingkungan. Greenwashing merupakan klaim yang tidak berdasar untuk memperdaya konsumen agar percaya bahwa produk mereka ramah lingkungan.
Dalam konteks ekowisata, greenwashing marak dipraktikkan oleh pelaku usaha maupun pengelola destinasi yang orientasi utamanya dimotivasi untuk mendatangkan kunjungan sebanyak-banyaknya lewat pola 'kampanye hijau' yang tidak bertanggung jawab. Ekses dari kecenderungan ini melahirkan antitesa terminologi ekowisata yaitu "Pseudo-ekowisata."
Kembali kepada pentingnya first impression dalam aktivitas wisata, hingga retorika tentang bagaimana pemahaman sustainable tourism bagi stakeholders pariwisata dapat dipahami secara komprehensif dan applicable, praktik-praktik greenwashing dalam aktivitas wisata dapat menjadi bumerang bagi pariwisata Indonesia jika hanya membidik pada banyaknya investasi dan meroketnya jumlah pengunjung.
Strategi Memanfaatkan Karunia Alam Menuju Wisata Kelas Dunia