Lebih jauh, ada tuntutan untuk menjalankan pariwisata dengan orientasi berkelanjutan yang perlu pendalaman pemahaman secara komprehensif. Beberapa retorika dasar yang dapat dikemukakan antara lain: Apakah pemahaman tentang sustainable tourism dapat dimengerti secara praktis oleh masyarakat? Apakah kebijakan terkait pariwisata berkelanjutan yang diformulasikan negara applicable dengan kondisi belum meratanya pembangunan pariwisata di banyak daerah?
Sedikit melebar, salah satu permasalahan besar di bidang keilmuan dinamis seperti pariwisata adalah terus berkembangnya definisi dan terminologi baru di dalamnya yang kerap kali dimengerti pada tatanan konseptual dan teoretikal namun bersifat elitis. Diperlukan juga narasi-narasi gamblang yang dapat membumikan visi, definisi, hingga strategi pembangunan pariwisata kepada banyak lapisan sehingga menghasilkan persepsi yang sama untuk dapat dieksekusi dengan baik di berbagai daerah.
Pesona Indonesia
Dalam narasi branding pariwisata "Wonderful Indonesia", ada 5 elemen yang menjadi pesona pariwisata Indonesia yaitu natural wonders, cultural wonders, sensory wonders, modern wonders, dan adventurous wonders. Pesona alam menduduki posisi yang sangat penting sebagai salah satu pilar utama dari daya tarik pariwisata nasional kita.
Indonesia dianugerahi pesona alam yang luar biasa dan sangat beragam. 17 ribu lebih pulau besar dan kecil, bentang alam dan kondisi geografis yang memikat dari ujung barat hingga ujung timur. Bermacam tipe hutan, flora dan fauna, perbukitan dan pegunungan, sungai, laut, dan samudera menjadikan Indonesia salah satu surga wisata alam di dunia.
Namun kita kerap terlena dengan beragam karunia alam dan keindahan bumi nusantara sehingga menimbulkan 'ketergantungan' hanya kepada pesona alam dan menciptakan anggapan umum bahwa seharusnya pariwisata kita maju dan mudah menarik investasi dengan segala modal alami yang kita miliki.
Faktanya untuk bersaing secara regional saja kita masih terus tertinggal dari beberapa jiran yang notabene adalah rival dalam mendatangkan kunjungan wisatawan mancanegara.
Pesona alam Indonesia seringkali membawa euphoria yang dimaknai berlebihan dan membuat kita jumawa, seolah-olah tugas penting kita hanyalah tinggal mempromosikannya dan wisatawan mancanegara akan auto berkunjung karena terpukau dari berbagai publikasi menarik yang dibuat.
Kenyataannya, banyak destinasi wisata maupun daya tarik wisata di berbagai daerah yang 'menjual' pesona alam sebagai atraksi utamanya gagal mencapai hasil maksimal karena pengelolaan yang kurang baik hingga kebijakan-kebijakan yang tidak tepat.