Mohon tunggu...
Rustan Ambo Asse
Rustan Ambo Asse Mohon Tunggu... dentist -

Lulusan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin makassar, sekarang berdomisili Berau Kaltim

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

PDGI dan Energi Besar dari Bu Risma

21 April 2016   12:49 Diperbarui: 21 April 2016   13:00 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

[caption caption="foto bersama dengan ketua PB PDGI drg.Farichah Hanum dan beberapa delegasi Rakernas"][/caption]Perempuan itu bernama Tri Rismaharini, dia berjalan menuju ke arah  kerumunan ratusan peserta Rakernas PDGI di Hotel Shangri-la Surabaya dengan langkah yang mantap , serentak para peserta menyambut dengan gegap gempita, mungkin bagi para dokter gigi itu, hal ini adalah oase ditengah dahaga akan munculnya Menteri Kesehatan, yang konon 5 tahun terakhir tidak pernah hadir dalam acara Nasional Persatuan Dokter Gigi Indonesia.

Wajah yang diliputi aura kesederhanaan itu, perlahan naik ke podium setelah dengan susah payah melayani uluran jabat tangan ratusan dokter gigi yang hadir dalam forum itu. Sumringah, semangat dan kesan energik muncul dari sejak awal pidatonya dimulai. Di dalam setiap untaian kata yang meluncur dari bibirnya seolah-olah bagaikan serpihan-serpihan energi yang membangkitkan jiwa, dirinya seolah merupakan representase dari jiwa arek-arek Suroboyo yang membangkitkan semangat, optimisme, dan tidak ada kata menyerah dalam sebuah perjuangan. 

Dia berkisah bahwa dirinya sebenarnya bukanlah orang pintar, sebagai Walikota Surabaya dia melakukan berbagai hal terkait perubahan-perubahan mendasar di Surabaya dengan satu moto hidup bahwa tidak ada yang tidak bisa dilakukan, asal kita mau melakukan maka apa yang kita inginkan akan tercapai. 

Dari podium itu, dia berpidato panjang lebar, gaya bahasa bertutur, luwes dan jauh dari kesan bahasa formalitas membuat kami yang mendengar semua itu menanti setiap kata perkata yang meluncur dari ucapanya. Terkadang hal-hal teknis yang dia ceritakan melahirkan sebuah hikmah dari sebuah keputusan, misalnya bagaiamana bu Risma  lebih memilih tinggal di rumah pribadinya  dibanding tinggal di rumah jabatan yang cukup luas itu? Alasanya ternyata awalnya sangat teknis, dia merasa rumah jabatan itu terlalu besar, baginya sangat sulit berteriak memanggil anak-anaknya jika rumah terlalu besar, baginya kebahagiaan tersendiri dengan rumah pribadinya beserta kehidupan yang dia miliki.

Konon, menurut Bu Risma ketika dia menghadiri forum International untuk berbicara tentang air, dirinya sempat tidak percaya diri, apalagi berbicara di hadapan orang Belanda yang notabene ahli dalam hal air dan segala hal yang terkait di dalamnya, dia berkisah bahwa usai presentase tentang air dan apa yang dia lakukan di kota surabaya, peserta forum berdecak kagum, bahwa apa yang dia lakukan sungguh luar biasa.     

Dalam struktur pemerintahan yang dia bentuk, dia memaparkan bahwa dirinya telah memilih berbagai staff  yang berlatar belakang suku yang heterogen, Bu Risma memiliki staff dari sumatera hingga papua , dan kini bersama-sama dengan dirinya mengembangkan kota surabaya. Dalam hal ini mungkin tepat untuk dikatakan bahwa Bu Risma berhasil membingkai ruh NKRI dalam roda pemerintahan Kota Surabaya.

Bu Risma sebagai Walikota Surabaya dengan gaya kepemimpinan yang Out Of The Box berhasil membakar semangat optimisme bagi ratusan dokter gigi yang hadir dalam forum itu, sejarah yang kita pahami memunculkan pemimpin-pemimpin legendaris, yang dicintai dan dirindukan oleh rakyatnya, melahirkan energi besar bagi setiap generasi penerus untuk tetap bertahan, berjuang, berkarya bagi nusa dan bangsa.

Sosok Bu Risma itu, nampaknya tidak berlebihan jika dikatakan sebagai pemimpin dengan naluri ke-Ibu-an yang tinggi. Makna filosofis dari kata " Ibu" tentu sangat berkaitan dengan naluri iba, kasih sayang dan memiliki rasa cinta yang tinggi, cinta yang mungkin dikategorikan sebagai cinta yang lembab, cinta yang dilakukan karena tugas dan tanggung Jawab sebagai anak bangsa, bukan karena naifnya nilai sebuah Jabatan semata.

Orang-orang yang mendengar Bu Risma dengan kelakar-kelakarnya malam itu, dapat merasakan energi yang begitu kuat. saat saya dan mungkin juga oleh yang lain turut bangga sebagai anak negeri, ketika sentilanya yang katanya selalu ingin lari setiap saat ditanya tentang kesediaan mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI, baginya pertanyaan tersebut menjadi momok bagi dia.

                          ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun