Aku bukanlah siapa siapa di negeri ini.
Aku hanya seorang perenung tingkat tinggi,bermimpi negeri ini di pimpim oleh seorang Andrea Hirata.
Agar presidenku, paham tentang perjuangan,tentang penderitaan, juga tentang tekad dan sebuah cita cita.
Aku bertugas di sebuah pedalaman kalimantan, sangat jauh dari hiruk pikuk kota besar. Hanya hutan rimba di sekeliling desa kecil yang terasing.
Seorang nenek tua tergopoh gopoh menuju puskesmas,di wajahnya tak sedikit kecemasan, hidupnya pagi itu sederhana, ketika giginya yang menggangu itu tercabut, dia akan kembali tersenyum, haknya tergapai dan kewajibanku terpenuhi.
di luar sana sungai begitu panjang memamerkan kebengisanya. Arus deras itu itu di hadapi oleh para penduduk desa,mereka bergerombol berangkat ke ladang masing masing
kembali aku mengkhayal, mungkin negeri ini terlalu kaya untuk berusaha sendiri. perusahaan perusahaan besar menggerogoti hutan hutan kalimantan.
Perusahaan kayu, batubara, sawit dan lain sebagaianya, setiap detik rupiah lahir di tempat ini.
penduduk desa sumringah setiap pagi, bergerombol pula menuju tempat kerja,di sana di perusahaan perusahaan itu.
Lalu,aku mendefenisikan: kasihan,mereka menjadi kuli di tempat kelahirannya sendiri.
Aku menghadirkan presidenku di depan mata,tak ada sorot mata kesombongan.