*
DesoL, No. 1
*
"Aku ingin tidur."
Seperti malam-malam sebelumnya, di mana kau lebih memilih pejamkan mata lebih dahulu daripada menungguiku bermain kata.
"Ah, fiksi itu membosankan."
Bosan? Kurasa, lebih nikmat berandai dengan kata dari pada berandai mendapatkan seember ikan dengan pancing tuamu.
"Jangan sok puitis."
Mungkin kau sengaja lupa, di mana kau merayuku dengan dua bait puisi sore itu sebelum kukatakan: i love you too.
"Kau pernah bermimpi tentangku?"
Haruskah kukatakan padamu? Aku selalu impikan sebuah keajaiban.
"Aku selalu bermimpi tentangmu. Tentang seribu cara untuk bisa membuatmu bahagia. Namun aku selalu terhenti di bibir mimpi tanpa bisa mengecapnya."
Diam. Hanya itu yang bisa kulakukan.
"Aku tahu bahwa kau suka sekali dengan purnama semalam. Kau sadar bahwa aku takkan pernah bisa membawamu ke sana. Kau juga telah melihat di mana aku telah gagal abadikan purnamamu. Aku tak bisa, aku tak berguna. Jangan cintai aku."
Lalu kau terdiam. Aku membuang muka. Sembunyikan air mata.
PRAAAANG!
"Kau lihat? Untuk mengangkat segelas air saja aku tak mampu, lantas bagaimana aku bisa menggendongmu pada malam pertama kita nanti?"
Hahahaha... Kau selalu punya cara untuk membuatku tertawa, walau hanya sesaat.
"Aku ingin tidur..."
Napasmu telah satu-satu, lalu terhenti pada dini hari. Tangisku pecah. Kau pergi untuk tak kembali.
-oOo-
Kumpulan Fiksi Aku Punya Impian || FB Fiksiana Community