Mohon tunggu...
Muntamah Cendani
Muntamah Cendani Mohon Tunggu... -

apa adanya dan terus berproses

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Asa

23 Juli 2010   06:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:39 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Detik berlalu cepat

Nyanyian hati berdendang resah

Dinegeri orang kita tancapkan harapan

Dinegeri yang tak pernah tidur ini kita bertaruh

Hati dan tenaga  jiwa dan raga

Cacian, hinaan, diskriminasi

Melebur menjadi bagian kita

Setangkup rindu menggelepar didada

Karena terpisah dari yang dicinta

Rindu kampung halaman yang kini tak bertuan

Desah sang bayu memilin sukma

Wajah gerimis senantiasa mewarnai

Menganak sungai membasah rasa

Dengan terseok kita tetap melangkah

Demi sejumput asa dan rizqi

Demi keluarga dan sanak dibumi pertiwi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun