RELEVANSI FILOSOFIS KI HAJAR DEWANTARA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN
(I Luh Aqnez Sylvia, S.S., S.Th., M.Si. - SMA N 1 UNGARAN - CGP ANGKATAN 5)
Â
Pendidikan bersifat dinamis yang selalu mengalami pergerakan, perubahan dan kemajuan. Berbagai macam upaya dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk memajukan Pendidikan khususnya dalam memasuki era society 5.0. Perisapan profesionalitas pendidik semakin digalakkan. Pendidikan Guru Penggerak merupakan strategi yang bijak dalam membentuk pendidik yang mau selalu  tergerak, bergerak dan menggerakkan. Materi pembelajaran yang dirangkum dalam modul pembelajaran memberikan banyak hal yang bermakna dan mengubah paradigma penulis terhadap sebuah pendidikan. Pola pembelajaran yang berdiferensiasi membuat penulis merasa nyaman dan tertantang untuk semakin memahami dan berkiprah aktif dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Modul pembelajaran Pendidikan Guru Penggerak diawali dari materi tentang Filosofis Ki Hajar Dewantara dengan berbagai pencerahan yang membukakan pikiran penulis terhadap pentingnya pendidikan yang berpihak kepada murid atau berpusat kepada murid. Sistem among Ki Hajar Dewantara yang terkandung dalan Pratap Triloka merupakan sebuah pembelajaran yang penuh makna dalam mewarnai pendidikan di Indonesia. Pratap Triloka tersebut meliputi : Â Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani, yang memiliki relevansi erat dengan strategi pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin pembelajaran.
Ing ngarsa sung tulada bermakna bahwa seorang guru harus mampu berada didepan yaitu menjadi teladan yang baik bagi murid melalui sikap, perkataan, pola pikir dan perbuatan. Seorang guru harus dapat menjadi role model yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan nilai -- nilai kebajikan universal lewat cipta, rasa dan karsa bagi muridnya. Ing Ngarsa sung tulada menjadi dasar yang sangat penting bagi seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan, karena dengan dasar tersebut ia mampu lebih cermat dan peka terhadap kasus dilema etika ataupun bujukan moral dengan keputusan yang tepat sesuai nilai kebajikan dan kebutuhan murid. Peran guru sebagai role model memberikan kepercayaan dan respect khusus terhadap apa yang diputuskannya.
Ing madya mangun karsa, memiliki arti bahwa guru berada ditengah -- tengah atau bersama murid -- murid untuk maju dan berkarya bersama. Dalam posisi ini guru berperan untuk membimbing, menuntun, memfasilitasi, memediasi dan menginspirasi murid. Relevansi nilai ing madya mangun karsa dengan pengambilan keputusan adalah guru dapat menjadi mitra yang baik bagi muridnya dan menempatkan kebutuhan murid sebagai prioritas dalam keputusannya.
Tut wuri handayani, yaitu guru berada dibelakang dengan memberikan dorongan, motivasi dan arahan bagi murid untuk berkreatif dan berinovasi. Pengambilan keputusan yang didasari dengan nilai ini membuat guru dapat mengedepankan kepentingan murid bagi masa depan mereka.
Nilai -- nilai yang tertanam dalam seorang guru sangat berpengaruh terhadap prinsip -- prinsip pengambilan keputusan, yang terdiri dari : Berpikir dari hasil akhir -- Berpikir dari peraturan -- Berpikir dari rasa peduli. Seorang guru seharusnya memiliki nilai keberpihakan kepada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif dan inovatif. Kelima nilai yang tertanam dengan baik dalam kehidupan seorang guru, akan  memampukannya untuk mengambil keputusan secara bijaksana dengan mempertimbangkan berbagai hal tanpa mengesampingkan intuisi dan kebutuhan murid. Guru akan menjadi lebih peka dan bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan.
Pengambilan sebuah keputusan tentu saja tidak dapat dilakukan secara sepihak dan instan, namun harus melewati proses untuk memperoleh keputusan yang paling baik dan tepat. Hal ini dapat dilakukan melalui coaching untuk menumpulkan fakta dan mengukur kesesuaian keputusan dari berbagai sudut pandang sehingga keputusan yang diambil tidak menyalahi aturan ataupun merugikan murid. Seorang guru sangat membutuhkan kemampuan coaching untuk membantu murid -- murid menemukan dan menggali potensi yang ia miliki untuk terus dikembangkan. Kemampuan coaching guru dapat membentuk murid menjadi inovatif dan solutif dalam menghadapi masalahnya.
Kecerdasan sosial emosional guru menjadi modal penting dalam pengambilan keputusan. Lima kemampuan sosial emosional tersebut antara lain adalah : kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Penulis menyadari bahwa kasus dilema etika seringkali membuat pemimpin pembelajaran berada pada posisi yang serba sulit, kemampuan mengelola emosi dan kedewasaan sosial menjadi sangat diperlukan untuk dapat mengambil keputusan yang tepat dan bertanggungjawab. Manajemen diri lebih mengarah pada bagaimana kita mengendalikan diri dan emosi kita dalam mengambil keputusan, sedangkan keterampilan berelasi merupakan kemampuan sosial dalam membangun komunikasi baik dengan pihak -- pihak terkait sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dengan keputusan yang telah diambilnya.
Sesuatu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan zaman dengan gaya hidup modernnya berdampak pada kompleksnya masalah moral di kalangan murid, khuwusnya mereka yang berusia remaja. Penulis sering menghadapi berbagai macam kasus moral ataupun etika yang dilakukan oleh murid di usia SMA yang penyelesaiannya tidak lagi bisa dilakukan hanya berbasis hukuman dan peraturan saja. Seorang guru atau pemimpin pembelajaran yang sudah tertanam dengan nilai -- nilai kebajikan dalam hidupnya, akan mempermudah ia untuk mencermati dan menganalisa kasus moral atupun etika yang dialami murid dan membimbing sang murid untuk memiliki perubahan sikap ataupun pola piker sesuai nilai -- nilai kebajikan yang ada. Guru yang mampu berperan sebagai role model dengan nilai kebajikannya mampu menginspirasi murid untuk berubah dan bertumbuh dalam karakter yang semakin kuat. Namun sebaliknya bila seorang guru tidak memiliki nilai -- nilai kebajikan yang kuat, maka hal itu akan menjadi boomerang bagi dia dalam mengatasi kasus moral ataupun etika yang dialami murid.
Keberhasilan seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan tercermin nyata melalui terciptanya lingkungan belajar yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Mengapa demikian? Keputusan yang tepat akan dapat diterima dengan baik dan menghadirkan rasa aman dan nyaman bagi semua warga sekolah, terlebih dari itu keputusan yang tepat dapat membentuk budaya positif bagi murid. Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran secara otomatis akan menjadi pembelajaran dan pengalaman yang bermakna bagi murid untuk penguatan karakter mereka. Keputusan yang tepat dan bijak dapat memberikan pembiasaan yang positif sehingga terciptalah kesadaran instrinsik dan budaya positif bagi murid.
Kasus dilema etika yang terjadi memberikan tantangan khusus bagi seorang pemimpin pembelajaran, juga bagi penulis yang berkecimpung di Kesiswaan. Berbagai kasus dilema etika bermuculan dikalangan murid dengan penyebab yang bervariasi dan kompleks. Tidak sedikit kasus dilema etika yang dialami murid di sekolah penulis berbasis dari persoalan keluarga atau orang tua yang menghadirkan berbagai macam tantangan., antara lain adalah adanya kebenaran individu melawan kebenaran kelompok, keadilan melawan kasihan, antusias pembenaran diri sendiri dan perbedaan kondisi dan peraturan yang berlaku. Banyak guru sebagai pemimpin pembelajaran yang masih menerapkan hukuman sebagai sebuah keputusan bagi muridnya yang justru bukan membuat murid jera melainkan semakin berontak terhadap peraturan yang ada. Tantangan -- tantangan tersebut seringkali membuat penulis sebagai kesiswaan ada diposisi yang serba salah.
Pembelajaran pada Modul 3.1 tentang pengambilan keputusan membuat penulis memperoleh ilmu dan pencerahan yang luar biasa yaitu melalui pemahaman tentang paradigma pengambilan keputusan yang terdiri dari :
- Individu lawan kelompok (individual vs community)
- Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
- Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
- Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Pemahaman paradigma tersebut membuat penulis dapat lebih mengetahui secara jelas terkait analisa terhadap sebuah kasus dilema etika ataupun bujukan moral. Paradigma pengambilan keputusan dilengkapi dengan Prinsip Pengambilan Keputusan yaitu : Berpikir dari hasil -- Berpikir dari peraturan -- Berpikir dari rasa peduli. Penulis semakin disadarkan melalui pembelajaran modul ini bahwa pengambilan keputusan bukan hal yang main -- main tetapi harus melewati proses dengan memperhatikan paradigma dan prinsip pengambilan keputusan. Namun demikian bukan hanya itu saja karena diperlukan adanya pengujian terhadap sebuah keputusan yang akan diambil karena harus benar -- benar dilaksanakan secara akurat melalui sembilan langkah sebagai berikut :
- Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan dalam sebuah kasus atau situasi yang terjadi
- Menentukan siapa saja yang terlibat dalam situasi tersebut
- Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi yang terjadi.
- Melakukan pengujian benar atau salah dengan cara: a) uji legal, b) Uji regulasi/standar professional, c) uji intuisi, d) uji publikasi, dan e) uji panutan/idola
- Pengujian paradigma benar lawan benarÂ
- Melakukan prinsip resolusi melalui tiga prinsip; End-Based Thinking, Rule-Based Thinking dan Care- Based Thinking
- Melakukan investigasi opsi trilemma
- Membuat sebuah keputusan
- Melakukan refleksi terhadap keputusan yang telah diambil
Eksplorasi terhadap konsep pengambilan keputusan tersebut diatas memberikan penguatan bagi penulis terhadap apa yang sudah dilakukan penulis dalam pengambilan keputusan kasus dilema etika dan bujukan moral untuk diterapkan lebih baik lagi. Penulis menjadi lebih mengerti bahwa untuk mengambil sebuah keputusan harus melalui pengujian keputusan dan akan menerapkannya dalam pengambilan keputusan berikutnya.
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang pemimpin pembelajaran harus memprioritaskan pada kebutuhan murid. Kemajemukan murid tentu menghadirkan berbagai perbedaan kebutuhan murid yang harus difasilitasi oleh guru ataupun pemimpin pembelajaran secara adil dan merdeka. Analisis diagnostik merupakan Langkah awal yang dapat dilakukan sebelum mengambil sebuah keputusan yang dapat memenuhi kebutuhan murid. Hasil analisis tersebut dapat menjadi acuan seorang guru untuk menerapkan paradigma, prinsip dan strategi pengambilan keputusan dalam bentuk pembelajaran yang berdiferensiasi, baik itu diferensiasi konten, proses dan produk.
Keputusan dalam memprioritaskan kebutuhan murid sangat berdampak bagi kemerdekaan murid untuk menggali potensi, minat bakat sesuai kodrat alam dan kodrat zaman mereka. Potensi yang terus tergali dengan baik secara kreatif, inovatif dan solutif membentuk murid memiliki daya saing yang berkualitas bagi masa depan mereka. Pembelajaran di sekolah bukan hanya menjadi teori saja namun dapat menjadi sebuah keahlian, keterampilan dan penguatan karakter murid sebagai bekal yang sangat berharga untuk meraih asa dan cita -- cita  mereka.
Suatu hal yang sangat berharga bagi penulis karena memperoleh kesempatan untuk mempelajari materi pengambilan keputusan yang sangat relevan dengan modul -- modul sebelumnya dan filosofis Ki Hajar Dewantara. Materi dalam Pendidikan Guru Penggerak beserta pola belajarnya membuat penulis semakin terbuka pikiran dan termotivasi terus bergerak maju untuk pendidikan Indonesia. Secara individu, penulis sangat terinspirasi terhadap adanya relevansi materi -- materi yang telah dipelajari dan sebagai seorang pemimpin, penulis merasa sangat terbekali untuk dapat menerapkan lebih baik dan efektif sehingga mampu menjadi pemimpin yang berkualitas dan  bertanggungjawab dengan memprioritaskan kebutuhan murid serta masa depan mereka.
Marilah rekan -- rekan guru dan pemimpin pembelajaran untuk tetap semangat tergerak, bergerak dan menggerakkan demi masa depan anak -- anak bangsa tercinta.
Selamat dan Bahagia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H