Mohon tunggu...
Kuncoro Adi
Kuncoro Adi Mohon Tunggu... profesional -

Lahir di semarang, tinggal di Jakarta. Penulis, editor buku dan pembicara publik. Tulisan tentang kerohanian, bisa di akses di blog pribadi http://kuncoroadi.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peringatan untuk Para Ayah

12 November 2015   15:27 Diperbarui: 12 November 2015   16:17 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hubungan orang tua (dalam hal ini ayah) dan anak yang tidak harmonis bisa berakibat pemberontakan dan rasa permusuhan antara anak dan orang tua. Luka batin dan perlakuan orang tua yang enimbulkan trauma bagi anak efeknya bisa berkepanjangan.

Salah satu cerita alkitab yang paling dramatis tentang masalah ini adalah antara Daud dan anaknya Absalom. Kisah lengkapnya bisa Anda baca dalam 2 Samuel pasal 13.

Kita akan mencoba mendalami kasus ini dan mencari pemecahannya.

AKAR HUBUNGAN DAUD DAN ABSALOM YANG TIDAK HARMONIS

Hubungan Absalom sebagai anak dengan Daud sebagai ayah tidaklah harmonis.Hal itu terbukti dengan beberapa hal berikut ini :

1.Absalom kecewa terhadap Daud

Kalau kita analisa dengan teliti, maka ada 2 hal yang menyebabkan Absalom kecewa terhadap Daud :

  • Ia kecewa karena Daud tidak menghukum Amnon

Sebagaimana kita ketahui Daud memiliki beberapa anak dari beberapa istri. Nah, Tamar adik Absalom (satu ibu satu bapak) suatu keika diperkosa oleh Amnon, anak sulung Daud dari istri yang lain. Sayangnya, setelah peristiwa pemerkosaan itu, Daud tidak menindak Amnon, hanya karena sebagai anak sulung Amnon adalah putra mahkota. Karena alasan ketidakadilan inilah Absalom mulai mendendam kepada Daud.

  • Ia merasa Daud kurang memperhatikannya

Ini adalah masalah komunikasi. Nampaknya dalam keluarga Daud, minim sekali terjadi komunikasi antara orang tua dengan anaknya! Ini bisa disebabkan karena kesibukan Daud yang luar biasa sebagai seorang raja. Tetapi bisa juga karena Daud menganggap waktu bersama dengan anak-anaknya adalah sesuatu yang kurang penting. Dengan kata lain, mungkin saja terjadi bahwa Daud berpikir, memberi perhatian serius dalam hubungannya dengan anak-anaknya bukanlah prioritas utama dalam hidupnya.

2. Absalom memilih untuk membalas dendam kepada Amnon

Ketika Tamar adik kandung Absalom diperkosa oleh Amnon saudara tirinya, sebenarnya ada 2 pilihan yang bisa dilakukan Absalom .

Pertama, ia bisa mendiskusikan masalah Amnon dengan Daud.

Absalom sebenarnya bisa mendiskusikan masalah yang dialami adiknya Tamar, yang telah diperkosa oleh Amnon (kakak tirinya) kepada Daud. Ia bisa meminta Daud bertindak tegas! Tapi nampaknya jalan ini tidak diambil Absalom. Mungkin karena hubungan dan komunikasi yang kurang erat menyebabkan Absalom tidak mengambil jalan ini.

Kedua, ia mengikuti kata hatinya yang lagi panas.

Jalan yang diambil Absalom justru mengikuti kata hatinya : Membalas dendam kepada Amnon dengan cara membunuhnya. Disini terlihat Absalom lebih mengikuti emosinya daripada akal sehatnya. Ini menunjukkan ia memiliki Emosional Quotient (EQ) yang rendah. Salah satu ciri orang yang EQ-nya rendah adalah ketidakmampuan mengontrol diri ketika situasi hati sedang panas.

3. Tragedi cinta yang tak terucapkan – 2 Samuel 13:39

Sebenarnya antara Daud dan Absalom saling mengasihi. Tapi sayangnya perasaan kasih atau cinta itu tidak pernah diucapkan secara lisan! Demikian juga Absalom sebenarnya mengasihi daud, tapi kasih itu tidak pernah diungkapkan – 2 Sam.14:32

Itu sebabnya banyak ahli menekankan bahwa cinta itu harus sering diucapkan dengan kata-kata (verbally) selain dengan tindakan. Sebab kalau cinta tidak diungkapkan maka ada beberapa hal negative bisa terjadi :

  • Orang tidak tahu isi hati kita

Kalau tidak diucapkan, orang mana tahu apa yang ada dalam hati kita. Ada pepatah mengatakan,   “Dalamnya laut bisa diduga, dalamnya hati siapa yang tahu?”

  • Orang merasa kurang dicintai

Karena tidak penah diungkapkan maka orang (anak, istri) akan merasa kurang kita cintai. Ingat kata-kata itu memiliki kekuatan yang dahsyat. Misalnya, orang bisa bertobat karena mendengar kotbah yang menyentuh hati. Atau, orang biasanya percaya pada seseorang yang kata-katanya bisa dipegang.

4. Hubungan yang dingin

Hubungan Daud dan Absalom sangat dingin. Mereka pernah tinggal 2 tahun dalam kota yang sama tapi tidak berkomunikasi. Hubungan yang dingin menyebabkan kasih sulit tumbuh diantara ke duanya.

Ditambah dengan kekerasan kepala dari masing-masing, hubungan mereka menjadi semakin buruk. Puncaknya Absalom memberontak kepada Daud.

MEMULIHKAN HUBUNGAN

Setelah belajar dari kesalahan Daud dan Absalom di atas, sekarang kita akan mencari resep bagaimana seandainya hibungan seperti itu terjadi dalam hidup kita. Ada 3 hal yang harus kita lakukan :

1.Berilah Cinta (Love)

Hal pertama yang harus dilakukan orang tua adalah memberi sang anak cinta yang tanpa pamrih.

Menurut Paul D. Meier (psikolog), seorang anak akan berkembang menjadi orang dewasa yang matang dan bahagia, baik secara emosi dan rohani, jika berada di dalam keluarga yang sehat secara mental. Pada dasarnya secara psikologis ada 2 kebutuhan utama seorang anak :

Pertama, kebutuhan akan rasa aman

Setiap anak sangat membutuhkan rasa aman. Dengan rasa aman yang diberikan khususnya oleh orang tuanya, seorang anak akan lebih mudah untuk mengekspresikan dirinya, berkembang dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.

Alkitab juga mengajarkan bahwa ketakutan adalah suatu keadaan emosi yang tidak nyaman dan merusak (lihat 1 Yoh 2:18).

Kedua, kebutuhan akan kasih sayang

Kasih sayang sebagai kebutuhan yang mendasar bagi anak, akan mempengaruhi seluruh perkembangan hidupnya. Kasih sayang yang diperlukan adalah kasih sayang yang murni dan tulus dari orang tua. Kasih yang tidak mementingkan diri sendiri dan tanpa syarat.

2.Berilah Penerimaan (acceptance)

Penerimaan adalah kunci untuk menciptakan keharmonisan sebuah hubungan. Penerimaan berarti melepaskan gagasan bahwa ada "cara yang benar" dan "cara yang salah". Artinya, sekalipun ada yang salah dalam diri anak, tapi kita tetap bisa menerimanya sebagai anak kita apa adanya!

Bandingkan apa yang terjadi kalau seandainya si anak bungsu dalam kisah alkitab tentang anak yang hilang jika ia tidak diterima lagi oleh bapanya ? Ia akan semakin dalam tersesat!

3.Berilah Pengampunan (Forgiveness)

Manusia adalah gudangnya kesalahan. Demikian juga seorang anak. Oleh sebab itu kita harus bersedia mengampuni kesalahan anak kita agar ia bisa tumbuh tanpa beban rasa bersalah!

Selain itu melepaskan pengampunan baik bagi diri anda sendiri.

Menurut riset Dr.luskin, kekuatan pengampunan juga meningkatkan kekebalan tubuh dalam jangka pendek, membantu tubuh menangkis pilek dan flu.

Dr. Luskin setelah memberikan pelatihan dalam pengampunan kepada 260 relawan selama sembilan jam, ia menemukan pengampunan telah menurunkan stres mereka, meningkatkan kepercayaan diri. Orang yang diteliti juga melaporkan mengalami lebih sedikit sakit kepala, sakit punggung dan sakit perut.Simak

Ini berarti kekatan pengampunan itu bak pedang bermata dua : disatu sisi membebaskan orang yang diampuni dari rasa bersalah yang berkepanjangan, disisi lain mebebaskan yang mengampuni dari ancaman berbagai macam penyakit yang sifatnya psikosomatis.Baca secara fonetik

Mengakhiri tulisan pada bagian ini, saya hanya ingin kembali menekankan hal penting yang harus menjadi perhatian bagi orang tua terutama sang ayah. Banyak tragedy dalam keluarga bisa kita cegah kalau kita mau memberikan 3 hal pada anak kita : Cinta, Penerimaan dan Pengampunan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun