Mohon tunggu...
Kuncoro Adi
Kuncoro Adi Mohon Tunggu... profesional -

Lahir di semarang, tinggal di Jakarta. Penulis, editor buku dan pembicara publik. Tulisan tentang kerohanian, bisa di akses di blog pribadi http://kuncoroadi.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Indonesia Membutuhkan Lebih Banyak Baju "Kotak-Kotak"

6 Juni 2012   09:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:20 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sungguh cerdas, brillian dan kena sasaran brand image yang dibangun Jokowi-Ahok dengan kemeja kotak-kotaknya. Kemeja kotak-kotak ini bukan sekedar masalah pencitraan belaka, tapi ini juga seharusnya menjadi filosofi hidup mansusia Indonesia. Kenapa demikian ? Ini dia alasannya :

1.Negara kita “kotak-kotak”

Wikipedia menyebutkan data seperti ini, Tahun 1972, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memublikasikan sebanyak 6.127 nama pulau-pulau di Indonesia. Pada tahun 1987 Pusat Survei dan Pemetaan ABRI (Pussurta ABRI) menyatakan bahwa jumlah pulau di Indonesia adalah sebanyak 17.508, di mana 5.707 di antaranya telah memiliki nama, termasuk 337 nama pulau di sungai. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), pada tahun 1992 menerbitkan Gazetteer Nama-nama Pulau dan Kepulauan Indonesia yang mencatat sebanyak 6.489 pulau bernama, termasuk 374 nama pulau di sungai. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Pada tahun 2002 berdasarkan hasil kajian citra satelit menyatakan bahwa jumlah pulau di Indonesia adalah sebanyak 18.306 buah.

Data Departemen Dalam Negeri berdasarkan laporan dari para gubernur dan bupati/wali kota, pada tahun 2004 menyatakan bahwa 7.870 pulau yang bernama, sedangkan 9.634 pulau tak bernama.

Data ini berbicara banyak tentang betapa pluralnya kondisi kepulauan Indonesia. Indonesia bukanlah Negara “daratan” yang single, tapi Negara kepulauan yang plural yang membentang luas dari sabang sampai merauke!

2.Suku bangsa kita “kotak-kotak”

JPNN.nasional tanggal 3 Februari 2010 melansir berita seperti ini, “Badan Pusat Statistik (BPS) ternyata telah melakukan survei mengenai jumlah suku bangsa tersebut. Kepala BPS, Rusman Heriawan, dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (3/2), menyampaikan bahwa dari hasil sensus penduduk terakhir, diketahui bahwa Indonesia terdiri dari 1.128 suku bangsa.”

Ini juga bukti yang tak terbantahkan betapa “kotak-kotaknya” suku bangsa yang mendiami kepulauan Indonesia ini.

Kalau diteruskan daftar “kotak-kotak” ini bisa sangat panjang (bahasa, budaya, adat dsb). Oleh sebab itu cukuplah 2 contoh di atas dikemukanan sebagai bukti. Oleh sebab itu ada yang menyebut Indonesia sebagai sebuah melting pot dimana didalamnya ada beragam suku, budaya dan agama.

Yang menjadi keprihatinan kita semua adalah, adanya upaya yang sangat intens dari kelompok-kelompok tertentu yang ingin menjadikan Indonesia yang kotak-kotak (plural) itu menjadi “satu warna”, monolitik, monopoli kebenaran, monotafsir teks-teks suci, sehingga kelompok lain yang tidak sepaham diberangus baik dengan demo maupun dengan pembubaran.

Cuma satu MONO yang tidak disenangi oleh kelompok radikal ini, yaitu monogamy, sebab beberapa petinggi mereka ternyata melakukan poligami.

Sesungguhnya kelomok “Mono” inilah yang membahayakan eksistensi Pancasila dan UUD 1945. Sebab dari sejak kelahirannya Pancasila dan UUD 1945 sebenarnya dirancang untukmenjadi landasan hidup bagi bangsa Indonesia yang “kotak-kotak”, plural dan beragam ini. Pancasila dirancang untuk menjadi payung besar yang bisa mengayomi segenap anak bangsa apapun agama, kepercayaan, suku maupun bahasanya.

Oleh sebab itu filosofi Baju kotak-kotak Jokowi Ahok adalah filosofi yang selaras dan berjiwa Pancasila. Berjuta harapan dilambungkan untuk pasangan ini agar mereka mampu memenangi pilkada Jakarta sehingga dengan demikian dari Jakarta (jantungpemerintahan Indonesia) filosofi “kotak-kotak” yang plural, adem, bersahabat dan toleran boleh tersebar ke seluruh penjuru Nusantara!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun