Mohon tunggu...
Jumari Awi
Jumari Awi Mohon Tunggu... Administrasi - Dosen STAI Denpasar Bali

Sharing itu penting

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Aliran Freudian: Jangan Dibaca!!!

13 Maret 2014   03:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:00 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalaamu’alaikum,
Salam Sejahtera !!!

Bila seseorang telah meng-“klik” link tautan ini, dan sekarang mulai membaca kalimat per kalimat, maka orang tersebut (bisa jadi Anda dan saya.. hehe..) adalah sebagian individu yang perilakunya, bisa dianalisis melalui pendekatan Psikoanalistik Sigmund Freud. Barangkali, inilah salah satu bukti pesona Aliran Freudian (baca: pengikut faham Sigmund Freud), yang mengurai kompleksitas perilaku manusia, melalui terapi eksperimental, kombinasi teknik hipnotis (provakasi stimulus) dengan katarsis (pelepasan ketegangan). Betapa tidak, judul artikel ini sudah jelas kalimatnya, dan sudah terang maksudnya, yaitu: “Aliran Freudian: Jangan Dibaca!!!”. Tapi alih-alih tidak membaca, dengan beragam dorongan konasi (insting, penasaran, refleks, kemauan, hasrat, nafsu atau menuntut), Anda justru tergerak untuk meng-“klik” tautan dan tetap membacanya, paling tidak hingga kalimat akhir alinea ini. Kenapa???.

Sebenarnya, antara perilaku seseorang yang tetap membaca dan perilaku tidak membaca artikel ini, kedua-duanya bisa dianalisis tidak hanya dengan Psikoanalistik, melainkan juga bisa dengan pendekatan Neurobiologik, Behavioristik, Kognitif, maupun Humanistik. Namun kali ini, pembahasan lebih sinkron adalah pada analisis perilaku seseorang yang tetap membaca (padahal telah dilarang), berdasarkan pendekatan Psikoanalistik (Aliran Freudian).

Sampai di sini, bila Anda masih ingin tetap lanjut membaca, maka hal inilah yang oleh Freudian, diklaim sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang digerakkan oleh keinginan-keinginan terpendam (Homo Volens).  Sigmund Freud berpendapat bahwa aspek psikis terpenting, yang banyak mempengaruhi perilaku dan kepribadian manusia adalah aspek bawah sadar (unconsciousness), yang bersifat instingtif dan agresif.

Lantas, bagaimana Freudian melalui Psikoanalistik bisa menjelaskan dinamika perilaku dan kepribadian manusia secara keseluruhan (utuh)???, dan bagaimana fenomena “perilaku tetap membaca (padahal telah dilarang) berdasarkan Teori Perilaku Psikoanalisis???. Nah, inilah isue Aliran Freudian yang paling seru... hehe...

Dalam mengurai aspek psikis terpenting pendorong perilaku dan kepribadian manusia, Sigmund Freud melalui karyanya, Studies in Histeria (1875) mulai mengibarkan panji Psikoanalistik Aliran Freudian. Jika Aliran Neurobiologik (Halstead dan Hebb) menitikberatkan pada aspek kegiatan otak dan sistem syaraf; Behavioristik (Watson dan Skinner), pada aspek pembiasaan dan penguatan melalui pengkondisian stimulus; Kognitif (Hunt dan Sternberg), pada aspek pengolahan stimulus; dan Humanistik (Rogers), pada aspek kemampuan individu mengarahkan diri, maka Psikoanalistik Aliran Freudian berpandangan bahwa aspek psikis terpenting, yang banyak mempengaruhi perilaku dan kepribadian manusia adalah aspek bawah sadar (unconsciousness). Dalam perkembangannya, pemikiran Freud inilah yang mengilhami lahirnya konsep “Individual Psychology” Adler, serta “Analytical Psychology” Jung.

Jika Humanistik, oleh banyak kalangan dikategorikan sebagai aliran simbol psikologi martabat manusia (memanusiakan manusia), maka Psikoanalistik dikategorikan sebaliknya, bahkan Freud dinilai sebagai Psikolog Pesimis. Psikoanalistik Freud merupakan psikologi ketidaksadaran, yang  mengedepankan aspek naluri atau insting, refleks, kemauan/motif, hasrat, minat, nafsu, penasaran, konflik, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter, sebagai pendorong utama perilaku manusia. Struktur kepribadian manusia dalam teori ini, dilukiskan terdiri dari; id, ego dan superego. Ketiga komponen ini adalah sebutan dari proses, dan bukan sebagai agen yang terpisah dalam mengoperasikan kepribadian, tetapi merupakan fungsi-fungsi kepribadian secara keseluruhan (utuh).

Id adalah komponen konasi (biologis), tempat bersemayamnya insting, refleks, kemauan, hasrat, minat, nafsu, penasaran, buta, menuntut, dan mendesak. Bagaikan kawah yang terus mendidih dan bergolak, id bergerak pada kepentingan naluriah atau prinsip kesenangan yang bersifat tidak sadar (pleasure principle), serta prinsip pelepasan ketegangan (reduksi/katarsis emosi). Ego adalah komponen kognitif, tempat bersemasayamnya pikiran, inteligensia dan rasionalitas (reality principle), yang mengawasi impuls-impuls buta id. Superego adalah komponen afeksi (etis),  tempat bersemayamnya moralitas atau etika. Superego merupakan filter dari sensor baik-buruk, salah-benar, atau boleh-tidak boleh. Nah, dari ketiga komponen ini, Aliran Freudian berpendapat bahwa id merupakan komponen psikis terpenting pendorong perilaku dan kepribadian manusia. Tentu hal ini berseberangan, terutama dengan pandangan Aliran Kognitif, yang mengedepankan kemampuan aspek kognisi dalam mengolah stimulus, maupun dengan Aliran Humanistik, yang mengedepankan kemampuan individu dalam mengarahkan diri.

Sampai di sini, apakah Anda tetap “hasrat” untuk membaca artikel ini???. Freudian berpendapat bahwa perilaku meng-“klik” tautan artikel ini dan keinginan tetap membaca isinya, bahkan hingga alinea akhir (padahal telah dilarang), merupakan proses utuh operasionalisasi sebuah perilaku. Diawali oleh dorongan komponen id, seseorang tidak peduli akan kenyataan bahwa telah dilarang membaca. Bahkan mungkin merasa penasaran dan “tersengat” untuk melakukan perlawanan atau tuntutan. Jika demikian adanya, maka inilah sebagian “keberhasilan” sihir kombinasi teknik hipnotis dan katarsis, yang coba dilakukan oleh penulis melalui judul artikel yang provokatif, yakni; “Aliran Freudian: Jangan Dibaca!!!”.

Di sisi lain, komponen ego (kognisi) telah memberikan pertimbangan kepada id, tentang realita manfaat membaca artikel ini, sehingga ego-lah yang merealisasikan keinginan id (konasi/biologis).  Namun superego (afeksi/etis) memperingatkan kepada id dan ego, tentang apa yang sebaiknya dilakukan seseorang setelah membaca isi artikel ini, bahkan hingga kalimat terakhir. Akankah menyampaikan feedback kepada penulis berupa ucapan terimakasih, pertanyaan/pernyataan bernada sinis atau santun, ataukah memilih diam tanpa sinyal komunikasi???. Semua yang hendak Anda lakukan adalah hak Anda, karena id, ego, dan superego-lah yang akan menuntun perilaku dan kepribadian Anda, sebagaimana kata Freudian.

Wassalaamu’alaikum
Salam Restorasi !!!
Jumari Awi.

~ Sekian, Terimakasih dan Mohon Maaf ~
sampai jumpa dalam share Aliran Neurobiologik, Behavioristik, Kognitif, dan Humanistik

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun