Saya ketawa saat Bapak dan kelompoknya mencoba membangun Opini tentang bahayanya sanksi FIFA kalau pembekuaan PSSI oleh Menpora tidak di cabut. Bapak tiba-tiba menjadi pahlawan kesiangan yang seakan-akan sangat peduli terhadap nasib sepak bola Indonesia.
Padahal saya ingat betul ketika Bapak mengobok-ngobok PSSI yang sah saat kepemimpinan Djohan Arifin Husein. Apakah Bapak masih ingat saat membentuk kompetisi tandingan diluar kompetisi yang sah di bawah PSSI? Apakah Bapak masih Ingat saat membentuk Timnas Tandingan? Dan apakah masih ingat juga ketika Bapak membuat PSSI tandingan versi KPSI itu? Masih ingatkan itu semua pak?
Gara-gara ulah Bapak, Indonesia hampir di sanksi oleh FIFA. Untung saja Menpora waktu itu melunak dan mau menuruti kemauan Bapak untuk masuk kembali ke tubuh PSSI.
Masih segar dalam ingatan saya, saat Bapak menjabat ketua PSSI versi KPSI beberapa tahun yang lalu. Bapak pernah mengatakan kalau Sepak Bola Indonesia tidak masalah di Sanksi Oleh FIFA karena hal itu wajar. Bahkan Bapak juga mengkalim kalau ancaman sanksi FIFA saat itu adalah murni kesalahan mutlak dari PSSI yang di nahkodai Djohar Arifin Husein.
Anak buah Bapak yang bernama Toni Apriliani juga pernah mengatakan kalau KPSI tidak khawatir dengan Sanksi FIFA. Menurutnya, Indonesia tidak masalah di Sanksi. Sepakbola Indonesia mulai dari nol itu lebih baik. Alasannya, sepakbola Indonesia waktu itu berada dalam kondisi semrawut dan harus diperbaiki dari dasar yaitu dengan cara menyusun kepengurusan baru.
Lalu, kenapa sekarang Bapak berubah fikiran? Bukankah Bapak dulu (waktu masih belum jadi Ketua PSSI) paling berani melawan statuta aturan FIFA? Tapi Kenapa saat ini Khawatir dan takut dengan Sanksi FIFA pak? Apa karena ambisi Bapak untuk menguasai PSSI kembali sudah tercapai? Atau karena apa pak?? (Ah, sudahlah. Hanya Bapak dan Tuhan yang bisa menjawab).
Bapak La Nyalla yang terhormat,
oh iya Pak, beberapa hari yang lalu Sekjen Bapak yang bernama Azwan Karim sempat mengatakan bahwa prestasi timnas U-19 yang berhasil menjadi juara AFF serta lolos ke Piala Asia 2014 itu sebuah keberhasilan PSSI dalam mengelola Timnas. padahal yang saya tau, Keberhasilan Indra Sjafrie dalam menangani Timnas U-19 justru ketika Evan Dimas dkk itu tidak ada campur tangan dari PSSI Â termasuk dari Bapak sebagai ketua BTN waktu itu.
Saya ingata betul, Keberhasilan Timnas U-19 lolos Piala Asia menjadi harapan masyarakat Indonesia khususnya pencinta sepak bola. Bahkan kita Optimis Timnas U-19 akan lolos Piala Dunia. Tapi sayang, kebanggaan itu malah justru dirusak oleh PSSI dengan program Tur Nusantara-nya yang kacau balau. Timnas U-19 dijadikan sapi perah dengan dipaksakan keliling Indonesia untuk melakoni laga demi laga. PSSI memanfaatkan popularitas dan prestasi Timnas U-19 demi keuntungan bisnis belaka.
Prestasi melejit Timnas U-19 menjadi sorotan seantero negeri ini. termasuk Bapak selaku Wakil Ketua Umum PSSI sekaligus Ketua BTN. PSSI tak mau menyia-nyiakanya potensi Evan Dimas dkk dengan ‘menjual’ Timnas U-19 untuk kepentingan sesaat.
Bapak selaku Ketua BTN justru merusak program jangka panjang Timnas U-19. Â Garuda Muda dipaksa menjadi sirkus guna kepentingan komersialisasi PSSI. akibatnya, Program latihan yang direncanakan oleh Indra Sjafrie hancur berantakan lantaran adanya ikut campur dari BTN yang diketua oleh Bapak. Strategi dan gaya permainan Timnas U-19 sudah mulai terbaca tim lawan. Hingga akhirnya Timnas U-19 gagal total di Piala Asia. Inikah yang dinamakan Prestasi?