Menepis Intoleransi di Media Sosial dengan Spiritualitas Ugahari

Spiritualitas ugahari sebuah spirit yang bisa menjadi pedoman kaum muda di era sekarang ini, khususnya dalam menyikapi masifnya perkembangan teknologi di bidang media komunikasi. Spiritualitas ugahari sendiri secara sederhana merupakan sikap seorang manusia yang secara sadar menjalani hidupnya dengan mengutamakan nilai kesederhanaan dan nilai secukupnya. 

Paham spiritualitas ini bermula dari paham seniman di awal tahun 1960 seperti Tony Smith dengan karya Dei (1962) yang hanya berbentuk kubus, karena menganggap semakin sederhana semakin baik, lalu pemikiran tersebut merambah kebidang asrsitektur rumah dengan konsep rumah minimalis dan meluas sebagai semangat dalam menjalani hidup, namun spiritulitas ini baru banyak diikuti di awal tahun 2000-an.Orang yang menghayati spiritualitas ugahari adalah orang yang bisa membedakan kebutuhan dan keinginan. 

Spiritualitas ugahari adalah sarana bagi tiap orang untuk mengenali hal-hal apa yang sungguh penting baginya. Oleh sebab itu mengapa spiritualitas ini begitu penting bagi kaum muda karena semangat dari spiritualitas itu sendiri adalah kita dapat memilah dan merasa cukup dengan yang ada dan tidak kekurangan sesuatu pun.

Referensi:

 

https://www.liputan6.com/news/read/2535843/opini-jalan-terjal-toleransi-beragama

http://cg.amoredio.org/cg-reading/menghormati-dan-toleransi-beragama/

 https://www.republika.co.id/berita/pj8toz320/peneliti-lipi-ungkap-korelasi-media-sosial-dan-intoleransi

 https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-38247580

 https://republika.co.id/berita/r5kra6318/dua-sisi-media-sosial-terkait-aktivitas-keagamaan

Fumio Sasaki, Hidup Minimalis ala Orang Jepang, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2020

Marie Kondo, The Life-Changing Magic Of Tidying Up, Bentang Pustaka. Yogyakarta, 2019