Mohon tunggu...
Kiki Rahmawati
Kiki Rahmawati Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Film

Proses Mediasi dalam Film The Outpost (2020)

22 November 2021   01:37 Diperbarui: 22 November 2021   02:10 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: cinemags.co.id

Film the outpost yang rilis pada tahun 2020 ini, berlatar belakang di Afganistan, film garapan Amerika Serikat ini,  berdasar atas kisah nyata pertempuran antara 54 tentara Amerika Serikat  melawan para pemberontak Taliban. 

Para tentara Amerika Serikat yang telah sampai di Markas yang berada di tengah pegunungan di Afganistan, merekapun merasa jika posisi camp mereka sangat tidak menguntungkan, karena berada di lembah gunung, sehingga memungkinkan untuk dapat diserang oleh Taliban dari berbagai penjuru. Namun hal tersebut tidak dapat dihindari, karena itu adalah sebuah putusan dari atas, dimana prinsip dari seorang tentara adalah untuk mematuhi perintah dari atasannya atau pimpinannya.

Pada hari pertama para tentara Amerika Serikat sampai di camp, merekapun disambut dengan hujan peluru yang berasal dari para pemberontak Taliban, sehingga mereka harus segera siaga dan melawan serangan peluru dari Taliban, sehingga saling tembak pun terjadi beberapa saat. 

Karena kian hari merasa posisi mereka kian tersudut karena serangan dari Taliban, dan juga hubungan degan penduduk lokal yang kurang akrab, membuat Kapten Keating mengatakan kepada para tentara yang lain bahwa dengan menjalin hubungan yang baik dengan para warga lokal, maka mereka juga akan aman selama bertugas disana.

Setelah serangan dari Taliban pada pagi hari, kemudian kapten Keating mengetahui dari peluru yang menyerang mereka bahwa jenisnya adalah sama dengan peluru yang dimiliki oleh senjata warga lokal, disinilah kita diperlihatkan proses mediasi pertama dalam film The Outpost ini, yaitu mediasi antara Kapten Keating dengan Ketua dari warga lokal tersebut, dimana dalam prosesnya juga dikelilingi oleh beberapa tentara Amerika dan seorang penerjemah, serta para warga lokal yang juga sedang memegang senjatanya bersiaga.

Kapten Keating memulai mediasi dengan bernego kepada Ketua warga lokal untuk menyerahkan senjatanya, karena ia menemukan bahwa warga lokal juga menyerang tentara Amerika, dijelaskan oleh Kapten Keating, bahwa kedatangan mereka disana untuk menjaga warga lokal dari pasukan Taliban, sehingga mereka harus bersatu, tidak menyakiti satu sama lain. 

Ketegangan pun mulai terlihat pada saat mediasi, ketika ketua warga masih enggan untuk menurunkan senjatanya, namun dengan bujukan serta penjelasan yang terus dilakukan oleh Kapten Keating, akhirnya warga lokal pun mau untuk menyerahkan senjatanya, dengan janji bahwa tentara Amerika akan memberikan kompensasi atas senjata mereka yang diserahkan.

Mediasi pertama yang dilakukan pada film itu pun usai dengan putusan saling menguntungkan, dari pihak warga lokal juga diuntungkan karena mendapat kompensasi, dan untuk Tentara Amerika Serikat juga diuntungkan karena menjalin hubungan baik dengan warga lokal, dan tidak lagi akan mendapat serangan dari warga lokal, karena senjata mereka telah ada pada Tentara Amerika. 

Teman-teman semua dapat perhatikan bahwa dalam mediasi, dalam mendiskusikan suatu permasalahan, yang mana sebenarnya diinginkan sebuah putusan dengan menjunjung tinggi keadilan bagi kedua belah pihak, harus saling mengerti dan menurunkan ego masing-masing, serta saling berkorban. 

Karena dengan itu baru kita akan mendapatkan utusan dengan keadilan untuk semua pihak. Kemampuan para pihak yang bermediasi pun sangat diperlukan, tentunya dengan cara ia bicara, cara membujuk, dan memberikan penawaran-penawaran yang nantinya dapat menggoyahkan ego pihak lawannya, maka mediasi pun akan berjalan dengan lancer dan menghasilkan kesepakatan yang baik untuk semua pihak.

Scene dalam film the outpost tentunya tidak hanya sampai disitu, semakin kita menonton film the outpost kita akan disuguhkan scene yang menegangkan, dimana Kapten Keating yang akhirnya gugur, karena pimpinan memerintahkan untuk berpatroli malam dengan menggunakan mobil, sedangkan jalanan disana sangatlah sempit karena berada di pegunungan, Kapten Keating pun gugur karena mobil yang dinaikinya terjerumus ke jurang. 

Kemudian posisi Kapten Keating pun digantikan oleh Kapten Yilesces, pada pimpinan Kapten Yilesces inilah terjadi mediasi kedua pada film ini, dimana pada saat mereka sedang berada di camp ada warga lokal yang memotret camp mereka, kemudian dikejar oleh tentara Amerika dan akhirnya tertangkap, dan diketahui setelahnya bahwa orang tersebut ternyata adalah anak dari salah satu tetua dari warga lokal.

Kapten Yilesces pun mengumpulkan para tetua untuk bermediasi lagi, berdiskusi perihal orang yang kini sedang tentara Amerika sandera. 

Para tetua pun mendesak tentara Amerika untuk mengembalikan orang tersebut, namun Yilesces menolak karena orang tersebut terindikasi mata-mata dari Taliban untuk mengawasi camp mereka. Kemudian pada saat mediasi pun tejadi perdebatan dikarenakan para tetua mengungkit janji dari Kapten Keating dahulu untuk memberikan uang kompensasi yang masih belum para warga lokal terima. 

Namun Yilesces menahan uang kompensasi tersebut selama kasus orang yang memotret camp mereka ini jelas maksud dan tujuannya. Dapat kita simpulkan dari scene tersebut bahwa mediasi yang kedua tidak berjalan dengan baik, karena tidak terjadi kesepakatan damai antara kedua belah pihak, dan masih mengedepankan kepentingan masing-masing, sehingga belum menemukan jalan tengah atas permasalahan mereka.

Masa pimpinan Kapten Yilesces pun tidak lama di camp itu, karena saat mereka sedang berpatroli, Kapten Yilesces dan salah satu tentara bernama Yunger yang sedang melewati jembatan, kemudian mereka dikenai bom oleh Taliban yang mengakibatkan Kapten Yilesces tewas hancur berkeping-keping. 

Pergantian Kapten pun terjadi lagi, yaitu digantikan dengan Kapten Sylfanius, pada masa pimpinan Kapten Sylfanius ini dianggap tidak berkompeten karena terlalu lama dalam memberikan perintah pada saat yang genting, kemudian pada saat mereka diserang kembali oleh Taliban, dan ingin melemparkan bom, kapten malah memberikan titik koordinat yang salah, sehingga bom terebut mendarat dengan salah sasaran.

Akibat penyerangan itu yang terjadi malam hari, pada pagi harinya ada warga lokal yang mendatangi camp tentara Amerika dengan membawa gerobak yang berisi mayat seorang wanita, yang merupakan anak dari orang tersebut, ia mengaku bahwa anaknya tewas karena serangan yang terjadi malam itu. Sehingga ia meminta kompensasi kepada para tentara Amerika, namun mayat dari perempuan tersebut sudah dikerumuni lalat, yang menandakan bahwa sudah meninggal lebih dari sehari, dan kuat kemungkinan bahwa ia meninggal karena serangan dari Taliban, bukan disebabkan oleh tentara Amerika. Namun Kapten Sylfanius enggan berdebat dengan warga lokal, sehingga ia langsung saja memerintahkan salah satu prajurit disitu untuk memberikan uang kompensasi dengan jumlah yang besar dan menggunakan dana diskesioner.

Apabila kita analisis, mengenai permasalahan kali ini tidak berjalan dengan baik, malah lebih buruk dari pada mediasi sebelumnya. Perlu kita ketahui ketika melakukan mediasi yang pastinya kedua belah pihak mengutarakan apa yang mereka inginkan terlebih dahulu, kemudian perlu diadakan rundingan untuk mencari solusi terbaik untuk kedua belah pihak. 

Dengan cara itulah nantinya dimungkinkan akan mendapatkan kesepakatan damai dengan syarat-syarat yang menguntungkan keduanya (adil), namun ketika salah satu pihak enggan untuk melakukan mediasi dengan benar, langsung saja menerima apa yang diinginkan oleh pihak yang lain, maka saya menyimpulkan bahwa mediasi yang terjadi tidaklah berjalan dengan baik, walaupun hal tersebut sudah didasari kemauan, namun tidak ada usaha untuk mencari solusi terbaik untuk kedua belah pihak, melainkan menerima begitu saja apa yang dituntutkan oleh pihak lawan dengan dalil enggan berurusan dengan orang tersebut.

Proses mediasi yang terjadi pada film The Outpost telah usai, selebihnya kita disuguhkan peperangan dengan dihujani timah panas, granat, dan bahan peledak lain yang terjadi pada sekitar pukul 05.00 am pada tanggal 3 Oktober 2009, dimana para pasukan dari Taliban yang kurang lebih ada 400 orang menyerang markas tentara Amerika yang hanya berjumlah 54 tentara. 

Entah berapa banyak peluru yang sudah dikeluarkan dari senjata masing-masing, pastinya mencapai ribuan, dengan suasana tegang itu, para tentara Amerika mencoba bertahan dari serangan Taliban yang jumlahnya jauh lebih banyak dari mereka, hingga beberapa tentara Amerika pun tewas, dan mereka masih mencoba untuk menyerang dan mempertahankan markas mereka. 

Kerena jumlah pasukan yang kalah jauh, para Tentara Amerika pun kewalahan untuk menghadapi serangan yang luar biasa dari Taliban, hingga sudah ada beberapa pasukan Taliban yang memasuki gerbang markas Amerika dan memasuki wilayah markas, namun hal itu dapat dicegah oleh para Tentara Amerika yang tersisa, dengan strategi penyerangan mereka yang sangat cepat dan akurat, dan akhirnya pun batuan udara datang, sehingga para pasukan tentara Amerika terbantu dengan bahan peledak yang dijatuhkan dari helikopter menewaskan banyak sekali pasukan Taliban. Akhirnya peperangan tersebut pun dimenangkan oleh tentara Amerika, walaupun ada beberapa tentara yang tewas dalam peperangan tersebut.

Baca Juga Analisis Film Lainnya:

Analisis Film Game Change (2012) dari Sudut Pandang Konsultasi 

Analisis Film Me VS Mami dengan Pendekatan Penyelesaian Masalah Melalui Negosiasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun