Film Game Change yang diangkat dari buku yang berjudul sama karya jurnalis politik Mark Halperin dan John Heilemann, bercerita mengenai politik di Amerika pada pemilihan presiden tahun 2008, yang difokuskan kepada pasangan senator John McCain dan wakilnya Gubernur Alaska Sarah Palin. Film ini juga menceritakan bagaimana persaingan ketat antara McCain dan Obama demi merebut simpati seluruh warga Amerika Serikat bahkan dunia. McCain ketika itu masih menjadi nominator calon presiden dari Partai Republik Amerika Serikat sedang mempersiapkan strategi untuk keluar menjadi pemenang konvensi calon presiden pada partainya. Pada Agustus 2007, McCain meminta pendapat kepada Steve Schmidt seorang ahli strategi kampanye politik dalam menghadapi pemilihan presiden 2008 mendatang, McCain tertarik atas ide Steve mengenai slogan kampanyenya yang berbunyi John McCain "Putting the Country First" dan akhirnya McCain merekrut Steve sebagai staf strategi kampanye politik dan bersiap untuk menghadapi pemilihan presiden pada tahun 2008.
Steve yang merupakan spin doctor memberikan analisisnya bahwa Obama harus segera mendapat perlawanan, awalnya Fred Davis, seorang ahli strategi media yang juga tergabung dalam tim sukses McCain menyarankan McCain isu tentang Pendeta Wright yang menyatakan "Amerika sialan", namun saran tersebut ditolak McCain yang ingin kampanyenya membanggakan anak-anaknya. Steve mengajukan saran untuk membuat iklan yang intinya menanyakan kepada masyarakat Amerika, " Apakah menginginkan seorang negarawan menjadi Presiden Amerika? Atau seorang selebriti?" McCain menyetujuinya.
Sarah Palin seorang Gubernur yang terbilang sukses di Alaska, masyarakat Alasaka sangat menyanjungnya. Sebelum ditampilkan dan dipertemukan dengan McCain di arena kampanye, Sarah palin terlebih dahulu dipersiapkan dan diverifikasi. Persiapan dan verifikasi yang normalnya berjalan selama 2-3 minggu namun disingkat menjadi 5 hari, Steve mendatangkan beberapa staf, Matthew Scully sebagai konseptor pidato dan Nicolle Wallace 2 sebagai konsultan komunikasi yang akan membantu Sarah dalam mempersiapkan dirinya pada setiap penampilan yang akan dihadapinya selama masa kampanye.
Nicolle yang mendampingi Sarah dalam berbagai kesempatan memberikan saran untuk mendatangkan guru vocal, staff ahli kebijakan luar negeri, konsultan rambut dan make up. Nicolle juga mendatangkan Tucker Eskew seorang konsultan media senior, Chris Edwar selaku deputi kepala staf duta PBB yang juga suami Nicolle. Keseluruhannya menjadi spin tim dari Sarah Palin yang siap mangcover segala kebutuhan Sarah nantinya. Debat wakil presiden semakin dekat kala itu, Palin kembali dicekoki dengan berbagai informasi-informasi tentang berbagai isu yang mungkin akan diperdebatkan. Palin terus berlatih, belajar dan akhirnya pada latihan terakhir Palin telah memberikan penampilan terbaiknya di depan para tim suksesnya.
Pada debat calon wakil presiden yang berlangsung di Washington University dan membahas tentang kebijakan luar negeri, saat itu Palin mengalahkan Biden dan semakin menaikkan pamornya di mata khalayak. Namun, hal ini menjadikan Palin angkuh dan bertindak dengan fikirannya sendiri. Media terus menyorot perilaku boros Palin dengan membeli baju-baju yang mahal dan lain sebagainya. Pada sisi ini jelas akan menggoyangkan kembali opini public yang sudah berpihak kepadanya. Elektabilitas McCain juga turut berpengaruh dengan pemberitaan miring calon wakilnya. Sehingga angka polling McCain terpaut cukup jauh dari Obama. Seluruh upaya dikerahkan untuk kembali mendongkrak polling McCain-Pallin, tetapi tidak berpengaruh signifikan. Cara satu-satunya adalah dengan menjatuhkan angka yang dimiliki Obama dengan beberapa kampanye hitam yang menjelek-jelekkannya. Serangan tersebut ditempuh McCain dan Pallin dengan berbagai pernyataan yang dilontarkan kepada simpatisannya seperti menanyakan apa yang bisa dilakukan Obama untuk Amerika? Atau mengarahkan opini public kea rah negative tentang Obama yang terkait dengan isu agama, teroris dan lain sebagainya. McCain sendiri pada dasarnya tidak suka dengan hal tersebut, namun tim suksesnya telah menyarankan hal tersebut demi menunjang angka polling yang nantinya berdampak pada banyaknya voters pada pemilihan presiden. Sejalan dengan hal tersebut media kembali mencium kecurangan dengan kampanye hitam yang dilontarkan oleh McCain.
Pemberitaan kembali menyudutkan McCain dan akhirnya keputusan tim sukses tidak akan melakukan kampanye hitam lagi. McCain pada sebuah kesempatan juga kembali meluruskan isu mengenai Barrack Obama, menjelaskan bahwa Obama tidak seperti yang digambarkan selama ini. Paling tidak ini cara untuk membersihkan nama McCain untuk menghadapi hari pemilihan. Hari pemilihan tiba dan seluruh warga Amerika mempergunakan hak pilih mereka untuk menentukan nasib negara adidaya Amerika Serikat lima tahun ke depan. Barrack Obama dan Joe O'Biden keluar jadi pemenangnya. Film ini diakhiri dengan pidato kekalahan McCain yang mengajak seluruh simpatisannya untuk mendukung pemerintahan, "Whatever our differences, We are fellow Americans"
Bagi penulis yang seorang mahasiswa hukum, tentu film ini sebagai sarana untuk dapat memahami upaya resolusi konflik. Sebab, di dalamnya terdapat proses pemberian solusi yang dilakukan konsultan politik McCain, Steve Schmidt memberikan ide membuat iklan serangan dan konsultan komunikasi Palin, Nicolle juga memberikan beberapa saran dan bantuan-bantuan kepada Palin untuk mempersiapkan dirinya dalam beberapa penampilan mulai dari kegiatan kampanye hingga wawancara. Dalam hal ini, dapat mengambil pesan dalam film ini bahwa adanya konsultan sangat penting dalam dunia poltik dan hukum dimana ini membutuhkan informasi, pentujuk dan nasehat kepada seseorang yang memiliki permasalahan. Film ini menggambarkan tentang pentingnya sebuah konsultan dalam dunia politik dan hukum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H