Mohon tunggu...
Lilis Juwita
Lilis Juwita Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku

Painting, Art, Poem, Short Story n Graphic Design That's Really Me. Aku bukan Wonder Woman, aku juga bukan Kartini, aku bukan Bidadari tanpa Sayap, aku bukan satu dari 7 Selendang Pelangi yang hilang, aku cuma perempuan yang takut panas, debu dan kucing. Aku cuma perempuan yang “Tak Biasa” ♪♫•*¨*•.¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¨*•♫♪

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Reflection

3 Maret 2021   19:41 Diperbarui: 3 Maret 2021   19:55 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam semakin larut sampai nyamuk pun sudah bosan mengganggu, menghilang entah ke mana. Cahaya bulan di luar semakin penuh rupanya purnama sudah di puncaknya. Perasaanku mulai cemas, aku merasa ada seseorang atau entah apa memperhatikanku sejak tadi. Demamku tidak kunjung reda, aku merasakan panas yang luar biasa dan setiap ruas tulang punggungku seperti ditarik, darahku mendidih terasa cepat sekali mengaliri seluruh pembuluh di tubuhku. Mungkinkah luka gores itu penyebabnya?

Sebelum kantuk menguasai alam bawah sadarku menjadi ritual wajib menuliskan jurnal harian, seperti saat ini meski di tengah pulau tak berpenghuni. Hampir enam halaman kupenuhi dengan kisah perjalananku hingga hari ini. Tulisan berjudul Reflection segera kukirim melalui email, semoga belum terlewat deadline-nya.

***

Too quit, mungkin mereka kelelahan setelah seharian tadi menggangguku yang terheran-heran dengan keindahan pulau ini.

"Tristan, Seno kalian di mana?" suaraku hampir hilang tersekat di tenggorokan. Namun tidak ada jawaban, kulihat tenda mereka masih rapih seperti belum digunakan. Mana mungkin mereka meninggalkan aku sendiri di pulau tak berpenghuni ini. Lampu di mercusuar yang berada di tengah pulau menyala, mungkin mereka pergi tanpa sepengetahuanku memperbaiki solar system dan berhasil menyalakannya.

"Tristan, Seno," berulang kali aku memanggil nama mereka namun tetap tak ada jawaban, senyap. Jadi berpikir dua kali apakah aku kembali ke base camp atau menunggu di menara ini hingga matahari terbit, butuh waktu 30 menit untuk kembali ke sana. Flaslight gadget-ku meredup, dengan mengaktifkan Power Saving kekuatan baterai tersisa dua bar tidak mungkin cukup menerangi jalan setapak menuju pantai.

Sementara sakit di punggungku sudah tak bisa kutahan lagi, suara-suara di luar begitu memekakan telinga, kaca mataku tertinggal di tenda namun bisa dengan jelas melihat layar gadget, aku melihat sosok lain yang mirip denganku namun itu bukan aku.

Aku terbangun, di sebuah ruang dengan sekat tirai berwarna toska. Suara yang cukup akrab di telingaku tengah membicarakan sesuatu yang aku tidak paham. Seno, dia ada di sini.

"Nona Aruna, anda sudah bangun?" tanya seseorang sambil memegang papan status pasien.

"Seno, kamu Seno kan?" Tanyaku penuh heran.

"Betul saya Seno, dokter yang merawat anda selama dua minggu terakhir." Jelasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun