Mohon tunggu...
Lilis Juwita
Lilis Juwita Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku

Painting, Art, Poem, Short Story n Graphic Design That's Really Me. Aku bukan Wonder Woman, aku juga bukan Kartini, aku bukan Bidadari tanpa Sayap, aku bukan satu dari 7 Selendang Pelangi yang hilang, aku cuma perempuan yang takut panas, debu dan kucing. Aku cuma perempuan yang “Tak Biasa” ♪♫•*¨*•.¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¨*•♫♪

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Reflection

3 Maret 2021   19:41 Diperbarui: 3 Maret 2021   19:55 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aruna coba lepas diving mask-nya kita freedive, coral di sini bagus!" usul Tristan.

"Ok," jawabku singkat sambil melepas diving mask dan melemparnya ke atas boat.

Semakin dalam semakin indah, beragam coral dan biota laut yang kami temui.

Sayang sekali aku harus menghemat tenaga, tiga puluh menit tanpa jeda menikmati pemandangan underwater kurasa cukup sebagai perkenalan. Baru sadar saat punggungku yang tergores mulai terasa perih kena air laut.

Pulau dengan luas tidak lebih dari 6 ha berada di tengah perairan berwarna hijau kebiruan akan menjadi tempat tinggalku selama dua pekan. Pantai alami berpasir putih dan biota lautnya membuat kami tertarik dan memilihnya menjadi lokasi penelitian sebagai persiapan rencana pembangunan Artificial Temple Reef  untuk menyelamatkan terumbu karang dan mencegah abrasi di sepanjang pantai pulau ini.

Hampir satu jam kami tracking memutari pulau yang menurut data tak berpenghuni meskipun mulai dikenal oleh wisatawan domestik dan luar negeri sebagai destinasi wisata laut. Nampak menara suar tegak berdiri berada di tengah pulau. Layaknya private island mungkin karena tak berpenghuni juga tidak ada pengunjung selain kami, pandemik membuat semua berjalan melambat bahkan berhenti begitu pula dengan aktivitas pariwisata turut terkena dampaknya. Di sisi lain keuntungannya bagi kami adalah bisa lebih berkonsentrasi dengan aktivitas riset tanpa harus kuatir dengan kehadiran orang lain di pulau ini.

Karena tidak tersedia pondok, kami bersiap mendirikan tenda sebagai base camp dengan jarak beberapa meter dari bibir pantai untuk menyimpan logistik, perlengkapan riset dan tentunya tempat istirahat.

"It's really back to nature," gumamku ketika semua perlengkapan selesai dirapihkan lalu melemparkan tubuh ke hamparan pasir putih.

"Welcome home sis,"  Tristan menimpali setengah mengejek dengan tawanya.

***

Tendaku cukup leluasa karena hanya aku sendiri yang menempati, perjalanan panjang membuat tubuhku begitu lelah, badanku terasa demam. Dengan bantuan cermin aku melihat luka gores di punggung cukup dalam seperti bekas cakar, pantas saja terasa perih ketika diving siang tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun