Mohon tunggu...
Lilis Juwita
Lilis Juwita Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku

Painting, Art, Poem, Short Story n Graphic Design That's Really Me. Aku bukan Wonder Woman, aku juga bukan Kartini, aku bukan Bidadari tanpa Sayap, aku bukan satu dari 7 Selendang Pelangi yang hilang, aku cuma perempuan yang takut panas, debu dan kucing. Aku cuma perempuan yang “Tak Biasa” ♪♫•*¨*•.¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¨*•♫♪

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Reflection

3 Maret 2021   19:41 Diperbarui: 3 Maret 2021   19:55 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

Tak ingin membuang waktu kami pun menerobos rinai hujan pagi itu menggunakan kendaraan roda dua berplat merah menuju perbatasan kota, tujuan pertama adalah kantor Badan Konservasi Sumber Daya Alam setempat untuk mengurus ijin dan melaporkan keberadaan kami selama di sana. Tidak perlu menunggu lama perjalanan kami lanjutkan ke ujung timur. 

Barisan pohon pinus yang awalnya beraturan dan berukuran hampir sama berganti dengan pohon-pohon dengan kerapatan dan ukuran yang beragam, itu menandakan kami sudah memasuki kawasan hutan alami atau hutan primer di kawasan balai konservasi. Daerah tersebut dikenal dengan evergreen forrest karena pohon-pohonnya tumbuh hijau abadi sepanjang musim, hutan hujan alami tertua di pulau Jawa yang sangat kaya dengan flora dan fauna.

Kawanan rusa yang kami lewati nampak berlari menjauh, begitu pula burung merak dan koloni kera ekor panjang pun berhamburan terusik oleh kedatangan kami. Ketika aku meminta beberapa saat berhenti untuk mengambil foto satwa liar tersebut.

"Sepertinya mereka takut sesuatu," gumamku kecewa karena hanya mendapat sedikit hasil bidikan kamera dengan angel yang bagus.

"Mungkin ada binatang buas di sekitar sini," Tristan menjawab sekenanya.

"Tristan, Jangan bercanda kamu," lanjutku sambil segera kembali ke atas sepeda motor kuatir juga jika yang dikatakan Tristan benar.

Sampai di meeting point yang dijanjikan kami menunggu hampir dua jam namun belum juga ada kabar dari rekan kami. Perjalanan di musim hujan memang cukup beresiko dan tidak bisa diperkirakan jika berurusan dengan ketepatan waktu. 

Notifikasi pada aplikasi WhatsApp berbunyi, ada pesan dari grup tim riset mengabarkan mereka tertahan di stasiun pemberangkatan karena salah satu rekan kami tidak berhasil lolos rapid test dan harus menjalani pemeriksaan kelanjutan setelah hasil test-nya dinyatakan positif reaktif Covid 19 meskipun tanpa gejala sehingga harus test PCR dan hasilnya baru diketahui 2-3 hari kemudian. Karena tidak mau membuang banyak waktu dan pertimbangan lain akhirnya kami memutuskan menuju lokasi penelitian lebih dulu tanpa mereka.

***

Lelah selama perjalanan terbayar dengan pemandangan yang luar biasa indah, angin kencang selat Bali membawa aku keluar sejenak dari antrian pekerjaan yang harus segera dimulai esok. Keindahan biota lautnya sungguh menggoda, tanpa menunggu ijin Tristan dalam hitungan menit aku sudah siap dengan perlengkapan diving. Tristan  paham betul keinginanku, langsung meminta Seno mengarahkan kemudi boat yang membawa kami untuk singgah di area perairan dengan terumbu karang berwarna-warni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun