Siapa sih yang tidak pernah makan cokelat, makanan manis ini hampir digemari semua orang. Cokelat adalah sebutan untuk hasil olahan makanan dan minuman dari biji kakao. Cokelat sering diberikan sebagai hadiah atau bingkisan. Dengan bentuk, corak, rasa yang unik cokelat umumnya sering diberikan sebagai tanda ungkapan terima kasih, kasih sayang serta ungkapan cinta.Â
Cokelat sering dikonsumsi dalam bentuk batangan ataupun bahan minuman hangat dan dingin  Tapi belum banyak yang tahu darimana asal cokelat. Cokelat berasal dari biji kakao (theobroma cacao) yang sudah dikeringkan kemudian diolah sedemikian rupa hingga menjadi produk olahan yang kemudian disebut cokelat.Â
Tumbuhan kakao berasal dari daerah amazon utara, amerika selatan sampai ke Amerika tengah. Menurut sejarah cokelat pertama kali ditemukan oleh suku maya di amerika selatan dan kemudian menyebar ke daerah eropa dan menjadi produk olahan elit yang sering dikonsumsi para bangsawan eropa.
Indonesia adalah salah satu Negara tropis penghasil kakao terbanyak ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Produksi kakao terbesar di Indonesia berasal dari provinsi Sulawesi tengah dan tebesar kedua berasal dari pulau sumatera. Khususnya di provinsi lampung perkebunan kakao sudah dikembangkan awal tahun 2000. Perkebunan kakao di lampung sebagian besar perkebunan rakyat yang artinya perkebunan nya dikelola dan dimiliki oleh masyarakat.Â
Harga komoditas kakao di tingkat pengepul dari tahun ke tahun semakin membaik walaupun terkadang harganya fluktuatif atau tidak menentu tergantung kualitas kakao.
Harga tertinggi kakao kering di daerah kabupaten pringsewu lampung mencapai Rp25.000 dan harga terendahnya hanya sekitar Rp 8000. Walaupun dari tahun ke tahun harga kakao semakin membaik namun terjadi penurunan kualitas biji kakao. Hal ini karena sebagian besar perkebunan kakao di Lampung terkena hama busuk buah yang disebabkan pergantian musim yang tak menentu dari tahun ke tahun serta hama jamur yang sering menyerang pada musim penghujan.Â
Satu pohon kakao biasanya dapat menghasilkan sekitar 15-25 buah kakao namun saat ini hanya menghasilkan skitar 3-7 buah saja. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas serta kuantitas produk kakao lampung.Â
Pada tahun 2010 di desa saya , desa purwodadi, kecamatan adiluwih, kabupaten pringsewu lampung produksi kakao meningkat, seperempat hektar kebun kakao dapat menghasilkan 2 ton kakao kering dalam sebulan, yang  dipanen seminggu sekali. Namun saat ini produksi nya menurun tajam hanya sekitar 200 kg per bulan yang dipanen 3 kali dalam sebulan.
Pada tahun 2016 salah satu lembaga swasta yang prihatin atas menurunnya kesejahteraan  para petani kakao di lampung khusus nya di kabupaten pringsewu mengadakan penyuluhan SLPHT atau  Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu bagi petani kakao di desa saya. Lembaga tersebut adalah PT Mondelez (perusahaan terbesar pengolahan dan pembuatan cokelat di Kanada ) melelui program cocoa life serta bekerja sama dengan PT Olam Indonesia selaku produsen dan eksportir cokelat di Lampung serta dinas pertanian kabupaten Pringsewu. Provinsi Lampung mempunyai kualitas cokelat yang sangat bagus  dan disukai PT Mondelez.Â
Kabupaten Pringsewu dipilih karena dinilai memiliki kualitas cokelat yang cukup baik dibandingkan kabupaten lainnya. Penyuluhan SLPHT  dilakukan di areal kebun kakao yang bertujuan agar para petani dapat mempraktekkan secara langsung  teori yang sudah dijelasakan oleh para penyuluh. Para petani dalam ikatan kelompok tani bergotong royong membangun tempat SLPHT dengan sederhana.
Banyak manfaat yang dirasakan para petani kakao  seperti pengetahuan untuk menangani hama dengan cepat dan tepat, pembibitan atau regenerasi tumbuhan kakao, penggunaan pestisida dengan dosis yang tepat, pemangkasan atau perantingan batang kakao yang sudah tidak produktif, pemetikan buah kakao yang baik dan benar dan masih banyak lagi manfaat pengetahuan yang dirasakan petani kakao yang sebelum nya tidak mereka ketahui.Â
Dalam program penyuluhan ini diharapkan petani kakao di kabupaten Pringsewu dapat lebih mandiri dan produktif dalam mengelola kebun kakao dan meningkatkan pengetahuan masyarakat akan potensi di daerah nya.'' cokelat saja manis, mengapa kesejahteraan petani kakao tak semanis cokelat'' seperti itulah jargon para peserta SLPHT dan harapan petani kakao Lampung untuk mensejahterakan keluarganya dan membuktikan bahwa kualitas dan kuantitas kakao lampung layak diperhitungan di kancah internasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H